- 38 -

569 118 9
                                    

Gevani membuka matanya dan merasakan dia sedang duduk di atas sofa yang sangat nyaman. Di sekelilingnya adalah furnitur yang asing namun familiar. Dia berada di ruang tamu yang sangat luas, hampir mirip dengan rumah kakeknya di Ilacornia tapi ini bukan rumah kakeknya.

Gevani tidak bisa bergerak, walaupun dia duduk dengan nyaman, dia hanya bisa memandang ke depan.

Tak jauh di depannya adalah dua balita laki-laki yang sedang bermain balok, mereka sedang menyusun balok-balok hingga membentuk suatu bangunan abstrak yang entah bagaimana Gevani dapat mengenalinya sebagai sebuah istana.

Satu dari Balita itu adalah dirinya sendiri, sedangkan yang lain... itu harusnya Teraksa.

Gevani melebarkan senyumnya tanpa sadar, wajah balita yang setelah remaja menjadi alpha itu hampir tidak berubah, sangat tampan dan lucu. Di belakang Gevani kecil adalah dua orang dewasa yang wajahnya tidak bisa dia lihat dengan jelas, tetapi Gevani langsung mengetahui jika itu adalah orang tuanya. Sedangkan di belakang Teraksa kecil adalah orang dewasa lain yang Gevani tidak yakin apakah itu orang tuanya atau kakek dan neneknya.

Gevani kecil tertawa dan sangat bersemangat dalam menyusun balok, memukulkan balok di tangannya di atas balok yang telah disusun presisi oleh Teraksa kecil, membuat balita yang lebih muda setahun itu ikut memukulkan balok yang dia pegang.

Keduanya kemudian berbicara dengan bahasa bayi yang Gevani sendiri tidak paham, mereka berceloteh dan tertawa. Tak lama kemudian, Gevani kecil meraih pipi Teraksa kecil dan mengigitnya, Teraksa kecil tidak menangis, melainkan menarik pipi Gevani kecil. Gevani bisa mendengar tawa orang-orang di sekitarnya.

Saat itu, Gevani merasa tubuhnya akhirnya dapat bergerak. Namun, sedetik setelah dia berdiri dari sofa, pemandangan di sekelilingnya berubah. Kini dia berada di rumah kakeknya. Dia melihat Gevani kecil dan Teraksa kecil di depannya yang kini sudah bisa berjalan dan berbicara.

Gevani kecil menangis dan memeluk Teraksa kecil, sambil terisak dia berseru, "ndak mau huee, mau Atlas, Atlas nda bole pergi!!"

Atlas kecil menatap Gevani kecil dan menepuk kepalanya dengan lembut, "Atlas juga mau sama kak Nola,"

Ayah Gevani menarik sebelah pipi Gevani dan berkata dengan lembut, "nanti Norah main ke Andesia biar ketemu Atlas lagi,"

Suara feminim terdengar dari belakang Teraksa kecil, "Atlas sayang, nanti kesini lagi ketemu kak Norah, sekarang ayo pulang sama papa sama mama,"

Gevani kecil menggelengkan kepalanya dan malah mempererat pelukannya, Teraksa kecil juga membalas pelukan Gevani, menolak untuk pergi, "Atlas nda mau ikut, kata kak Nola nanti Atlas nda bisa main sama kak Nola lagi,"

Suara papa Teraksa yang berat terdengar, "Atlas, kita bisa ke sini kapan-kapan, besok kita ketemu kak Norah lagi,"

Teraksa kecil menatap papanya penuh harap, "besok ke sini lagi?"

Gevani menggelengkan kepalanya, "bohong! Orang pindah rumah jauh nda bakal kembali lagi, kalau Atlas pindah nanti nda ketemu Norah lagi!"

Papanya membalas dengan nada bermain-main, "ey, katanya siapa? Kan Atlas cuman pindah rumah, nanti kapan-kapan ketemu Norah lagi kalau main ke sini,"

Gevani kecil memajukan bibirnya dan berseru, "kalau gitu kita pindah rumah juga biar bisa main sama Atlas!"

Ayah Gevani menatap orang dewasa di sebelahnya dan dijawab dengan kekehan, "iya kita nanti ke Andesia juga, sekarang lepasin Atlas dulu,"

"Beneran ya?"

Ayah Gevani tertawa dan mencium kening Gevani kecil, "iya sayang, nanti main sama Atlas lagi,"

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang