- 27 -

732 157 22
                                    

"Gevani~" Kevin berseru setelah melihat Gevani berjalan masuk ke lobi bandara dengan Teraksa.

Gevani melambaikan tangannya, "udah lama di sini?"

"Lumayan, kamu udah lihat saljunya?"

Gevani mengangguk mantap, "um! Tadi pas masih di bawah saljunya turun,"

"Beruntung banget~"

Teraksa menarik pergelangan tangan Gevani, membuatnya duduk di kursi yang masih kosong. Mereka berdua bisa dibilang datang hampir tepat waktu dari jam yang dijanjikan sehingga sekeliling mereka sudah sangat ramai. Gevani tidak menolak dan duduk dengan tenang di sebelah salah satu anak yang dia yakini dari anak kelas sebelah.

"Halo," sapa Gevani.

Anak itu menoleh dan menganggukkan kepala, "halo, Gevani ya?"

"Um, namamu siapa?" Gevani bertanya.

"Akasha, salam kenal," ujarnya sambil mengulurkan tangannya.

Gevani mengangguk dan menjabat tangan orang lain, "salam kenal Akasha,"

"Asha aja,"

"Oh, salam kenal Asha. Mau permen?" tawarnya sambil menyodorkan satu bungkus permen.

....

"Mau,"

Setelah Teraksa kembali tempat Kevin, dia melihat sahabatnya itu memutar bola matanya, "posesif amat, nggak bakal diculik enggak,"

Teraksa mengabaikan sarkasme dari Kevin dan berkata dengan tenang, "di bawah tadi, dia mainan salju terus kepleset,"

"Hah terus?! Jatuh?!"

Teraksa menggeleng, "hampir,"

Kevin menghembuskan napas lega membuat Teraksa menyipitkan matanya, "dan kenapa malah kamu yang khawatir banget?"

Kevin mendecakkan lidah, "dia calon kakak iparku, gimana aku nggak khawatir?! Kalau dia kenapa-kenapa, kamu juga kenapa-kenapa," dia berkata dengan sungguh-sungguh, "hari itu, kondisimu lebih kacau daripada orang mati, mana mungkin aku biarin hal kayak gitu terjadi lagi."

"Nggak bakalan ada lagi," Teraksa bergumam tegas.

Kevin menghela napas, "oke aku tau,"

Beberapa saat kemudian, semua orang akhirnya berkumpul dan bersiap untuk masuk ke dalam pesawat. Sebastian memastikan anak kelas-C yang berniat ikut telah lengkap begitupula dengan penanggungjawab kelas-B.

Tanpa banyak kesulitan, semua orang berbaris dan memasuki pesawat serta duduk di kursi mereka masing-masing. Dan tidak menunggu waktu lama untuk pesawat segera terbang.

Gevani, Sean, dan Arel duduk di baris kursi yang sama. Ketiganya berbincang dan membicarakan beberapa hal.

"Arel kenapa ikut?" Gevani bertanya.

Arel memajukan bibirnya, "maksudmu apa? Aku nggak boleh main bareng kalian?"

"Nggak gitu cantik, maksudku kan kamu bilang biasanya tahun baruan bareng kak Hansa, tahun ini kak Hansa kamu tinggal dong?" Gevani menjelaskan.

Arel menyeringai pelan dan mengangkat kedua alisnya, "hehe,"

Sean memukul lengan Arel dengan pelan dan berseru, "hehe-mu tuh maksudnya apa?! Dikira kita dukun bisa baca pikiran?"

"Aduh," Arel mengelus lengannya tetapi dia tidak kesal. Menarik dua sahabatnya untuk mendekat, dia kemudian berbisik, "kak Hansa juga ke Biura,"

Biura adalah nama pulau yang akan mereka datangi untuk liburan. Pulau itu kecil dan letaknya cukup jauh dari Dior. Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai menggunakan pesawat. Mereka juga akan pergi ke vila yang letaknya cukup jauh dari kota.

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang