13. penyesalan⚠️

124 5 0
                                    

ADA ADEGAN KEKERASAN/ BAHASA KASAR. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!!

Setelah hampir setengah jam Mahen sudah puas dengan 'mainannya'. Mahen berjalan ke sudut gudang dan mengambil pistol kesayangannya.

DORR

DORR

DORR

Mahen tersenyum melihat kedua mayat yang sudah tak dapat dikenali oleh siapapun. "Sudah puas?" Suara Lucas menginterupsi Mahen yang mana membuat Mahen refleks menghadap ke belakang.

Mahen mengangguk dan tersenyum "aku sudah lega" ucapnya girang.

"Pulanglah, ganti baju lalu minum obatmu." Mahen dengan segera memberikan pistolnya ke Lucas dan diterima baik oleh sang empu.

"Baiklah sampai jumpa..." Mahen meninggalkan gudang itu dengan senyuman yang tak luntur. Lucas yang mendengar motor Mahen menjauh ia mulai mendekati orang yang dibuat Mahen mati.

"Kalian dengan berani masuk ke kandang harimau, lalu dengan entengnya membawa daging yang berharga bagi harimau itu keluar kandang. Bodohnya kalian tak mengunci kandang itu dan membuat harimau itu keluar kandang dan menyerang kalian, harimau itu sebenarnya jinak. Namun kalian sudah mencuri daging miliknya yang mana membuat harimau itu marah tentu saja." Lucas berbicara dengan tangan yang sibuk membersihkan apa yang tadi Mahen lakukan.

Setelahnya dia menelpon seseorang "buang jasad yang ada di gudang, lalu rusak CCTV yang berada di sekitar gudang. Kuberi waktu 15 menit, dimulai dari sekarang." Lucas langsung mematikan sambungan telepon.

"Huh... Melelahkan sekali..." Lucas juga meninggalkan gudang itu dengan santai.
.

.

.

.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh akhirnya Lucas sampai di rumah Mahen. Dia keluar dari mobil dan menuju ke kamar Mahen. "Mahen?" Panggil Lucas, namun Mahen tak menyahut. "Mahen?" Panggilnya lagi. "Mah-"

"Aku salah!" ucap Mahen yang entah dari mana, Lucas mendengarkan perkataan Mahen. "Apa aku jahat? Mereka seharusnya tak mati, aku pembunuh?" Mahen membolak-balik tangannya yang bergetar hebat.

"Kau sudah minum obat?" Pertanyaan yang dilontarkan Lucas dijawab gelengan oleh Mahen.

"Aku yang bersalah, tapi mengapa mereka yang mati? Aku yang seharusnya tak gegabah, tapi mengapa mereka-" Mahen menghentikan perkataannya saat Lucas memeluknya erat.

"Jangan menyalahkan dirimu, kau tak sengaja." Lucas mencoba menenangkan Mahen, namun sepertinya bocah itu menentang apa yang dinyatakan Lucas.

"Ini bukan hal yang tak sengaja, ini semua salahku. Salahnya." Mahen mulai mencengkram pakaian yang Lucas kenakan. Lucas yang merasakan perubahan emosi Mahen dengan cepat mengelus surai bocah itu.

"Jangan terlalu dipikirkan, dia hanya berusaha melindungi mu, Mahen..." Lucas mencoba memberi pengertian kepada Mahen, tapi Mahen menggeleng.

"Dia pembunuh Lucas, aku benci dirinya. Keluarkan dia dari diriku, aku tak suka padanya." Lucas hanya mengangguk.

"Aku akan mengusirnya nanti, kau minum obat ya..."

Setelah meminum obatnya Mahen bisa tertidur lagi, Lucas mengusap rambut Mahen pelan "tidurlah yang nyenyak..." Ujarnya, setelah itu dia berjalan keluar dari kamar Mahen.

Drrtt...drrtt ...ddrrtt

Ponsel Lucas berbunyi dengan cepat dia menutup pintu kamar Mahen dan berjalan menjauh dari kamar Mahen agar sang pemilik kamar tak terganggu.

"Hallo?"









TBC

Jangan lupa vote and komentarnya ya!!

Tunggu kelanjutan kisah ini

Bye-bye

MAHEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang