14

153 14 7
                                    

Selamat membaca...

Mr. Na || For the last

~
.
.
.
.
.
Wajah Hana berubah bingung. Melihat sesuatu yang ternyata diluar ekspektasinya.

"Ige mwoya?"
Ucap nya pelan.

Jaemin mengusap wajah nya. Ternyata taman dirumah nya sudah rusak. Ini salahnya karena terlalu fokus dengan hal lain. Padahal itu taman kesayangan ibu nya.

"Mian. Ternyata rusak."
Jaemin tersenyum kikuk.

Hana menghela napas sejenak.
"Berapa lama ini tidak terurus?"
Ucap Hana saat melihat tanaman itu satu persatu.

"Semenjak aku juga tak ada yang merawat."
Gumam Jaemin.

"Kalau nyonya Na masih ada. Dia pasti akan memarahi mu."
Ucap Hana mendelik. Jaemin hanya meringis dan menggaruk kening nya yang tak gatal itu.

"Besok aku boleh ke sini lagi?"
Tanya Hana saat berbalik menatap Jaemin.

Jaemin bersidekap. Menatap gadis itu.
"Mau apa?"

"Ngurusin tanaman inilah. Kasian hampir mati."

'Aku juga hampir mati, tidak diurus kamu'
Batin Jaemin.

"Boleh. Tapi besok aku ada meeting pagi. Sore aja yah?"

Hama mengulum bibir nya. Mencoba berpikir untuk mengatur waktu nya.
"Sore aku gak bisa. Ada janji sama Jisung."
Ucap nya polos.

"Jisung???"

Hana mengangguk.

'Bocah itu lagi.'
Jaemin tampak kesal.

"Pacar mu ya??"
Ledek Jaemin. Padahal dia sedang kesal.

Hana melambai lambaikan ke dua tangan nya.
"Bukan bukan. Dia bukan pacarku. Aku ngga punya pacar."
Dengan sigap Hana langsung menjelaskan.

Jaemin tersenyum. Kenapa saat jadi Hana gadis ini menggemaskan. Padahal pas jadi Yena dia jadi galak.

Karakter ke dua nya benar benar bertolak belakang. Hana ceria, ceriwis dan polos. Sedang Yena lebih tegas, pendiam, dan galak.

"Emm.... wangjanim."
Panggil Hana dengan wajah imut nya.

"Eung??"

"Aku mau keliling rumah ini. Boleh nggak?"
Hana menggoyang goyangkan tubuh nya. Wajah nya memelas seperti kucing meminta belas kasihan.

Jaemin tertegun sejenak. Betapa gemas nya dia saat ini pada gadis itu.

Hampir saja tangan Jaemin terangkat hendak memegang pipi Hana. Dan siap nguyel nguyel pipi Hana yang mengembung itu.

"Tentu saja."

"Yeaayyy.... ayo antar."
Ucap Hana girang.

Jaemin tersenyum menghadapi Hana yang pikiran nya masih polos. Hah. Andai saja dia tahu kalau saat menjadi Yena gadis itu tak sepolos ini.

Setelah berkeliling rumah ke dua nya kini duduk di ruangan lantai 3. Dimana tempat itu dulunya biasa untuk acara keluarga saat ibu Jaemin masih ada.

Ruangan dengan langit langit nya terbuat dari kaca. Sebuah sofa panjang terpanjang di ujung jendela. Yang sedang mereka duduki sekarang.

Hari semakin gelap ini membuat Hana bisa melihat beberapa kerlip bintang diatas sana. Walau tidak jelas sebenarnya.

Hana dan Jaemin duduk sebelahan. Suasana dengan lampu yang temaram. Langit yang indah. Membuat hawa diarea itu terasa romantis.

2. Mr. Na || For The Last 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang