Dhika sudah mengecek semua keadaan Tio "dimana Mahen? Mengapa kau yang muncul?" Tio merotasikan bola matanya malas.
"Dia itu orang cengeng asal kau tahu, aku tak suka dia. Jadi aku mengambil alih tubuh ini." Dhika menghentikan sejenak kegiatan 'membereskan barangnya,' dia melihat Tio yang sedang santai dengan minuman americano di tangannya.
"Bukankah sudah kubilang untuk jangan bertukar dengan tiba-tiba, kau tak mendengarkan TIO!!" Dhika sedikit membentak saat dilihatnya Tio malah asik menonton acara TV.
Bugh
Satu bantal melayang mengenai wajah mulus Tio "heyy dude, bisa kau tenang. Aku sedang menonton acara kesukaanku." Tio meletakkan bantal itu di sampingnya dan menonton TV kembali. Dhika yang melihat itu hanya bisa bersabar.
"Baiklah kalau kau seperti itu, aku akan ke rumah utama untuk memeriksa adikmu." Dhika sudah meneteng tasnya dan ingin beranjak keluar kamar, namun perkataan Tio membuatnya urung.
"Kau ingin meninggalkanku di sini? Sendirian?" Tio mulai melihat sekeliling dengan panik. Tubuhnya mulai bergetar dan keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya.
"K-kau kenapa lagi eoh?" Dhika segera mendekati Tio dan memeluk anak itu.
"Tenanglah... Aku tak jadi meninggalkanmu, aku di sini..." Dhika berusaha menenangkan Tio yang sedang memeluk dan menyembunyikan wajahnya ke leher Dhika.
"T-tolong j-jangan tinggalkan Tio, aku masih b-butuh kalian..." Perkataan itu terus menerus Tio ulang.
"Iya aku tahu, sekarang tenang oke..." Tio masih memeluk Dhika dan dapat Dhika rasakan bahwa Tio menggeleng.
"Aku disini Tio...." Dhika menggeser posisi Tio untuk berada tepat di tengah kasur dan Dhika duduk di pinggiran kasur.
"Tidur ya?" Tio masih menggeleng dan tetap memeluk Dhika erat, seolah jika pelukan itu kendor sedikit Dhika akan langsung menghilang.
"Baiklah-baiklah, nonton TV saja ya?" Kali ini Tio merenggangkan pelukannya dari Dhika. Dhika mengusak kepala Tio pelan "aku di sini tak perlu khawatir..." Dhika menuntun Tio untuk tidur di sampingnya.
"Kau benar akan di sini kan?" Dhika tersenyum dan mengangguk.
Satu jam berlalu, Tio juga sudah tertidur. Dhika ingin bangun dari duduknya, namun tangannya dipegang erat oleh Tio. Dhika menghela napas "sebenarnya seburuk apa dampak masalalumu Tio..." Dhika mengelus surai Tio pelan. Kemudian Dhika meraih ponsel Tio yang berada tak jauh darinya, menelpon seseorang dan tak menunggu lama sambungan telpon itu terhubung.
"Halo?"
"Ada apa Mahen, aku sedang di rumah utama kan sud-"
"Jangan berisik, Tio sedang tidur!"
"Ouhh Tio sedang tid- apa maksudmu Tio, jelas-jelas tadi dia masih Mahen mengapa berpindah lagi?"
"Saat aku bertanya pada Tio dia berkata bahwa Mahen tak sanggup melihat kejadian tadi.. " Dhika dapat mendengar helaan nafas di sebrang.
"Memang tadi Mahen juga bilang begitu, apa tadi Tio berkata aneh-aneh?" Tanya Lucas pada Dhika, membuat Dhika berpikir dan yang tadi Tio bilang.
"Oh ya tadi dia benar-benar takut saat ingin ku tinggal, apa yang membuat dia seperti ini. Apa ini karena masalalunya yang terus-menerus ia pikirkan?"
"Bisa jadi, karena setahuku kepribadian Tio jarang muncul. Dia muncul saat tadi di sekolah lalu berganti Marka lalu Mahen dan sekarang Tio lagi."
"Akhir-akhir ini seperti dia banyak pikiran, baiklah kalau begitu ku tutup dulu telponnya."
Tut
Setelah menutup panggilan tadi Dhika menatap remaja di sampingnya "kau masih terlalu kecil untuk memikirkan semua itu, jangan dipendam sendiri jika tak kuat. Kau bisa bercerita padaku atau Lucas bukan malah terus menerus berganti kepribadian, Mahen."
TBC
Jangan lupa vote and komentarnya ya!!
Tunggu kelanjutan kisah ini
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [END]
Teen Fiction[COMPLETED] SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE DAN KOMEN untuk membuat cerita ini terus berkembang 🙏☺️ Mahen, anak yang sudah dewasa belum pada waktunya, sifatnya yang dulu ceria dan periang berubah drastis saat suatu tragedi terjadi...