38. Express feelings!

76 8 10
                                    

Mengungkapkan perasaan!

     Sudah 2 Minggu Singto berada di Chiangmai, menjauh dari orang-orang yang menurutnya menyebalkan. Hanya Tay dan Off yang bisa masuk dan menemuinya di sana kapan saja. Ia bahkan tak peduli jika harus bolak-balik Chiangmai-Bangkok setiap hari untuk bekerja.

Ini memang hari libur, dan kedua sahabat itu sedang dalam perjalanan ke tempat Singto berada. Pria itu memfokuskan semua waktunya untuk bekerja, namun lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Di pikirannya saat ini hanya di penuhi dengan uang.

Saat Off dan Tay masuk ke rumah besar itu, mereka tak melihat Singto di dalam. Mereka yang sudah menganggap rumah sendiri, langsung mencari Singto di atas. Sesampainya di sana, betapa terkejutnya mereka saat mendapati pria yang mereka cari sedang duduk di sofa dengan tangan yang di penuhi darah.

"Sing, apa yang terjadi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sing, apa yang terjadi?. Kau berkelahi dengan siapa?".

Tay yang panik langsung mengambil kotak obat di lemari Singto. Singto melihat ke arah dinding, yang di ikuti oleh gerakan kepala Off. Ya, banyak bekas darah di sana. Singto bukan berkelahi dengan seseorang, melainkan ia memukuli dinding yang tak berdosa itu.

"Gila!. Apa yang kau lakukan bodoh!".

Off mengumpati sahabatnya itu dengan bermacam kalimat ejekan, seperti bodoh dan semacamnya. Singto hanya diam menghadapi mereka, karena ia sudah lelah berperang dengan batinnya sendiri.

"Ada apa, Sing?".

Singto tak menjawab, dan membiarkan Tay mengobati lukanya.

"Dia sudah gila. Tidak ada pengkhianat, jadi saat jiwa psikopatnya keluar, dia menjadikan dinding sebagai lawannya. Dasar bodoh!".

Tay hanya terkekeh mendengar kalimat itu.

"Aku benci Krist!".

Kalimat itu lagi. Semenjak Singto kembali dari Chonburi, ia selalu mengatakan itu di depan mereka.

"Ya, aku tahu. Untuk apa kau mengulanginya berkali-kali?".

Off hanya menggerutu karena merasa sudah bosan mendengarnya.

"Kau yakin ingin membenci dia, Sing?".

Tay sudah lama merasakan perubahan pada sikap pria itu. Bukan kebencian yang ia miliki, dan Tay bisa melihat semuanya.

"Ya!. Dia mengatakan bahwa aku yang menghamilinya, dan setelah aku bisa menerima semua itu, dengan mudahnya dia berkata bahwa aku bukan ayah dari janinnya. Kenapa dia harus mempermainkan perasaanku seperti ini?".

Not Magic 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang