Satu bulan kemudian
Sekarang Jendra sudah diperbolehkan untuk melanjutkan sekolahnya dengan syarat dia tak boleh lagi pergi ke rumah kedua orang tuanya. Jendra sebenarnya tidak masalah karena dia juga sudah nyaman dengan suasana baru dengan orang-orang yang menyayanginya. Lagi pun kata Dhika penyakitnya juga mulai sembuh berkat keinginannya.
"Woii Sa sini, ngapain beda meja coba?" Rendy sedikit berteriak untuk menegur Harsa yang berada tak jauh dari mereka. Harsa dengan malas pun pergi ke meja teman-temannya "lo kenapa si? daritadi gue liat asem banget tu muka." Tanya Chanan yang kepo dengan kondisi Harsa.
"Gue gapapa." Jawab Harsa sekenanya.
Pletak
Jeman yang tiba-tiba datang dengan menghadiahkan jitakan di dahi Harsa, sang empu hanya melihat Jeman tanpa ingin membalas perbuatannya.
'ga biasanya dia gini' -Januar
'kesambet kali' -Chanan
"Kalo ada masalah ngomong, jangan dipendem sendiri." Ucap Jeman setelah menjitak Harsa.
"Gue gapapa." Lagi, hanya itu yang Harsa ucapkan sedari tadi.
"Oh ya dimana Jendra? Gue ga liat dari jam ke empat." Tanya Rendy mencairkan suasana. Januar menolehkan kepala Rendy ke sudut meja kantin.
"Dia disana." Ucap Januar setelahnya.
"Lo ga tau tadi Jendra berantem?" Kini Chanan mulai bertanya pada Rendy yang ternyata semua teman-temannya menggeleng.
"Emang berantem sama siapa?" Chanan menatap orang yang duduk tak jauh dari mereka.
"Dengannya." Tunjuk Chanan pada orang yang sedang santai memakan makanannya.
Harsa menatap orang yang ditunjuk Chanan lalu menatap Jendra "dasar anak kecil." Gumam Harsa yang dapat didengar oleh semua temannya.
"Lo kenapa sih, pms Lo?" Sewot Rendy yang sedari tadi sudah mulai geram dengan sikap Harsa yang tiba-tiba melantur itu.
Harsa hanya mendecih dan melenggang pergi dari kantin. Sebelum dia pergi dia menatap Jeman "ajak Jendra ke UKS." setelahnya Harsa pergi. Jeman langsung melakukan apa yang diucapkan oleh Harsa, entah mengapa dia sedikit takut dengan sikap Harsa saat seperti ini.
"Dia kenapa sih?" Januar bertanya, namun hanya gelengan yang didapatkannya.
Harsa pergi ke rooftop sekolah, memejamkan sebentar kedua matanya. Tak lama dia membuka mata karena dia mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya, Harsa membalikkan badannya dan menatap netra orang di depannya "ngapain lo ngusik temen gue?" Tanya Harsa, orang itu hanya menatap Harsa tanpa minat.
"Jangan buat gue main tangan, Tio." terdengar suara gelak tawa dari lawan bicara Harsa.
"Kau itu kenapa ha? Aku tak ada urusan denganmu. Kau terlalu ikut campur." Tio ingin meninggalkan Harsa, namun saat ia beranjak dari sana suara Harsa menghentikan langkahnya.
"Mahen, nama asli lo itu kan." Harsa tersenyum miring saat Tio menghentikan langkahnya. "Gue bakal ngasih tau semua orang kalo lo sebenarnya Mahen, pengusaha muda sukses yang selalu mereka banggakan." Tio berbalik menatap Harsa, langkahnya sekarang mulai mendekati Harsa.
"Silahkan saja, aku tak takut." Tio semakin mendekat yang mana membuat Harsa harus memundurkan langkahnya.
"Tapi jangan salahkan aku jika kakakmu tinggal nama." Tio menyeringai lebar saat bisa membuat raut dingin Harsa menjadi khawatir. "Bukan cuma itu..." Tio kembali maju dan Harsa yang terus melangkah mundur hingga dirinya sudah berada pada tiang pembatas "aku juga bisa membunuhmu. Sekarang jika aku mau..."
Srek
Harsa hampir saja terjatuh, namun Tio dengan cepat menariknya. "Kau itu ceroboh seperti kakakmu." Harsa menatap Tio menantang.
"Jangan sentuh abang gue!" Tio kembali menyeringai.
"Aku tak akan membunuhnya saat kau mau diam dan tidak ikut campur urusanku." Tio segera pergi dari sana dan meninggalkan Harsa sendiri.
"Dasar manusia kutub, gue kutuk semoga lo mati ga wajar!!" Teriak Harsa.
Tio yang mendengar teriakan seperti itu hanya tersenyum kecil. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk menetralkan bagaimana suasana hatinya. Dia memasuki kamar mandi dan mengaca, melihat bagaimana wajahnya yang babak belur akibat adiknya. "Jika bukan karena Mahen aku akan membalasmu lebih dari tadi." Tio langsung pergi dari kamar mandi itu. Tanpa tahu bahwa Harsa mendengar apa yang Tio ucapkan tadi.
"Dasar sinting!!" ucap Harsa yang ternyata dia mengikuti Tio dari tadi.
TBC
Jangan lupa vote and komentarnya ya!!
Tunggu kelanjutan kisah ini
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN [END]
Teen Fiction[COMPLETED] SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE DAN KOMEN untuk membuat cerita ini terus berkembang 🙏☺️ Mahen, anak yang sudah dewasa belum pada waktunya, sifatnya yang dulu ceria dan periang berubah drastis saat suatu tragedi terjadi...