Gevani menatap kanvas di depannya dengan acuh tak acuh, jari-jarinya memegang kuas dengan erat dan menorehkan cat ke kanvas dengan lembut dan spontan, tidak banyak berpikir tentang bentuk apa yang harus dia buat atau warna apa yang harus dia berikan. Dengan iringan musik yang tenang membuat seluruh tubuhnya rileks, dia menuangkan apapun yang sedang dia pikirkan ke dalam kanvas sebesar 20x30cm di depannya.
Tak jauh dari tempatnya adalah Nelda dan Ciel yang memandangnya dengan cermat. Keduanya saling memandang dari ujung mata mereka dan berkomunikasi melaui media ponsel walaupun keduanya sedang duduk bersampingan, tidak ingin menganggu orang lain.
Gevani sedang melakukan terapi, lebih tepatnya terapi seni di mana dia menuangkan pikirannya yang tidak bisa dia ungkapkan melalui media lukisan. Terapi ini adalah terapi yang paling mudah Gevani lakukan karena dia juga menyukai seni lukis.
Kemarin malam, dia memimpikan masa lalunya dan emosinya menjadi agak tidak stabil.
Alasan mengapa dia yakin bahwa mimpinya bukan sekedar bunga tidur adalah karena setelah dia bangun, mimpi itu tidak segera hilang dari pikirannya dan malah sebaliknya, detail-detail kecil yang yang tidak ada di dalam mimpinya masuk ke dalam lubang memorinya, membuatnya merasa tidak nyaman dan cemas, tetapi juga membuatnya merasa lega.
Oleh karena itu dia menghubungi Nelda dan meminta melakukan terapi untuk menenangkan diri akibat banyaknya informasi yang dia terima.
Terapi ini dia lakukan sejak dia mengenal Nelda yang adalah seorang psikolog. Dia dapat memahami apa makna dari lukisan yang dibuat oleh Gevani.
Sebenarnya, tujuan awal Nelda didatangkan oleh Daniel ke rumah satu tahun yang lalu adalah untuk melihat kondisi mental Gevani yang saat itu sangat kacau. Secara mengejutkan, Nelda juga telah mengikuti pelatihan serta tes untuk menjadi guru pribadi sehingga Gevani dengan cepat setuju saat orang lain menawarinya home schooling.
Sedangkan Ciel adalah dokter umum dan dia tidak begitu memahami mengenai mental seseorang. Dia adalah dokter pribadi Gevani untuk memperhatikan kondisi kesehatan fisiknya yang lemah, memastikan asupan vitamin dan zat besi orang lain tercukupi.
Setelah satu jam, Nelda melihat Gevani meletakkan kuasnya. Dia berdiri dari tempatnya dan mendekati Gevani, menepuk pundaknya dengan lembut dan berkata, "tarik napas,"
Gevani menarik napasnya selama 4 detik.
"Tahan,"
Setelah 5 detik, Nelda memberikan intruksi, "lepas perlahan,"
Gevani menghembuskan napasnya dengan perlahan, membuang emosi yang tersisa di dalam tubuhnya beberapa kali sesuai instruksi Nelda.
Nelda menatap Gevani dan bertanya retoris, "sudah?"
Gevani mengangguk dan menatap ke lukisan yang dia buat.
Nelda juga menatap hasil lukisan Gevani.
Hasil lukisan Gevani adalah sebuah taman yang luas dan penuh dengan bunga berwarna ungu dan pink. Di tengah-tengah taman itu adalah sebuah pohon hijau raksasa dengan buih putih yang menyelimuti dahan dan daunnya. Seluruh lukisan itu indah kecuali bunga dengan warna hitam dan abu-abu yang berserakan.
"Oke, kamu gambar apa aja?"
Gevani menunjuk bunga bunga pink yang tumbuh dengan cantik, "lavender,"
Nelda mengangkat kedua alisnya, "ini taman lavender?
Gevani mengangguk, "um."
"Oke, terus ada apa lagi?" Nelda bertanya.
Gevani menunjuk pohon raksasa di tengah kanvas, "pohon pinus," dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "salju,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gland Disorder『 Taegyu ABO 』
RomansaLavandula Angustifolia adalah bunga yang sangat rentan saat musim dingin tiba. Tapi tidak banyak orang yang tau, dia justru bergantung pada musim dingin. Hanya saat salju membasahi kelopaknya, tumbuhan yang selalu cantik di mata orang ini merasa am...