- 28 -

755 154 34
                                    

Matahari telah turun digantikan rembulan. Suhu udara semakin dingin tetapi orang-orang semakin bersemangat. Walaupun menggunakan pakaian yang tebal, tidak ada yang merasa risih atau kesulitan saat bergerak. Api ungun menyala dan berbagai makanan dikeluarkan dari dalam rumah.

Gevani dan yang lain berada di halaman belakang vila. Menyebar ke seluruh tempat, semua orang sibuk dan bersenang-senang sekaligus. Gevani sendiri berada di salah satu sudut dan memanggang daging yang telah disiapkan. 

"Badanmu anget Gev,"

"Tapi aku nggak mau nganggur, pengen masak-masak juga," dia memajukan bibirnya.

"Main uno aja sama Noah,"

"Tapi aku jago manggang daging loh," tegasnya.

"Iya tapi dingin, kamu duduk di teras aja,"

"Tapi alat panggang kan panas..."

....

"Oke."

Dengan begitu, dia akhirnya berhasil mempertahankan dirinya duduk di depan alat panggang dengan penjepit makanan di tangannya. Hasilnya, teman-temannya mengakui jika hasil daging panggang Gevani memang enak dan sangat pas.

Setelah memanggang beberapa kilo daging berbagai jenis. Gevani merasa lelah dan beralih ke meja di mana mereka membuat sate dari daging dan sayur.

"Aku mau bikin juga," ujarnya.

Teraksa, salah satu orang yang berada di tempat itu menggeser tubuhnya, membiarkan Gevani duduk di sampingnya dan membantu yang lain membuat sate.

Beberapa saat kemudian, seseorang yang memperhatikan Gevani tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Gevani, kenapa nggak dikasih paprika? Nggak suka paprika, kah?"

Gevani menghentikan gerakan tangannya secara spontan dan menatap tusuk sate di tangannya dalam diam.

Benar juga...

Kenapa dia tidak menyentuh paprika yang jelas-jelas di depannya?

"M- maaf nggak fokus. Mana punyaku tadi, sini aku tambahin-"

"Nggak usah." suara Teraksa menghentikannya, membuat semua orang menatapnya bingung. Tetapi yang ditatap tetap melanjutkan pekerjaannya dengan acuh tak acuh.

"Aku nggak suka paprika, itu nanti jadi punyaku," ujarnya singkat.

Ber-oh singkat, semua orang kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing tetapi Gevani hanya diam di tempatnya, menatap sate tanpa paprika dengan ekstra bawang putih di tangannya. Gevani menatap Teraksa dari sudut matanya sejenak dan meletakkan sate ke atas meja sebelum meminta izin kepada yang lain untuk pergi terlebih dahulu.

Teman-temannya secara alami tidak ada yang menahan Gevani, membiarkannya yang sedang tidak enak badan ini untuk beristirahat terlebih dahulu.

Gevani duduk di sofa malas di sudut teras halaman yang sepi dan tenang. Lututnya ditekuk dan dipeluk kedua lengan, kemudian menenggelamkan kepalanya di dalamnya.

Apakah benar-benar hanya kebetulan?

Gevani menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

Dia tidak bodoh, jadi kenapa dia terus denial? 

Sekali dua kali mungkin memang kebetulan tapi ini jelas bukan kedua kalinya.

Semua insting aneh yang dia alami, mimpinya yang samar dan buram, dan perasaan yang tidak bisa dia tutupi selama dia bersama Teraksa, ditambah lagi feromon mereka yang kecocokannya kemungkinan besar sebesar milik Daniel dan Stephen.

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang