- 11 -

882 149 8
                                    


Gevani demam.

Setelah Teraksa mengantarkannya pulang, dia langsung berbaring di atas sofa karena kepalanya sangat berat dan kakinya terasa sangat lemas hingga dia tidak kuat untuk menaiki tangga.

Daniel yang diberitahu Tristian kabar bahwa Gevani pulang lebih awal karena sakit segera kembali dari kampus dan membatalkan jadwal main dengan teman-temannya. Dia juga memberitahu papanya jika dia tidak akan pergi ke kantor untuk merawat Gevani yang sedang sakit.

Setelah sampai di rumah, sepupu Gevani yang lebih tua darinya itu sangat panik melihatnya terkapar di sofa ruang tamu dengan wajah memerah dan penuh keringat.

Dia segera menggendong Gevani ke kamarnya dan menelepon dokter pribadi keluarganya.

Setelah diperiksa, Gevani ternyata demam. Dokter menyuruhnya untuk banyak istirahat dan minum air serta diberikan beberapa obat yang sesuai dengan kondisinya.

Daniel, "makasih, kak. Gevani nggak papa kan?"

Dokter pribadi ini memang masih muda dan hanya beberapa tahun lebih tua dari Daniel. Namanya adalah Ciel, seorang alpha.

Ciel menggelengkan kepalanya dan membenarkan kacamata di hidungnya, "nggak papa,"

Dia melirik Gevani dan melanjutkan ucapannya, "tapi jangan sampe banyak pikiran dan jangan kebanyakan belajar juga. Cuaca akhir-akhir ini kurang menentu dan bikin imun turun. Banyakin minum air sama makan sayur, minum vitamin juga,"

Daniel mengangguk mendengar nasihat dokternya, "oke oke oke,"

Ciel menatap Gevani yang mulai menutup matanya dan berkata kepada Daniel, "oke ayo turun, biarin Gevani istirahat dulu,"

Daniel bisa melihat ekspresi janggal Ciel dan mengikutinya ke bawah tanpa berkata apapun.

Di lantai atas, Gevani membuka kelopak matanya dan menghela napas lega saat setetes air mata jatuh dari ujung matanya.

Dia bukannya sengaja berpura-pura tidur, tetapi dia tidak bisa tidur.

Saat dia tidur di sofa ruang tamu, dia mengalami mimpi buruk dan dia tidak berani untuk tidur lagi.

Dia takut.

Saat dia menutup matanya, kegelapan, bayangan alpha, dan feromon menyengat memenuhi kepalanya hingga leher bagian belakangnya terasa perih.

Gevani menatap pintu kamar yang tertutup dalam diam.

Dia belum memberitahu kejadian tadi siang kepada sepupunya. Lebih tepatnya, dia tidak ingin membicarakan atau membahas tentang hal itu.

Gevani menghela napas. Biarlah, sepupunya pasti tau cepat atau lambat bahkan jika dia tidak mengatakannya.

Dia mengulurkan tangannya ke nakas dan mengambil ponselnya.

Grup berisi tiga orang Gevani, Arel, dan Sean ramai karena Arel dan Sean yang bertanya tentang keadaannya.

[ Sean ]
| Gevanii, kamu nggak papa kan??
| Cepet sembuh ya

[ Arel ]
| Huee maaf tadi nggak barengin kamu jadi nggak tau kalau kamu sakit
| Jangan lupa minum obat ya

Dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 3.28, sebentar lagi jam sekolah selesai. Pantas saja dua temannya itu bisa memegang ponsel.

[ Geva ]
| Nggak papa kok
|Cuma demam, tapi dokter nyuruh istirahat
| Jadi aku besok nggak sekolah

[ Sean ]
| Betul!! Istirahat yang banyak dulu
| Jangan mikir pelajaran mulu

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang