Bugh
Buak
Brak
Bugh
Brak
Tio terus memukul lemari yang berada di gudang tanpa memperdulikan tangannya yang sudah berdarah. "Udahlah Tio, itu gabakal bisa bikin Jendra paham." Tio menatap Hendra yang duduk tak jauh darinya.
Tio tak menghiraukan apa yang Hendra katakan dan terus menerus melakukan apa yang dilakukannya tadi. "Jika saja Mahen tak melarang ku, aku akan menghabisi bocah tengil itu. Dasar brengsek, bajingan!!"
Bugh
Buak
Brak
Bugh
Brak
Hendra menghampiri Tio yang masih memukul benda di sekitar, dia mengelus pucuk kepala Tio.
"Mahen melakukannya karena Jendra adalah adiknya. Dia sebagai kakak mempunyai tanggung jawab untuk menjaga sang adik bukan?" Ucapan Hendra membuat aksi yang Tio lakukan berhenti.
Tio menatap Hendra dingin "trus maksud lo gue juga harus berpikir kaya gitu? Gak akan dan gak akan pernah." Hendra menatap manik Tio. Hendra tersenyum kecil.
"Gue gak pernah ngomong gitu, tapi kepribadian Mahen yang ingin ngomong gitu." Hendra mengajak Tio untuk duduk di bangku usang di dekatnya. Dia mulai membersihkan luka-luka di tangan dan wajah Tio dengan hati-hati.
"Lo gak pernah tau gue kayak gimana, jangan terlalu ngatur!" Hendra mengangguk, membenarkan ucapan Tio.
"Gue emang gak tau gimana lo dan yang lain. Tapi yang gue tau Mahen akan bertindak sesuai ucapan gue tadi." Ucap Hendra.
"Itu Mahen bukan gue..." Hendra menatap Tio sebentar.
"Kalo lo jadi Mahen lo akan tau apa yang Mahen rasakan, dia sebenernya juga muak. Tapi apa daya? Dia juga seorang kakak yang punya tugas untuk melindungi adiknya."
"Mahen pernah bilang ke gue, sebenernya dia udah lelah dan ingin nyerah jadi kakak. Tapi selang beberapa saat dia tersenyum dan dengan bangga dia ngomong 'jika bukan aku siapa lagi yang menjaga Jendra' dia ngomong itu dengan tatapan tulus. Tio... Gue harap dengan permohonan Mahen bisa buat lo sedikit punya batasan untuk memberi pelajaran Jendra, Jendra itu adik Mahen. Adik satu-satunya Mahen. Gue ke kantin dulu untuk beli makanan, lo disini dulu."
Hendra beranjak pergi meninggalkan Tio yang masih diam, mencerna apa yang dikatakan Hendra.
Hendra keluar dari gudang itu dan pergi ke kantin, tanpa tahu ada seseorang yang dari tadi mendengar apa yang dikatakan Hendra dan Tio "lo itu bodoh banget." Ujarnya melihat Tio yang masih menatap kosong depannya. Dia pergi meninggalkan gudang itu untuk pergi ke teman-temannya lagi.
TBC
Jangan lupa vote and komentarnya ya!!
Tunggu kelanjutan kisah ini
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [END]
Teen Fiction[COMPLETED] SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE DAN KOMEN untuk membuat cerita ini terus berkembang 🙏☺️ Mahen, anak yang sudah dewasa belum pada waktunya, sifatnya yang dulu ceria dan periang berubah drastis saat suatu tragedi terjadi...