9

193 12 4
                                    

Selamat membaca...

Mr. Na || For the last
~
.
.
.
.
.
Suara denting dari peralatan makan saling bersautan di meja makan. Tak ada kata mau pun suara dari mereka yang sedang menyantap makanan.

Doyoung menatap Heejin dan Yena secara bergantian. Entah aura apa yang sedang menyelimuti nya sekarang.

Sang ayah yang biasa nya mencairkan suasana tak ada disana karena tengah menghadiri acara penting.

Saat Doyoung membuka mulut hendak bicara Heejin dan Yena secara bersamaan berdiri dan membawa piring bekas mereka makan menuju dapur.

Selama tiga bulan itu memang tak ada komunikasi intens antara ke dua wanita itu. Entah harus bagaimana Doyoung menyikapi nya.

Yena kembali ke kamar nya karena ada beberapa tonic herbal yang harus ia minum. Sedangkan Heejin membereskan beberapa piring di atas meja makan.

Doyoung hanya bisa diam memperhatikan kegiatan istrinya itu. Memang, Doyoung belum bisa memiliki perasaan untuk Heejin. Tapi disini dialah yang bertanggung jawab terhadap istrinya itu. Doyoung masih belum memahami kenapa ayahnya menjodohkan dirinya dengan Heejin.

Yang dia tau bahwa sang ayah adalah rekan bisnis dari ayah Heejin. Selebihnya ia tak mengetahui apapun.

"Mau jalan jalan? Selama disini kita hanya beberapa kali pergi berkeliling." Tanya Doyoung pada Heejin.

Heejin terdiam sejenak dari kegiatan beberes nya.
"Terserah mu saja. Aku ikut."

"Baiklah. Ayo bersiap."

Tak berapa lama Yena turun dengan memakai pakaian yang berbeda dari tadi ia gunakan saat makan.

"Mau kemana?"
Tanya Doyoung membuat langkah Yena terhenti.

"Aku mau ke rumah temanku."

"Ahh. Kebetulan kami juga mau pergi. Kau mau sekalian ikut?"
Ajak Doyoung.

Yena lebih dulu menoleh pada Heejin yang tengah menata meja makan yang sudah bersih itu. Wajah datar dan dingin terpampang jelas diraut wajah Heejin.

Sepertinya bukan hal yang bagus jika Yena mengiyakan ajakan Doyoung. Dia tak mau jadi obat nyamuk pasangan muda itu.

"Tidak. Aku naik taksi saja."

"Kalau begitu akan ku antar kau lebih dulu."
Doyoung mengerti situasi mereka yang masih canggung. Jadi dia berinisiatif.

Heejin terdiam.

"Tidak usah. Oppa. Aku bisa sendiri. Lagipula tempat nya dekat. Sudah ya. Aku pergi dulu."
Tanpa menunggu Doyoung berkata lagi Yena lekas pergi begitu saja.

Doyoung menatap Heejin.
"Kalau begitu. Ayo pergi."
Ajak Doyoung.

Entah kenapa tapi Doyoung menyadari bahwa Heejin menjadi pendiam belakangan ini. Padahal sebelumnya dia termasuk yang sangat cerewet dengan gaya anggun nya.
.
.
.
.
.
Sinar mentari menyinari wajah Jimin saat ia masih terlelap. Ia mengerjapkan mata nya merasakan silau nya bagai menembus kelopak mata.

Jimin terduduk. Ia menggeliat. Namun mata nya masih tertutup rapat.

"Haus sekali."
Gumam nya saat tangannya meraba sesuatu diatas nakas. Mata nya masih tetap terpejam.

Dia mengernyit saat menyadari sesuatu yang dia maksud tak ada disana. Segelas air. Tak berapa lama Jeno datang dan memberikan gelas berisi air pada tangan Jimin.

Gadis itu meraih dan meminumnya sampai habis. Lantas kembali merebahkan tubuh nya menarik selimut setelah lebih dulu menaruh gelas nya diatas nakas tempat tidur.

2. Mr. Na || For The Last 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang