Bokuto duduk di taman kota sendirian, menikmati suasana pagi yang adem dan tenang.
Dengan suasana hati yang tak baik dia berusaha menenangkan dirinya yang moodnya sedang turun.
Matanya menatap ke arah langit yang mulai terang, secara tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya.
Mata yang tajam langsung melirik ke orang tersebut, ternyata itu adalah Akashi.
Anak dari Toramori yang pernah dia lihat dia pertandingan voly saat itu, dia sangat berbakat.
Akashi menatap bokuto dengan khawatir, "Kenapa tatapan mu begitu?" tanya Bokuto.
"Kakak penuh dengan luka dan darah" jawab Akashi dan langsung di sambut tawa nyaring oleh Bokuto.
"Kamu khawatir dengan ku?" tanya bokuto lagi dan di jawab anggukan oleh Akashi membuat Bokuto kembali tertawa nyaring.
Akashi langsung menundukkan pandangannya dan memainkan jari nya, dia merasa malu karena menanyakan hal yang bodoh.
Bokuto langsung memegang wajah Akashi dan wajah Akashi langsung memerah.
"Aku ga suka kalau lagi ngomong berdua terus orang itu ngalihin pandangan dari ku" ucap Bokuto dengan suara yang sedikit mengintimidasi.
Akashi hanya mengangguk, dia tak berani menatap mata Bokuto yang sangat tajam kalau dari dekat.
Mata yang sangat mengintimidasi siapapun yang melihatnya, "Kenapa kakak luka separah ini" tanya Akashi yang sedikit ketakutan.
Bokuto melepaskan tangannya dari wajah Akashi sambil tertawa lagi, "Aku tadi habis di pojokkin dan aku tak mampu melawannya karena kalah jumlah" jawabnya sambil tertawa.
Akashi menatap ke arah Bokuto dan memintanya untuk pergi kerumah sakit, sedikit ada perdebatan dan pada akhirnya Bokuto mengalah.
Dia menemani Bokuto yang sedang di obati ternyata luka Bokuto sangat parah dan harus di rawat.
Bokuto seperti menelfon seorang pria dan 30 menit kemudian pria itu datang ke RS.
Matanya sama seperti Bokuto, matanya yang sangat mengintimidasi siapapun yang melihatnya, mata yang seperti siap untuk membunuh mangsanya.
Bokuto berbicara dengan ayahnya sambil sesekali mereka melirik ke arah Akashi.
Sebenarnya Akashi sudah ingin pulang tetapi Bokuto melarangnya karena dia bilang, dia butuh teman.
Ayah Bokuto berjalan mendekati Akashi lalu memegang kepala Akashi seraya membisik "Kau harus menerima apa yang akan terjadi, Nak" mendengar bisikan setan eh maksudnya bisikan Ayah Bokuto, Akashi langsung sesak kencing eh.
Maksudnya langsung merinding, dia sama sekali tak mengerti apa yang dimaksud.
Menerima apa, Akashi sama sekali tak mengerti tetapi lamunannya buyar saat Bokuto memanggilnya.
Akashi langsung datang dan duduk di kursi di sebelah ranjang Bokuto, dia masih sedikit takut untuk memandang Bokuto.
"Nama ku Bokuto Koutaro"
"Akashi Keiji"
Bokuto menatap mata Akashi yang terus menerus menatap ke arah lantai, moodnya langsung turun kembali oiya awalnya mereka belum terlalu mengenal satu sama lain cuma tau nama panggilan aja dan Akashi udah suka sama Bokuto dari awal ketemu.
"Apa lantai itu terlalu indah untuk terus kamu pandang?" ucap Bokuto sambil memandang lesu ke arah Akashi.
"Tidak kak, bukan begitu aku hanya tidak berani menatap lawan bicara ku" jawab Akashi yang membuat Bokuto tertawa.
Bokuto mengelus kepala Akashi dengan lembut dan memegang tangan Akashi dengan lembut.
Sesekali dia memainkan tangan Akashi dan sesekali dia menaruh tangan Akashi ke pipinya.
Dan setelah puas memainkan tangan Akashi akhirnya Bokuto tertidur dengan pulas.
Akashi bangkit secara perlahan dan menaruh secarik kertas di atas nakas, menulis nomer telfonnya di sana.
Setelah keluar dari RS, Akashi langsung terdiam, sembari mengutuk dirinya sendiri mengapa dia begitu percaya diri bahwa Bokuto akan mengechat nya.
Maaf ya kalau banyak typo ygy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love | SakuAtsu
Fanfiction. . . . . . . . Jadi tuh ini cerita tentang Atsumu yang mau mengenal apa arti cinta, tapi ga semua tentang cinta²an rata-rata tentang bego²an aja. Menurutku sih ini cerita lebih mengarah kepada semua karakter jadi ga berfokus ke Atsumu aja. Jika pen...