Hawa dingin menyelimuti malam bersalju, Nishinoya berlari di atas tumpukan salju itu.Udara dingin yang masuk ke dalam paru-paru nya bagai ribuan jarum yang menusuk paru-parunya.
Dengan nafas yang terengah-engah dia berusaha mencari pertolongan, darah segar menetes dari perutnya.
Saat itu ketika dia pulang dari kerjanya dia menemukan seorang pria yang terkapar bersimbah darah.
Dia sedikit mendekati pria itu dan betapa terkejutnya dia itu adalah guru sekolahnya.
"Sensei, apa yang terjadi aku panggilkan ambulan ya," ucap Nishinoya dengan penuh kepanikan.
"N-Noya la-lari," saat mengatakan itu, satu peluru menembus kepala gurunya.
Tubuh Noya gemetar hebat, dia menatap orang di hadapannya ini dengan perasaan takut yang teramat.
Orang yang menjualnya, ayah dari sahabatnya Miya Azamu seseorang yang paling dia hindari untuk bertemu.
"Kau harus membayar hutang ibu mu," ucap pria itu kepada Nishinoya.
Rasa takut dan udara dingin seakan bekerja sama menusuk paru-paru Nishinoya.
Sesak dan gemetar adalah hal yang mendominasi tubuh Nishinoya saat ini, tubuh yang rasanya tak sanggup memopong rasa ketakutan.
Nishinoya mundur perlahan-lahan dan saat itu satu peluru berhasil mengenai perut Nishinoya.
Dia jatuh terbaring dan saat ingin bangkit rambutnya di tarik, Nishinoya berontak dan berhasil kabur.
Dan di sini lah Nishinoya sekarang terduduk lemas sambil berusaha menutup lukanya.
Ponselnya dia raih berusaha menghubungi teman²nya, dia menelfon di grup dan tak ada yang mengangkat telfonnya.
Nishinoya menghadap ke atas, dengan nafas yang sesak dia berusah menetralkan degup jantungnya.
"Tuhan, jika sudah waktu ku untuk kembali tolong jangan buat aku mati dengan tersiksa."
Suara langkah kaki terdengar menuju ke arah Nishinoya, dengan pandangan yang sudah mulai buram dia pasrah dengan segalanya.
Nishinoya mengerjapkan matanya beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya di sekitarnya.
Dia merasakan nyaman di tempat dia terbaring, saat mulai sadar Nishinoya langsung duduk dan membuat perutnta terasa nyeri dan sedikit kaku.
Pemandangan sekitar benar-benar asing, selang infus tertusuk di tangannya.
Apakah dia sudah di jual lagi?
Apakah dia akan kembali hidup seperti dulu?
Masih banyak pertanyaan di kepala Nishinoya sampai suara pintu terdengar, tampak seseorang masuk dengan memegang laptopnya.
Dan pandangan mereka saling bertaut satu sama lain, Nishinoya terkejut bukan main.
"Asahi-san?"
"Eh kamu tau nama ku?"
Nishinoya menganggu sebagai jawabannya, "Akhirnya kamu bangun juga, aku membawa mu ke sini karena saat itu aku lihat kamu terduduk bersimbah darah."
Dia mendekati Nishinoya dan duduk di tepi kasur memandang Nishinoya yang wajahnya sudah bersemu.
Tangannya terulur mengusap wajah Noya, membawa wajah itu menghadap wajahnya.
Senyum tipis terukir di wajah Asahi, "Akhirnya aku mendaparkan mu, Nishinoya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love | SakuAtsu
Fanfiction. . . . . . . . Jadi tuh ini cerita tentang Atsumu yang mau mengenal apa arti cinta, tapi ga semua tentang cinta²an rata-rata tentang bego²an aja. Menurutku sih ini cerita lebih mengarah kepada semua karakter jadi ga berfokus ke Atsumu aja. Jika pen...