Bryan benar-benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja dia lihat. "Apa dia rekan bisnisku dulu?" Tak ada jawaban melainkan hanya suara tangisan yang terdengar.
"JAWAB TIYA!!"
"IYA, AKU AKUI DIA ADALAH REKAN BISNISMU DULU. D-dia adalah p-pacarku..." Ujar Tiya dengan nada yang semakin melemah.
"Hahaha lucu sekali kau, dulu kau mengajakku untuk merantau agar mendapatkan uang. Tapi apa? Kau sendiri menghabiskan uang untuk berkencan tak jelas seperti itu, cih."
"CUKUP BRYAN, KAU TAK MENGERTI AKU, JADI JANGAN BANYAK BICARA!"
"BAGIAN MANA YANG AKU TAK MENGERTI TIYA? BAGIAN MANA?"
Marka menyimak bagaimana Tiya dan Bryan yang bertengkar lewat argumen mereka masing-masing. "Kau senang?" Marka melihat ke sampingnya ternyata sudah ada Lucas yang duduk santai sambil melihat ke arah yang sama dengannya.
"Ini memang menyenangkan, tapi aku harus pergi." Lucas menatap Marka dengan tatapan bertanya "Mahen ingin melihat keadaan Tiya dan Bryan."
"Kau mengijinkannya, dengan keadaan mere-"
"Dia sudah berjanji akan menahannya..." kalau sudah begini Lucas bisa apa, itu memang tubuh Mahen yang asli.
"Baiklah, kuharap kau bisa selalu datang." Marka terkekeh dengan apa yang dikatakan Lucas.
"Tentu saja, baiklah aku pergi." Selesai mengatakan itu Marka sudah bersandar di sofa dengan mata yang tertutup, tak lama dia membuka matanya lagi. Dapat Lucas tebak bahwa itu adalah Mahen, dilihat dari tatapannya dengan yang tadi sudah berbeda.
Sekarang tubuh ini dikuasai Mahen, tatapan anak itu polos namun dingin. Itu menjadi ciri khas dari setiap kepribadian Mahen.
"Mahen?" Sang empu hanya mengangguk tanpa ada niatan untuk membalas apa yang Lucas katakan, tubuhnya masih terasa lemas karena perpindahan tiba-tiba dari kepribadian yang berbeda.
"Lucas..." Setelah tujuh menit Mahen baru mengeluarkan suaranya, Lucas menatap Mahen bertanya. "Bisakah kau panggil dokter, mereka berdua harus diberi penanganan." Lucas mengangguk saja. Dia dengan cepat menelpon dokter pribadi dari keluarga Mahen.
"Dokter akan kemari sebentar lagi." Lucas berujar dan dijawab deheman oleh Mahen.
"Separah apa yang dilakukan Marka?" Tanya Mahen ke Lucas, Lucas menggeleng sebagai jawaban.
"Kau tahu bagaimana Marka, jadi sepertinya kau tahu gambaran tentang pertanyaanmu sendiri." Mahen yang semula menatap Lucas sekarang netranya berganti menatap kedua orang yang sudah terkulai lemas dari beberapa menit lalu. "Anak itu benar-benar."
"Jangan menyalahkannya, dia seperti ini juga karena melindungi mu." Mahen mengangguk, membenarkan apa yang Lucas katakan.
"Siapa yang Marka buat seperti itu?"
Damn
Lucas melebarkan netranya, namun dengan cepat dia menolehkan badannya kearah Mahen, dia masih belum menjawab pertanyaan dari Mahen membuat sang empu bingung dengan tingkah Lucas yang tiba-tiba diam. "Lucas? Mengapa kau diam?" Lucas masih yak ingin menjawab, dia hanya diam memandang Mahen tanpa ada pergerakan sedikitpun.
Saat Mahen ingin beranjak tangannya dicekal oleh Lucas "kau ingin kemana?" Tanyanya.
Mahen mengerutkan keningnya "kau tak mau menjawab, jadi aku akan melihatnya sendiri." ujar Mahen.
"Jangan kemana-mana, kau masih lemas." dalih Lucas membuat Mahen curiga apa yang disembunyikan oleh Lucas.
"Kau aneh." Setelahnya Mahen tetap beranjak dan berjalan menuju dua orang yang sudah tak sadarkan diri.
Saat Mahen sudah berada di depannya, dia hanya diam. Menatap bagaimana darah segar keluar dari lengan dan punggung dua orang tersebut. Dia menatap Lucas yang setia di belakangnya "Marka yang melakukan ini?" Tanya Mahen pelan, Lucas masih diam, entah mengapa dari tadi mulutnya susah untuk berbicara.
"Jawab Luc!" Sentak Mahen membuat Lucas dengan spontan mengangguk. Mahen tertawa kecil, mengangkat sedikit kedua tangannya. Melihat dua objek itu lalu membolak-balik tangannya sendiri.
"Haha lucu sekali, serasa ingin menghabisi diri sendiri..." Mahen tertawa membuat Lucas dengan cepat memeluk anak di depannya itu.
"Jangan takut, aku bersamamu." Mahen mengangguk, dia menatap Lucas.
"aku menjadi pembunuh ya? Aku nakal ya?" Lucas menggelengkan kepalanya dan mendekap Mahen kuat.
"Tenanglah Mahen, ini bukan salahmu." Lucas dapat merasakan bahwa tubuh di dekapannya ini bergetar hebat.
"Bisakah kau memanggil dokter secepatnya? Aku tak ingin melihat ini lebih lama." setelah mengatakan itu Mahen langsung pingsan, Lucas hanya menyetujui apa yang Mahen katakan.
Dia membawa tubuh itu ke gendongannya dan membawanya keluar gudang "bawa dokter kemari dan obati kedua orang itu." Lucas menunjuk Tiya dan Bryan yang masih terikat di kursi. Penjaga tadi membungkuk paham. "Aku harus pergi." Ucap Lucas setelahnya.
TBC
Jangan lupa vote and komentarnya ya!!
Tunggu kelanjutan kisah ini
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [END]
Teen Fiction[COMPLETED] SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE DAN KOMEN untuk membuat cerita ini terus berkembang 🙏☺️ Mahen, anak yang sudah dewasa belum pada waktunya, sifatnya yang dulu ceria dan periang berubah drastis saat suatu tragedi terjadi...