21. cerita dari orang tak dikenal

81 5 0
                                    

Tak berapa lama Jendra membuka matanya dengan perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina miliknya.

"D-dimana aku..." Gumamnya saat tak mengenali ruangan yang di tempatnya.

"Oh kau sudah bangun? Apa ada yang sakit?" Jendra menatap takut pada Dhika. "Kau...tak apa?" Saat Dhika ingin menyentuh dahi Jendra dengan cepat Jendra menepisnya.

"Lo siapa?" Mata yang tadi terlihat ketakutan sekarang memancarkan aura dingin dan tajam.

"Aku Dhika, dokter pribadi rumah ini..." Dhika menyentuh dahi Jendra, dan untungnya anak itu tak melawan lagi.

"Istirahatlah lagi, tubuhmu sepertinya masih lemas." Dhika berucap dengan berjalan kearah meja kecil di samping tempat tidur dan mengambil segelas air putih, dia menyodorkannya ke Jendra "minumlah, kau pasti haus...." Jendra dengan ragu meminum air putih yang diberikan Dhika.

"Tenang saja aku tak memasukkan racun dalam air itu." Dhika mulai duduk di kursi yang sebelumnya Mahen duduki. "Kau merasa takut?" Tanya Dhika saat melihat Jendra yang sudah selesai meminum airnya. Jendra tak menjawab pertanyaan Dhika dan hanya menatap si empu dengan datar. "mau bercerita?" Dhika sedikit memajukan kursinya agar Jendra tak takut padanya.

"Jangan sok kenal." Dhika tersenyum saat mendengar reaksi Jendra.

"Baiklah, aku akan bertanya sedikit demi sedikit..." Dhika meletakkan gelas yang Jendra berikan di tempat semula. "Kau mengenali tempat ini? Maksudku rumah ini?" Mendengar pertanyaan dadakan Dhika membuat Jendra langsung menatap sekelilingnya dan menggeleng. Dhika lagi-lagi tersenyum dengan reaksi yang diberikan Jendra.

'Sepertinya dia mulai tak takut denganku.' Batin Dhika.

"Emang gue dimana? Jangan-jangan lo nyulik gue ya?"

Dhika tertawa mendengar perkataan Jendra "kau benar-benar tak mengingatkannya? sedikitpun?" Jendra lagi-lagi menggeleng.

"Dhika tuan muda menca-" perkataan Lucas terpotong saat dia melihat Jendra yang sudah sadar dan kini menatapnya was-was. Dhika melihat bagaimana gestur Jendra, tatapannya terlihat datar, namun tangannya bergetar hebat. Dengan inisiatif Dhika memegang tangan Jendra pelan.

Jendra tersentak saat ada yang menyentuh tangannya, dia menoleh ke kanan dan mendapati Dhika yang tersenyum menatapnya "kau tidak akan apa-apa, jangan khawatir." Tatapan yang diberikan Dhika entah mengapa membuat Jendra teringat dengan seseorang.

Lucas berjalan mendekat ke Jendra "bagaimana? Dia sudah baikan?" Tanya Lucas pada Dhika.

"Dia hanya kelelahan dan syok aja, aku sudah memberikannya obat juga." Jelas Dhika.

"Halo Jendra, kau mengingatku?" Wajah Lucas sedikit ia condongkan ke arah Jendra.

Jendra melihat Lucas dengan datar "gue gakenal, jangan sok akrab!" Dapat Dhika rasakan tangan Jendra yang menggenggam tangannya erat dan tangan itu terasa dingin. Lucas menatap Dhika yang ternyata juga menatapnya.

"Kau bisa pergi dulu Luc? Aku perlu bicara pada Jendra." Lucas dengan keadaan bingung pun hanya menuruti apa yang Dhika katakan.

"Boleh aku bercerita?" Dhika bertanya pada Jendra, namun Jendra menatapnya tajam.

"gue bilang jangan sok kenal!"  Tekan Jendra.

Dengan cepat dia juga menghempaskan tangan Dhika yang berada di tangannya. Dhika tersenyum teduh membuat Jendra sedikit kaget, karena apa yang Dhika tunjukkan sama seperti apa yang ditunjukkan oleh orang dari masalalunya. "Dengarkan saja..." Ujar Dhika lembut.

"Dulu di sebuah rumah mewah ada keluarga Cemara. Keluarga itu terdiri dari nenek, kakek, ayah, ibu, dan kakak beradik. Semuanya terlihat biasa saja mungkin, namun bagi sebagian orang ini adalah awal cerita...." Dhika melihat bagaimana Jendra menyamankan tubuhnya di dalam selimut.

"Kakak beradik itu saling menyayangi, tapi kau tau Jen?" Jendra menoleh ke Dhika saat namanya dipanggil "ada beberapa hal yang membuat sang kakak seperti tak peduli dengan adiknya. Yang pertama karena setelah sang adik lahir sang kakak hanya dijadikan sebagai pajangan tanpa ingin dilihat ataupun di sentuh, yang kedua karena kasih sayang yang diberikan untuk adik dan kakak itu tidak merata." Dhika dengan perlahan mengelus rambut Jendra yang mana membuat sang empu entah mengapa terasa nyaman.

"Dulu saat sang kakak masih kecil, ibu dan ayahnya sangat terobsesi untuk menjadikan sang kakak anak yang sukses dengan terus menerus di daftarkan pada les, sehingga kegiatan sang kakak sangat padat. Hingga sang adik merasa kesepian karena sang kakak tidak pernah bermain dengannya, adiknya kira sang kakak membencinya. Maka dari itu sang adik mulai untuk mengalihkan perhatian orang-orang hanya kepadanya. Sebenarnya cukup sederhana alasan sang adik melakukan itu, dia hanya kesepian. Tapi sang adik tak mengetahui bahwa apa yang diperbuatnya membuat  perilaku sang kakak berubah dengan drastis, dari bagaimana sikapnya yang kanak-kanak mulai menjadi dewasa, sikap yang seharusnya ceria sekarang tertutup sifat dingin, dan yang terakhir adalah yang paling sakit...."

Jendra mengerutkan kening saat Dhika tak melanjutkan ceritanya, dia langsung menatap Dhika yang ternyata sedang menatapnya dengan sendu, berusaha tak peduli dengan kondisi Dhika Jendra bertanya "lalu apa yang selanjutnya?" Jendra dapat mendengar bahwa Dhika menarik napas panjang dan menghembuskan napasnya dengan pelan.

"Hal terakhir yang aku tahu dan kurasa itu sangat sakit adalah dimana ayah dan ibu beserta sang adik meninggalkan sang kakak tanpa alasan yang jelas..."

Deg

Jantung Jendra serasa berhenti berdetak, tangan yang tadi berada di bawah selimut sekarang memegang dadanya yang entah dengan tiba-tiba sakit. "L-lalu a-apa yang terjadi?" Meski Jendra merasa sakit, namun dia tetap penasaran apa yang terjadi selanjutnya.

"Sang kakak menjadi depresi, butuh berbulan-bulan untuk membuatnya sembuh. Dan syukurlah dia dapat sembuh walau dengan karakter yang baru..." Dhika menatap tangan Jendra dan memindahkannya ke dalam dekapan tangannya.

"Karakter sang kakak menjadi tak dapat ditebak, Jen. Sang kakak juga sudah berhenti total dengan pengobatannya walaupun sebenarnya dia sangat butuh." Lanjut Dhika.

"Lalu bagaimana dengan kedua orangtua dan adiknya?" Tanya Jendra dengan rasa penasaran tinggi.
























TBC

Jangan lupa vote and komentarnya ya!!

Tunggu kelanjutan kisah ini

Bye-bye

MAHEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang