14. Singto's past!

80 11 6
                                    

Masa lalu Singto!

     Saat baru lahir Singto didiagnosa mengidap penyakit jantung.

"Begitu ketuban janin pecah, si bayi langsung menghirupnya, dan itu menyebabkan pernafasannya tersumbat. Jadi kemungkinan besar ia akan memiliki riwayat jantung lemah".

Tutur dokter saat itu, yang membuat kedua orang tua Singto merasa khawatir. Singto adalah anak kandung pertama mereka, yang sudah pasti mendapat hak sebagai penerus bisnis keluarganya. Tapi dengan penyakit itu, mereka mulai merasa putus asa.

Sampai usia remaja, orang tua Singto terus mencari dokter terbaik untuk mengobati penyakitnya. Namun tak ada malaikat berjubah putih yang mampu membantu mereka.

Setiap 2 Minggu sekali ia harus pergi ke rumah sakit. Tapi saat usianya beranjak dua puluh, Singto bertekad untuk menghentikan pengobatannya. Ia tidak ingin lagi hidupnya bergantung pada rumah sakit. Bahkan sang ibu sampai menangis histeris karena keputusan Singto yang tidak masuk akal itu.

"Kalau kau ingin cepat mati, pho bisa menembak kepalamu sekarang!".

Saking kesalnya Tn.Bonrod alias sang ayah menyarankan hal itu pada anaknya. Mendengar itu Singto merasa terpukul. Bagaimana bisa, orang tua itu mengatakan hal buruk tentang anaknya?. Bukankah saat ini ia lebih membutuhkan dukungan daripada saran?. Bahkan Gun dan Aye juga ikut menangis mendengar pertengkaran mereka.

"Berhentilah berpikiran buruk nak!. Kau akan hidup lama, mae yakin".

"Biarkan dia. Dia sudah bosan hidup!".

Tn.Bonrod pergi meninggalkan mereka, karena sudah mulai lelah dengan kelakuan anaknya yang sudah sok dewasa.

Singto yang tak tega melihat sang ibu menangis, langsung menghampiri wanita itu dan mendekapnya.

"Mae, Sing tidak ingin berobat lagi. Sing lelah, mae....".

Sejak itulah Singto berhenti untuk melakukan pengobatan, dan diganti dengan mengonsumsi obat-obatan asma menurut saran dokter. Namun penyakitnya terkadang kambuh, saat ia merasa stres atau kelelahan.

Saat mendengar kabar tentang Aye, Singto segera bergegas untuk pulang ke Thailand. Berharap masih ada waktu, dan bisa memeluk sang adik. Namun takdir berkata lain. Singto benar-benar hancur seketika, melihat adiknya sudah tak bernyawa lagi. Jantungnya kembali melemah. Tubuhnya gemetar, dan nafasnya sudah tak terkontrol lagi. Kemudian ia dilarikan ke rumah sakit, hingga tak bisa menghadiri pemakaman Aye saat itu.

Setelah dia sadar dari komanya, dokter mengatakan bahwa riwayat penyakit jantungnya sudah sembuh. Namun Singto yang sekarang tidaklah sama. Dulu ia terang-terangan menolak bisnis ilegal keluarganya, namun setelah kejadian itu Singto berubah. Bahkan ia dikenal lebih kejam dari kedua orang tuanya. Singto tidak suka kekerasan seperti menyiksa, atau menyandera. Tapi ia lebih menyukai jalan cepat. Singto akan langsung mengambil pistol, dan memberi satu tembakan pada musuhnya.

Namun untuk Krist, rasanya ia masih ingin menyiksa orang itu. Singto ingin Krist merasakan penderitaan yang sama seperti Aye. Sebelumnya Singto mengandalkan para bawahan untuk mencari keberadaan si pembunuh. Kemudian secara tiba-tiba ia ingin turun tangan. Ia ingin mengambil alih pekerjaan ini, lebih-lebih setelah mengetahui bahwa ia hidup dengan bantuan dari jantung adiknya.

Ya, jantung itu milik Aye. Dokter meletakkannya di tubuh Singto. Betapa terkejutnya ia saat menemukan data-data itu. Ia begitu kecewa, karena Gun atau siapapun tak ada yang memberitahunya. Amarahnya kepada Krist semakin membara. Ia ingin segera menuntaskan semua ini. Singto mulai menyiksa Krist, bahkan ia sampai berani melecehkan pemuda itu. Ia ingin balas dendam sebagai seorang kakak, dan sebagai Aye yang jantungnya berdetak didalam tubuh Singto.

Tapi kemudian sesuatu terjadi. Tragedi, dimana Singto tak pernah melihat orang lain, kecuali ia sendiri yang merasakannya. Krist kesakitan dibawahnya. Krist memanggil namanya dan meminta tolong. Krist kesulitan bernafas, dan tentu saja Singto tahu bagaimana rasanya. Ia benar-benar ketakutan saat itu. Wajah Krist yang memucat, dan tangan pria itu juga mulai dingin. Singto takut...

Ada sedikit penyesalan didalam dirinya. Seharusnya ia bunuh saja Krist dari awal. Mungkin dia tidak akan pernah melihat itu.

**********

     Gun yang merasa bersalah karena sudah mendiamkan adiknya berhari-hari, berniat akan kembali ke Chiangmai. Gun takut Singto akan mencelakai dirinya, apalagi dalam keadaan terpuruk. Saat sampai di rumah itu, Gun langsung disuguhi pemandangan, dimana Singto sedang berada didasar kolam. Singto bahkan tak bergerak sedikitpun. Gun begitu takut, dan langsung menyusul Singto untuk membawanya ke permukaan. Ia marahi habis-habisan adiknya itu, namun hatinya menangis pilu menahan perih.

Entah apa yang membuat Singto seperti ini, Gun merasa bingung. Kenapa adiknya yang tangguh menjadi lemah, sampai memiliki niatan akan mengakhiri hidupnya?.

Setelah kejadian itu, semalam Gun menemani Singto di kamarnya. Ia biarkan Singto beristirahat dari pekerjaannya. Singto mungkin sudah sangat lelah. Bukan hanya lelah fisik. Namun batinnya juga ikut merasa kelelahan.

Krist dirawat oleh New, dokter kepercayaan keluarga Ruangroj. Bisa dipastikan Singto pergi untuk melihatnya, setiap pagi dan sore. Sudah tiga hari Krist terbaring dengan infusnya, namun tak ada tanda-tanda dari pria itu bahwa ia akan sadar.

Hari ini Singto baru pulang dari kantor, dan malah langsung melangkah menuju kamar Krist. Tak ada orang di rumah. Gun mungkin ada di Bangkok mengurus pekerjaannya, sedangkan jadwal periksa New hanya di pagi hari. Singto mengamati wajah pucat itu, dengan tatapan yang sulit dimengerti. Pandangannya benar-benar datar. Kadang terbersit dalam benaknya, kenapa ia melakukan ini?. Kenapa Singto masih ingin Krist sembuh, dan membuang-buang uangnya untuk pengobatan pria itu?. Bukankah akan lebih mudah, jika Krist mati sekarang?.

Tapi Singto tidak selicik itu. Ia tidak akan menyerang lawan saat sedang lengah. Singto mungkin masih ingin memberi kesempatan pada Krist untuk menjelaskan semuanya.

Keesokan harinya, New menghampiri Singto dan mengatakan bahwa Krist sudah sadar.

"Tapi lambungnya masih luka. Aku harap kau memberinya kesempatan untuk pulih".

Pernyataan New terasa perih dihatinya. Apakah Singto sejahat itu, hingga Krist membutuhkan belas kasihnya?.

"Lakukan tugasmu. Setelah dia sembuh, kau tidak perlu lagi datang kesini".

Singto langsung naik ke kamar, dan New hanya tersenyum menanggapinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singto langsung naik ke kamar, dan New hanya tersenyum menanggapinya. Ia bahkan tak tahu, kenapa Singto sejahat ini. Padahal saat sekolah menengah dulu, Singto sangat ramah dan tidak menyukai hal-hal yang berhubungan dengan pembullyan.

New merawat Krist sampai sembuh, walaupun terkadang Krist bertingkah aneh. Ada saat dimana Krist terlihat ketakutan begitu melihatnya, kadang pria itu juga tiba-tiba menangis. New ingin sekali mengajaknya bicara. Namun Krist malah ketakutan ketika New mendekati dirinya.

Dokter itu mulai berpikir, bahwa mungkin itu adalah pengaruh dari perbuatan Singto, hingga Krist menjadi seperti layaknya orang gila. New sudah mengatakan pada Singto bahwa ia harus membawa Krist ke psikiater. Namun pria itu tak merespon apapun, dan malah menyuruh New untuk tidak datang lagi kerumahnya.

Not Magic 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang