Mahen keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju meja kaca, mengambil pengering rambut dan mengeringkan rambutnya sejenak. Saat sudah selesai dia berjalan menuju lemari untuk memilih baju.
Mahen berjalan keluar kamarnya "paman bisa kau panaskan mobilnya? Aku harus ke kantor setelah ini."
Orang yang disuruh Mahen membungkuk hormat "baik tuan muda."
"Tuan muda makan siang sudah siap, anda bisa makan dulu sebelum ke kantor." Mahen mengangguk. Duduk di kursi dengan berbagai makanan yang sudah tersaji di hadapannya.
"Terimakasih bi." Mahen memejamkan netranya saat sang bibi mengusap rambut Mahen sebentar.
"Makanlah yang banyak Mahen, aku akan menyiram tanaman di luar." Mahen mengangguk dan memakan masakan bibinya.
Akan kuberi tahu sedikit. Setelah nenek dan kakek meninggal ada seseorang yang menghampiri Mahen yang sendirian di makam kedua orang terkasihnya.
Orang tersebut menyebutkan bahwa seluruh warisan dari kakek dan nenek akan jatuh ke Mahen, termasuk rumah yang ditinggali Mahen saat ini, saat itu Mahen sebenarnya tak mengerti namun dia setuju dan menandatangani berkas-berkas yang Mahen sendiri tak tahu apa itu isinya.
Lambat laun Mahen disuruh orang yang sama untuk mengelola perusahaan yang kakeknya dirikan tanpa sepengetahuan Mahen, saat Mahen pertama kali ke sana dia sangat kaget dan tak percaya bahwa sang kakek dan neneknya adalah orang berada.
Orang tersebut juga memperkenalkan diri bahwa dia adalah tangan kanan sang kakek yang bernama Lucas. Sejak saat itu hidup Mahen berubah total, dia diasuh oleh para maid yang entah sejak kapan sudah ada pada rumahnya dan semenjak itu dia juga tak pernah tahu dimana ayah, ibu, juga adiknya, namun Mahen tak peduli. Dia memilih untuk menjalankan hidup barunya yang tentu bersama orang-orang baru.
Kembali ke cerita. Mahen selesai makan dan beranjak untuk menemui sang paman yang tadi memanaskan mobil. "Tuan muda sudah siap?" Mahen mengangguk lalu dengan cekatan paman itu membukakan pintu mobil dan Mahen segera masuk ke dalam mobil.
"Kita berangkat ke kantor." Sang paman kemudian beliau menjalankan mobil itu.
Saat sudah setengah jalan Mahen menatap sang supir "paman, tolong antar aku ke pemakaman dulu." Kata Mahen lirih, namun dapat didengar oleh supir nya.
"Baik tuan..." Tak sampai 15 menit mereka sampai pada pemakaman. Mobil yang Mahen tumpangi berhenti dengan Mahen yang keluar dari mobil. Mahen melihat pada samping pemakaman ada orang tua paruh baya yang berjualan bunga, Mahen menghampiri orang tersebut dengan sang supir yang mendampingi.
"Permisi nek..." Nenek tersebut menoleh pada Mahen.
"Iya nak, mau beli bunga ini?" Tanya nenek itu dengan menunjuk beberapa bunga yang didepannya.
Mahen tersenyum tipis dan mengangguk "aku akan membeli semuanya nek."
Nenek yang mendengar penuturan dari Mahen terkejut bukan main. "B-benarkah nak, k-kau mau membeli semuanya?" Ucap nenek itu tak percaya.
Mahen terkekeh dan mendekat kearah sang nenek "iya nek, bisa nenek bungkus?aku ingin segera bertemu seseorang." Nenek itu mengangguk dan dengan cepat membungkus semua pesanan Mahen.
"Berapa semuanya nek?" Tanya Mahen.
"Rp200.000 saja nak..." Mahen merogoh sakunya dan memberikan uang kepada sang nenek.
"Terimakasih nenek." Saat Mahen ingin menjauh perkataan nenek itu membuat Mahen berhenti.
"Nak ini sangat kelebihan uangmu." Mahen berbalik dan berjongkok di depan sang nenek.
"Untuk nenek saja, aku masih memiliki uang di rumah."
"Kau serius?" Tanya nenek tak percaya, Mahen hanya mengangguk samar. Dengan tak sadar nenek itu memeluk Mahen erat, yang mana membuat Mahen terkejut bukan main.
"Terimakasih untuk semuanya, nak. Kau anak yang baik..." Tangan yang mengelus punggung Mahen. Mahen sendiri masih terkejut, tiba-tiba perasaan senang membuncah dari hatinya entah mengapa. Tak berapa lama deheman sang supir membuat nenek itu melepaskan pelukannya dari Mahen.
"M-maafkan nenek nak, bajumu jadi kotor." Saat nenek itu ingin membersihkan baju Mahen, tangan Mahen mencekal tangan sang nenek.
"Tidak perlu nenek, lagipula ini tidak kotor. Kalu begitu aku pergi dulu, terimakasih atas bunganya." Nenek itu tersenyum dan mengangguk.
"Semoga kau diberikan yang terbaik nak." Nenek itu berkata dengan melihat Mahen dan sang supir yang mulai memasuki pemakaman.
TBC
Jangan lupa vote and komentarnya ya!!
Tunggu kelanjutan kisah ini
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [END]
Teen Fiction[COMPLETED] SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE DAN KOMEN untuk membuat cerita ini terus berkembang 🙏☺️ Mahen, anak yang sudah dewasa belum pada waktunya, sifatnya yang dulu ceria dan periang berubah drastis saat suatu tragedi terjadi...