Mahen turun dari mobil, dia berjalan masuk ke dalam perusahaan dengan sang sopir sekaligus bodyguard nya. Saat Mahen ingin masuk ke dalam ruangannya ada yang memanggil namanya otomatis dia berhenti.
"Tuan muda!!" Seru seseorang itu, dia berjalan mendekati Mahen dengan map yang berada pada tangannya.
"Ada apa?" Tanya Mahen.
"Bisa kita bicarakan di dalam? ini penting." Mahen menyetujuinya kemudian menyuruh sang bodyguard untuk tetap di depan pintu untuk mencegah orang-orang masuk.
"what's wrong?" Mahen kembali bertanya dengan tubuh yang sudah duduk di kursinya.
"Aku menemukan adikmu." Orang itu menyerahkan map yang berada di tangannya ke depan Mahen.
"Jangan bercanda Luc." Mahen berkata dengan tangan yang mulai mengotak atik komputer di depannya.
"Oh ayolah, aku tak pernah bercanda jika soal ini!" Alis Mahen terangkat satu.
"Terserah kau percaya atau tidak, yang penting aku sudah berusaha untuk menemukan Jendra." Ketikan dari jari Mahen berhenti, Mahen menatap Lucas bertanya.
"Bagaimana kau tahu nama adikku?" Lucas langsung memajukan map tadi untuk semakin mendekat ke Mahen
"Bacalah!" Titah Lucas.
Mahen membuka map itu. Mulai membaca satu persatu kata yang muncul. Netranya berhenti membaca saat ada nama sekolah yang dia kenal Mahen menatap Lucas, "apa kau tak salah informasi? Setahuku tak ada dia di sana." Lucas merotasi kan kedua matanya.
"Maka dari itu kau harus memeriksa ke sana sendiri." Lucas berkata dengan kesal.
"Caranya?" Lucas menatap Mahen tak percaya, ia memegang pangkal hidungnya, kepalanya mendadak pusing.
"Kau kan bisa masuk ke sana dengan menyamar menjadi salah satu siswa..." Mahen berfikir sebentar setelah itu menatap Lucas.
"kau saja yang menyamar, kenapa aku?" Lucas melotot tak percaya dengan apa yang Mahen ucapkan.
"Hei bocah! Kau tak lihat bahwa umurku sudah menginjak 35 tahun?" Mahen menggeleng. Lucas semakin tak percaya apa yang dia lihat dan dengar sekarang. "Ayolah Mahen, jangan berlagak bodoh seperti itu, aku geli melihatnya." Mahen tertawa lirih.
"Makanya jangan tua dulu..." Oh lihatlah, rasanya Lucas ingin meninju bocah di depannya, namun ia tahan karena dia masih ingat bahwa Mahen adalah cucu dari orang yang sudah berjasa padanya. Mahen melihat bagaimana wajah frustasi Lucas yang terlihat kentara. "Oke, sorry Luc."
Sedikit informasi, Lucas memperbolehkan Mahen langsung menyebut namanya karna bagi Lucas walau Mahen masih berusia 20 tahun tetapi pemikiran bocah itu sudah setara dengan seumuran Lucas. Back to story
"Kau harus merubah penampilan jika ingin menyamar." Mahen mengangguk.
"Akan kupikirkan itu nanti, sekarang apa para hama itu masih ada?"
"Kau sepertinya sudah tahu tanpa kuberi tahu." Mahen bersmirk melihat Lucas yang sepertinya tahu apa yang ada di pikirannya.
"Bolehkah?" Tanya Mahen yang tentu disetujui Lucas.
"Anything for you." Kemudian kedua orang yang berbeda umur itu tertawa.
Mahen beranjak dari kursinya dan menatap Lucas "jangan sekarang, biarkan mereka menikmati uangmu..." Cegah Lucas, Mahen menimangnya sebentar lalu tersenyum.
"good idea."
"Ke cafe?" Lucas terkekeh lalu merangkul pundak Mahen.
"let's go." Mereka berdua keluar dari ruangan dan sudah disambut oleh bodyguard Mahen.
"Siapkan mobilnya! aku ingin pergi ke cafe." Bodyguard itu langsung membungkuk dan melenggang pergi untuk menjalankan perintah sang 'tuan muda'.
*Maaf rada telat up, masi sibuk sama ulangan dan mungkin bakal up telat terus beberapa Minggu kedepan 😔
TBC
Jangan lupa vote and komentarnya ya!!
Tunggu kelanjutan kisah ini
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [END]
Teen Fiction[COMPLETED] SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE DAN KOMEN untuk membuat cerita ini terus berkembang 🙏☺️ Mahen, anak yang sudah dewasa belum pada waktunya, sifatnya yang dulu ceria dan periang berubah drastis saat suatu tragedi terjadi...