3

318 16 0
                                    

Selamat membaca...

Mr. Na || For the last
~
.
.
.
.
Yena tengah duduk menatap jendela kamar nya. Beberapa barang barang telah dikemas oleh orangtua nya. Itu karena dia dilarang untuk mengerjakan apapun.

Berat bagi Yena. Ia tak ingin pergi begitu saja. Apalagi ia baru saja bisa bersama dengan Jaemin. Tapi sang ibu tak ingin Yena tinggal. Sejak kepergian Jisung ibu Yena sangat menjaga nya. Pergi dan pulang harus tepat waktu.

Apalagi setelah mengetahui bahwa Yena pernah mengandung dan keguguran. Untuk bertemu Jaemin saja Yena hanya diberi waktu tak sampai seharian.

Yena melihat ponsel nya. Beberapa pesan masuk dari Jaemin. Entahlah. Yena sedang tak ingin membalasnya. Ia sedang pusing.

Lalu ponselnya berdering. Seseorang tampak menghubungi Yena.

"Yoboseyo."

"..."

"Oke. Aku segera turun."

Tuuutt.

Yena lantas keluar dari kamar dan turun menuju ruang tamu. Disana sudah ada Jimin sedang berdiri menatap foto keluarga. Ah tidak. Itu adalah foto saat Yena wisuda.

Dengan wajah lesu Yena mendekat pada Jimin.

"Aigoo. Uri Hana. Kau terlihat sedih?"
Jimin meendekap tubuh Yena yang terlihat semakin kurus.

"Entahlah."

"Ayo kita jalan jalan."
Ajak Jimin yang dibalas anggukan oleh Yena.

Jimin sangat mengetahui kondisi Yena saat ini. Ia mudah lelah. Mudah sakit. Jimin lebih dulu meminta ijin pada ibu Yena untuk mengajaknya pergi. Dan tentu saja ibu Yena mengijinkan.

Jimin mengajak Yena ke sebuah taman hanya untuk sekedar duduk santai disana.

"Jimin-ah."

Jimin menoleh.

"Aku ingin tetap disini."
Keluh Yena.

Jimin tahu tentang Yena yang harus pergi ke China. Selain pindah ia juga akan menjalani pengobatan disana.

"Aku tak ingin jauh dari Jaemin."
Suara Yena melemah.

Jimin menarik napas dalam namun pelan.

"Kau harus sehat dulu. Setelah itu kau bisa kembali."

Yena menggeleng.
"Yang aku takutkan. Jaemin akan berpaling selama aku tak ada. Dia mudah jatuh cinta."

"Kau tenang saja. Aku yang akan memantau nya. Akan ku pastikan dia hanya setia padamu."
Hibur Jimim dengan lagak nya yang seperti jagoan.

Yena tersenyum. Karena melihat tingkah konyol temannya ini.

"Kau bisa mengandalkanku."
Lanjut Jimin.

"Ne. Ne. Aku percaya padamu."

Sebenarnya Jimin juga sedih. Dia akan jauh dari Yena lagi. Pengobatannya pasti cukup memakan waktu. Apalagi jika Yena belum mendapatkan donor ginjal. Maka kesehatannya akan semakin memburuk.
.
.
.
"Jadi, apa kau akan diam saja?"
Tanya Chenle pada Jisung yang tengah duduk menghadap laptop ditangannya.

Jisung menghela napas.
"Entahlah. Aku tak bisa berbuat apapun untuk sekarang."

Chenle pun ikut bingung. Ini karena Jisung harus melanjutkan sekolah ke luar negeri. Sesuai permintaan ayah kandung nya.

"Aku tak bisa jauh dari Yena noona."
Keluh Jisung.

"Jisung-ah. Kalau jodoh pasti tak akan lari kemana."
Ujar Chenle.

2. Mr. Na || For The Last 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang