Mari tinggalkan Mahen sejenak, kita beralih ke Jendra. Saat ini anak itu berada di UKS dengan para sahabatnya. "Siapa sih sebenernya anak baru itu, gue kesel banget ama dia." ujar salah satu teman Jendra. "Lo kenal?" Tanyanya ke Jendra. Jendra hanya menggeleng untuk menanggapi pertanyaan temannya.
"Lo pasti yang kenal kan, Jan?” Januar yang sedang mengobati lukanya melotot tak percaya dengan apa yang dikatakan temannnya.
"Eh Ren jangan suujon dong, yakali orang kalo kenal sampe nikam gue kayak gini." Rendy hanya mengendikkan bahunya acuh
"Ya siapa tau, lo kan musuhnya banyak." Jawab Rendy santai.
"Eh kalo ngomong dijaga ya, lagian kalian bukannya bantu ngobatin malah bantu nambah sakit." Januar mencurutkan bibirnya, yang mana membuat Rendy mendekat kearah Januar dan langsung menarik mulut Januar yang mencurut.
"Jangan banyak cincong kayak cewe, mulut lo juga lo majuin biar apa?" Setelah mengatakan itu Rendy dengan baik hati membantu mengobati luka Januar yang sedikit parah.
"Kayanya lo berdua yang harus dibawa ke rumah sakit deh." Januar dan Rendy lantas menoleh kearah orang yang baru masuk.
"Apasi gajelas banget Jeman." Jeman hanya mengendikkan bahu
"Bukan rumah sakit biasa tapi RSJ.” lanjut Chana. Januar menatap Rendy sebentar lalu mengangguk, tak lama matanya melotot lagi.
"HAHHH… Lo kira gue gila?" Tanya Rendy dan Januar bersamaan.
"Udah jangan berisik, ini lagi pelajaran kalo kalian lupa." Kedua anak yang tadi berteriak seketika diam mendengar perkataan Harsa.
Sepertinya Harsa sudah mulai emosi dengan kedua sahabatnya itu. Memang Harsa kalo lagi marah suka nyeremin 'kek hantu' ujar Rendy dan Januar di dalam hati.
"Lo beneran ga kenal sama anak baru tadi?" Jendra menggelengkan kepalanya.
"Jangankan kenal, pernah lihat pun kaga." Harsa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Jendra.
"ASTAGA!!" semua orang yang di sana menoleh kearah Chana yang sedang sibuk memainkan Ipad-nya.
"Ada apa?" Tanya Jendra. Chana melihat Jendra sebentar dan menyerahkan ponselnya.
"Coba lo baca deh...” Jendra menerima ponsel Chana dan membaca apa yang ada di dalam ponsel itu.
Tak berapa lama Jendra menggeleng "nggak mungkin kan?" Semua yang ada di sana penasaran pun mengambil ponsel Chana dan membaca apa yang dibaca oleh Jendra.
"Pengusaha muda sukses dan pemilik sekolah di salah satu daerah? Siapa dia?" Tanya Januar bingung.
"Dia Mahen." Jendra merasa familiar dengan nama itu, tapi siapa?
"Lo kenapa?" Tanya Harsa ke Jendra.
"Gue ngerasa familiar dengan nama itu, tapi siapa?"
"Perasaan lo aja kali, nggak mungkin lo kenal dengan pengusaha suskes kayak dia." Benar juga apa yang dikatakan Rendy dengan itu, tapi mengapa Jendra merasa familiar dengan nama itu?.
"Kok lo bisa kenal dia?" Sekarang giliran Jeman yang bertanya pada Chana.
"Dia salah satu investor perusahaan bokap gue." Ujar Chana yang membuat ke-5 remaja itu mengangguk- anggukan kepala.
"Pantesan lo kenal." Ujar Januar.
"Wajahnya mirip banget kayak anak baru tadi." Rendy tiba-tiba berucap membuat semua teman-temannya mendekat dan melihat foto Mahen di ponsel Chana.
"Tapi ga mungkinlah, lihat aja rambut Mahen hitam sedangkan anak brengsek tadi kek cahaya lampu." Tambah Rendy
"Warna blonde maksud lo?" Tanya Januar memastikan.
"Nah itu maksud gue" Rendy berucap dengan cengengesan.
"Lo bakal beri dia pelajaran?" Tanya Harsa pada Jendra. Mendengar pertanyaan dari Harsa membuat senyum Jendra mengembang sampai membuat kedua netranya tenggelam dalam senyum itu.
"Udah lama ngga ngehajar orang, sabilah kita basmi satu hama ini..." Ucap Jendra.
"Lah bukannnya tadi udah ngehajar kelas sebelah ya?" Harsa yang berda di dekat Chana menggeplak kepala anak itu.
"Itu Cuma perumpamaan." Ujar Harsa setelahnya
"Oh…" Chana membuat mulutnya berbentuk huruf o, anak polos.
"Eh guys, Januar pingsan nih. Gimana dong?" Panik Rendy yang berusaha membangunkan Januar.
"Lo apain dia? Bisa sampe pingsan gitu. Biasanya dia paling kebal dengan goresan-goresan gajelas kayak tadi." Rendy menggelengkan kepalanya.
"Gue ga tau dia kenapa, tapi tadi lehernya ga sengaja ketumpahan ini..." Rendy memberikan botol yang berisi sedikit cairan itu ke Jeman.
"apaan?" Tanya Harsa, Jeman dengan segera mencium bau dari obat itu. Dia menatap Rendy jengah, lalu tangannya mengembalikan botol obat itu ke Rendy.
"Alkohol..." Gumam Jeman. Rendy melihat Jeman bingung. "Ini alkohol?" Jeman mengangguk.
"Kan ga gue kasih minum ke Januar, kenapa pingsan anak itu?" Jeman menepuk jidatnya
"Dia kesakitan karena lo ngga sengaja numpahin alkohol itu ke luka goresnya."
"Trus apa hubungannya?"
"Rasa sakitnya bisa 2 kali lipat..." Rendy melongo dengan ucapan jeman.
"Pantes pingsan ni anak, orang lukanya langsung disiram alkohol." Harsa dan lain ya tertawa dengan tingkah Rendy.
"Yakan ga sengaja, lagian ni obat ngga ada tulisannya." dumal Rendy.
"Udahlah... Chana lo cepetan panggil dokter yang tugas di sini biar ngurus Januar!" Chana langsung berlari keluar untuk memanggil dokter yang bertugas di UKS.
"Januar lo gapapa?" Tanya Rendy saat Januar sudah sadar dari pingsannya.
"Gue gapapa kok." Jawab Januar dengan senyum simpulnya. Jendra menatap kearah teman-temannya.
"Ayo ke kelas, bel udah bunyi dari tadi." Ajak Jendra
"Trus siapa yang jaga Januar?" Chana melemparkan pertanyaan kepada Jendra.
"Biar gue yang jaga dia." Jawab Harsa singkat. Setelahnya mereka semua berpamitan dan langsung pergi ke kelas meninggalkan Januar dan Harsa.
Setelah mereka semua pergi Harsa dan Januar agak sedikit canggung. Harsa yang tidak menyukai suasana ini, menatap Januar dan bertanya "Lo kenapa bisa dihajar sama anak baru tadi Ji?" Tanyanya.
"Gue juga ga tau alasan dia bisa ngehajar gue." Jawab Januar dengan tatapan kosong disertai dengan senyum simpulnya. Harsa yang melihatnya merasa kasihan.
#funfact
Januar mempunyai nama panggilan 'Ji' dari Harsa. Kata Harsa nama panggilan itu cocok untuk Januar.TBC
Jangan lupa vote and komentarnya ya!!
Tunggu kelanjutan kisah ini
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [END]
Teen Fiction[COMPLETED] SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE DAN KOMEN untuk membuat cerita ini terus berkembang 🙏☺️ Mahen, anak yang sudah dewasa belum pada waktunya, sifatnya yang dulu ceria dan periang berubah drastis saat suatu tragedi terjadi...