- 16 -

826 145 17
                                    

Di sebuah pemakaman umum yang penuh dengan rumput hijau, Gevani duduk bersimpuh di antara dua batu nisan bertuliskan Adrean Olivie dan Eugene Olivie.

Tujuan utama Gevani datang ke Ilacornia, selain untuk memaksakan keberaniannya dan membelikan hadiah untuk guru pribadinya adalah untuk kedua orang tuanya.

Setelah hampir empat tahun Gevani menyembunyikan dirinya, dia akhirnya berani datang ke sini seorang diri, menunjukkan wajahnya ke depan batu nisan kosong yang tidak akan pernah menjawab ucapannya.

"Ayah, Papa, Norah di sini," gumam Gevani sambil meletakkan bunga di depan batu nisan.

Gevani bersimpuh dan kepalanya ditundukkan. Hembusan angin yang cukup kencang menyapu wajahnya, menyingkirkan anak rambut panjang yang menutupi sebagian wajah Gevani. 

Wajah Gevani yang lembut dan dingin menunjukkan kesedihan yang jarang. Manik ambernya yang gelap berkaca-kaca karena air mata yang tak lagi dapat dia tampung. Butiran-butiran air menetes dari pelupuk mata hingga ke pipinya, kemudian jatuh ke akar rerumputan.

"Maaf." 

Suara Gevani bergetar dan napasnya tertahan. Untuk mengucapkan sepatah katapun rasanya sulit, tetapi Gevani memaksakan pita suaranya.

"Maaf Norah nggak pernah kesini... 

"Norah sayang ayah sama papa...

Gevani menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Jarinya menyentuh batu nisan hitam mengkilap di depannya dan mengelusnya dengan lembut.

"Norah kangen...

"hiks...

"Norah kangen ayah sama papa."

Air mata yang tadinya turun perlahan menjadi tak terkendali bak bendungan yang telah runtuh. Setiap kali Gevani mengusap wajahnya dengan kasar, sedetik kemudian terjunan mata air membasahi pipinya kembali.

"Maaf. Harusnya Norah nggak nangis lagi..."

Kali ini, Gevani tidak menahan tangisnya, dia membiarkan dirinya sendiri menangis dalam diam dengan sesekali terisak. Namun, dia tidak mengatakan apapun, bibir bawahnya dia gigit dengan erat sehingga semua suaranya tertahan di tenggorokan.

Setelah beberapa saat, tangisnya mulai mereda tapi isakannya tidak hilang. Mata hingga hidungnya memerah karena menangis terlalu lama.

Hanya saat inilah Gevani akhirnya mulai berbicara, menceritakan beberapa hal yang ingin dia sampaikan kepada orang tuanya. 

Di pemakaman yang luas tetapi sepi itu, suara Gevani bercerita terdengar bersemangat dengan setitik nada putus asa.

"Ayah sama papa pasti udah lihat Norah dari surga tapi aku mau cerita...

"Papa, aku rajin belajar kayak papa kok, enggak main gitar terus. Tapi ayah jangan khawatir, lagu buatan ayah masih Norah hafalin sampe sekarang!

"Norah akhirnya sekolah lagi, aku dapet beasiswa kayak papa dulu~ 

"Sebenernya Norah takut tapi di sana aku punya banyak temen baru.

"Semua orang baik ke Norah. Ayah sama papa jangan khawatir ya...

"Norah juga punya sahabat, ada yang omega kayak Norah juga~"

Gevani menundukkan kepalanya, memainkan rumput di samping kakinya.

"Tapi mereka nggak tau kalau aku omega..."

Dia menatap dua nisan yang berjejer di depannya.

"Ayah, papa, aku harus ngasih tau mereka, kan? Mereka semua baik... 

Gland Disorder『 Taegyu ABO 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang