5.changed

145 9 0
                                    

Umur Mahen sekarang menginjak 20 tahun. Banyak yang berubah dari penampilannya juga sifatnya.  Penyebabnya? Karena kakek nenek Mahen.

Netra Mahen terpejam, menelisik bagaimana kehidupannya beberapa tahun yang lalu.

Flashback

Kakek dan nenek meninggal.

Kakek pergi duluan saat mahen berumur 6 tahun. Saat itu Mahen hanya mengerti jika kakeknya pergi jauh, namun selama 1 tahun  kakeknya tidak pernah kembali dan saat Mahen bertanya pada nenek, hanya senyuman yang Mahen dapatkan. Senyuman tulus nan teduh yang belum pernah Mahen lihat. "Kakekmu telah tiada Mahen..." Ucapan pelan yang terlontar dari belah bibir sang nenek mampu membuat senyum yang selama ini Mahen pertahankan runtuh juga.

"Kakekmu meninggal karena penyakit komplikasi yang di deritanya." Ujar nenek dengan mengelus rambut Mahen. Mahen tahu saat nenek berucap dengan nada yang sangat halus menandakan bahwa sang nenek sangat terluka.

Mahen tak kuasa menahan tangisannya. Jadi selama ini? Mahen menggeleng ribut, dia memeluk neneknya erat. "Nenek berbohong kan? Pasti kakek pulang hari ini dan ingin membuat kejutan untukku, iya kan?"

Nenek tersenyum simpul, netranya pun juga terlihat sayu. Dan Mahen bisa lihat ada air yang mulai menggenang dari netra sang nenek. "Kakekmu meminta nenek untuk menyembunyikan kematiannya dan memberitahumu saat kau mulai mengerti, dan nenek kira sekarang saatnya." Ucapan nenek berakhir bersamaan dengan air mata yang telah menggenang tadi mulai jatuh satu persatu dan menjadi tangisan yang pilu.

"Maafkan nenek Mahen..."nenek menangis dengan memeluk Mahen erat. Mahen pun melakukan apa yang nenek lakukan, terlebih mendengar kabar bahwa sang kakek yang telah tiada. Selama ini dia terus menanti kakeknya pulang untuk bermain bersama, menaiki motor tua itu bersama dan makan tahu krispi bersama, namun sekarang itu semua hanya mimpi yang tak akan bisa Mahen wujudkan dengan sang kakek.

"Jangan menangis nenek... Ada Mahen di sini, nenek tidak sendiri..." Dia berusaha menahan tangisannya agar tak keluar saat neneknya semakin menangis. Nenek melepaskan pelukannya dari Mahen, dia menghapus air mata yang berada di pipi Mahen dengan senyum yang terlukis di wajahnya.

"Mahen..." nenek memanggil Mahen dengan lembut, Mahen menatap manik sang nenek. Nenek tersenyum yang bagi Mahen senyum itu memiliki banyak arti. "Tetaplah hidup dengan bahagia ya ..." Ucap nenek lirih.

Mahen menggoyangkan tubuh nenek lemah "nenek... Mau pergi ke mana?" Tanya Mahen, sang nenek lagi-lagi tersenyum.

"Maafkan nenek dan kakek ya... tak bisa menjagamu sampai kau dewasa... satu hal yang harus kau tahu Mahen." Entah mengapa air mata Mahen tak bisa dibendung saat nenek berucap dengan senyuman tulus.

"Ayah dan ibumu sebenarnya menyayangimu,namun cara mereka menunjukkannya berbeda dengan cara menunjukkan dengan adikmu... Nenek tak bisa lebih lama lagi." Nenek tersenyum lalu mengecup dahi Mahen sebentar setelah itu memeluk Mahen erat.

"Kau juga harus tahu bahwa nenek dan kakek sangat menyayangi mu lebih dari apa yang kau tahu." Nenek berucap lirih dengan mata yang perlahan terpejam.

Keadaan Mahen sekarang tak bisa diutarakan lagi, Mahen tak bodoh untuk mengerti mengapa neneknya mengatakan hal itu. Sekarang dia sedang memeluk neneknya erat dengan suara tangisan yang keras. "A-aku juga m-mmenyayangi nenek d-dan kk-kakek" Mahen terbata. Dia tak bisa membendung air matanya yang keluar dari netranya.

Mahen melepas pelukan lemah neneknya, dia menatap nenek yang sudah tertidur pulas. Mahen mendekatkan wajahnya kearah telinga sang nenek "aku juga sangat menyayangi nenek, tolong sampaikan ke kakek juga bahwa aku juga sangat menyayangi nya seperti seorang ayah."

Flashback off

Membuka matanya lagi, menepis dengan segera perasaan yang sedang Mahen rasakan saat ini.

Mahen berjalan menuju rumahnya setelah pulang dari kuliah. Tatapannya sama, dingin dan arogan. Semenjak dia ditinggal oleh sang nenek dan kakek sikapnya berubah total.  Senyuman dulu yang selalu dia tunjukkan kepada nenek dan kakeknya, sekarang berganti dengan senyuman mengerikan seperti monster.

Mahen menatap sekeliling, dia tersenyum kecut saat melihat ada foto keluarganya. Mahen mendekat kearah foto itu lalu dengan sengaja melemparkan foto itu hingga pigora yang menjadi wadah foto itu pecah.

Mahen menatap foto itu lalu menyobeknya menjadi bagian yang tak bisa terlihat lagi "sampah." satu kata uang Mahen ucapkan mampu membuat para maid di sana terdiam. Dia melangkahkan ke kamarnya dan pergi untuk tidur.











TBC

Jangan lupa vote and komentarnya ya!!

Tunggu kelanjutan kisah ini

Bye-bye


Double up ko tapi☺️🖤

MAHEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang