26. Previous incident part 5

82 8 18
                                    

Kejadian sebelumnya bagian 5

     Hari sudah mulai gelap. Krist yang baru saja membuka matanya perlahan berjalan ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sesaat ia berhenti di depan cermin, dan melihat pantulan dirinya di sana. Krist memegangi perutnya yang masih rata. Ia berpikir mungkin orang akan melihatnya aneh setelah itu membesar nanti. Lagi-lagi Krist menangis di dalam sana. Andaikan kamar mandi itu memiliki kolam seperti di rumah Singto, ia mungkin sudah tenggelam sekarang.

Setelah selesai membersihkan diri, Krist keluar dengan hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya. Namun betapa terkejutnya ia begitu melihat sesosok pria yang tengah duduk di ranjang, dan tersenyum ke arahnya. Siapa lagi jika bukan Singto. Bukannya senang, ia malah terlihat emosi melihat kedatangan pria itu.

"Kemari. Biar ku keringkan rambutmu".

Krist masih tak kunjung bergerak dari tempatnya. Singto yang melihat itu menjadi heran, karena biasanya Krist akan langsung melompat begitu Singto mengunjungi kondo nya. Karena Krist tetap diam, akhirnya Singto yang mengalah dan berjalan ke arahnya. Saat Singto sudah dekat, lalu dengan gesitnya Krist mundur selangkah.

"Ada apa Kit?".

Singto semakin heran dengan tingkahnya kali ini.

"Kembalilah phi, aku ingin sendiri".

Krist dengan jelas mengusir Singto.

"Kenapa?. Apa aku berbuat kesalahan?".

Krist menggeleng, dan air matanya kembali mengalir.

"Hey, Kit!. Ada apa, kenapa kau menangis?".

Singto mencoba mendekatinya, namun sekali lagi Krist mundur.

"Jelaskan padaku, Kit".

"Pergilah phi".

"Ada apa Kit?".

"Pergi!!!!".

Krist mendorong Singto supaya keluar dari kamarnya. Krist bahkan telah lupa, bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Singto. Pria itu sesaat menatap wajah Krist yang sudah sembab, lalu pergi meninggalkannya dengan suara tangis yang memenuhi ruangan.

Krist menangis histeris begitu Singto hilang dari pandangannya. Ia tidak berani mengatakan semuanya pada Singto, walaupun sudah jelas bahwa Singto lah ayah dari janinnya.

"Mae, kenapa ini semua terjadi pada Krist?. Krist harus minta tolong pada siapa?".

Sosok ibu sangatlah penting bagi kehidupan Krist. Setiap ada masalah, ibu yang selalu menjadi tempat berpulang baginya. Namun sekarang, ia sudah menjadi sebatang kara. Bahkan mungkin paman yang sedang menjalankan bisnis keluarganya tidak akan menerima ini. Krist hanya meringkuk di tempat tidur, menangis histeris meratapi takdir yang sama sekali tidak ia inginkan.

Keesokan harinya, Krist berangkat ke kampus seorang diri. Ini salah satu ketakutan terbesarnya. Apakah dirinya harus berhenti kuliah, sedangkan kesempatan untuk lulus hanya tinggal selangkah lagi?.

"Woy!".

Mike menepuk bahunya dari belakang, dan jelas saja Krist terkejut.

Not Magic 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang