20. Singto's voice (I'm scared)

92 12 0
                                    

Suara Singto (Aku takut)

     Darimana aku akan bercerita?.
Mungkin saat pertama kali aku masuk kuliah dan bertemu dengan Krist. Tujuan pertamaku, adalah untuk membalas kematian seseorang yang sudah ia bunuh. Semua bukti yang kudapat sudah mengarah padanya, terutama goresan di tangan Aye yang berbentuk huruf K.

Namun semakin aku mendekati tersangka, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Krist terlihat sangat mencintai adikku. Bahkan saat aku bertanya, bukannya gugup, tapi dia malah menunjukkan sikap cemburu. Dia begitu marah, setiap kali aku menyebut nama Aye. Dia juga mengancam ku, jika sampai aku memiliki perasaan terhadap kekasihnya.

Tapi aku masih tak ingin menyerah. Aku bahkan berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan membuatnya mengaku sebelum mati. Semuanya berjalan lancar, sampai dia datang ke rumahku dan memasuki sendiri jaring kematiannya. Kulakukan berbagai macam cara agar dia membongkar kebusukan itu. Namun Krist masih bersikap keras kepala, dan mengatakan kalau dia tidak mengetahui kematian Aye. Aku marah, dan rasanya ingin segera menghabisinya saat itu. Tapi aku masih belum mendapatkan pengakuannya.

Aku menghukumnya, dan aku pun tahu bahwa itu salah. Tapi tidak ada cara lain lagi. Aku pikir setelah hukuman itu, dia akan memberiku jawaban yang ku tunggu-tunggu selama ini. Tapi Krist tetap kekeh dengan pendiriannya. Bahkan dirinya sudah begitu berantakan.

"Bunuh saja aku".

Selalu itu yang dia gumamkan. Tapi aku butuh jawaban, bukan ini. Banyak orang yang tidak suka aku melecehkannya, dengan alasan kalau itu bisa berbahaya untuk kesehatan mentalnya. Aku tidak peduli, toh sebentar lagi begitu dia mengaku aku akan langsung membunuhnya.

Sampai 2 bulan, Krist masih berada di rumahku. Selama itu aku masih pergi ke kampus untuk mencari petunjuk lain. Aku menjadi tidak yakin lagi pada Krist. Dia sama sekali tidak menunjukkan kecurigaan. Semuanya terlihat buntu, namun tiba-tiba ada yang datang dan mengatakan kalau mereka menemukan rumah persembunyian milik Aye. Aku pergi ke alamat itu, dan rumahnya terlihat begitu asing. Aye tidak pernah memberitahuku tentang rumah ini.

Kemudian kutemukan sesuatu yang aneh. Ada sebuah foto Aye dengan seorang pria. Bukan Krist, dan aku mengenal siapa pria ini. Dia temanku, yang sudah lama tidak kutemui. Tapi setahuku Aye tidak pernah bermain dengannya. Mereka hanya bertemu sekali saat kami mengadakan sebuah acara di rumah. Kutanyakan pada Krist, mungkin dia juga mengenalnya, namun jawabannya tidak. Hanya Aye yang dekat dengan Nikky.

Selain Krist, hanya Nikky satu-satunya yang menjadi tersangka. Tapi aku tidak tahu dimana dia sekarang. Sudah bertahun-tahun kami tidak berhubungan, sejak hari dimana dia menyatakan perasaannya padaku. Aku sangat terkejut saat itu. Aku menganggapnya teman baik, dan dia malah menginginkan lebih.

     Beberapa hari kemudian Mek datang dan mengatakan bahwa lokasi Nikky sudah ditemukan. Dia berada di penjara Bangkok, dan sedang menjalani hukuman seumur hidup. Aku tidak tahu kenapa dia bisa mendapat hukuman itu. Lalu aku pergi menemuinya, dan wajahnya nampak begitu kusut. Kami saling bicara di balik jeruji besi. Nikky bahkan seperti enggan melihat wajahku.

"Bagaimana keadaanmu?".

Aku membuka pembicaraan dan menghilangkan keheningan serta rasa canggung diantara kita.

"Jangan banyak bicara, aku tahu kau akan marah".

Aku sempat berpikir tentang ucapannya, sampai akhirnya aku sadar kemana arah pembicaraan ini.

"Jadi benar kau yang membunuh adikku?".

"Ya, aku yang membunuhnya".

Aku benar-benar marah saat itu.

"Kenapa kau melakukan ini, ai sat!".

"Karena adikmu sedang mengandung. Dia hamil anakku. Aku tidak ingin bertanggung jawab, karena aku tidak mencintainya".

"Lalu kenapa kau memperkosanya, sialan!".

Aku sudah tidak peduli dengan banyaknya polisi di sana. Bahkan tak ada yang berani melerai ku saat itu.

"Aku tidak melakukannya. Dia sendiri yang datang dan memintaku untuk tidur dengannya. Saat itu aku juga masih marah padamu".

"Kau punya masalah denganku, tapi kenapa melampiaskan padanya!".

"Aku benar-benar marah padamu, Singto. Bisakah kau rasakan bagaimana perasaanku saat itu?. Jika kau memang tidak mencintaiku kembali, seharusnya bilang saja secara baik-baik dihadapan ku. Bukannya malah membuat klip pengakuanku, dan mempostingnya di grup sekolah. Apa kau tidak tahu betapa malunya itu?".

Nikky terlihat lebih kesal dariku. Memang ada klip yang tersebar di grup sekolah tentang pengakuan cintanya saat itu. Tapi aku tidak tahu siapa yang sudah mengambil dan membagikannya.

"Satu hal lagi. Saat aku meniduri adikmu, dia sudah tidak perawan. Ada 3 pria yang sudah memperkosanya sebelum aku. Karena itulah dia menjadi hancur, dan memintaku untuk menemaninya setiap malam. Dia sakit, Singto. Dia butuh dukungan, dan dimana kau saat itu?. Jangankan kekasihnya, kakaknya sendiripun tidak pernah peduli".

Bagaimana bisa aku tidak mengetahui hal ini?. Kenapa aku sangat bodoh?.

"Saat aku mengetahui tentang kehamilannya, aku benar-benar bingung. Aku takut untuk menghadapi kenyataan. Jadi aku berpikir, mungkin akan lebih baik jika membunuhnya saat itu. Seperti yang kau lihat, ada banyak luka di tubuhnya. Itu adalah ulahku. Terakhir aku menggoreskan inisial K di lengannya agar kau tidak menaruh curiga padaku. Aku tahu nama kekasihnya adalah Krist".

Krist?. Orang yang selama ini aku siksa tanpa ampun?.

"Setelah pembunuhan itu, hidupku tidak pernah tenang. Aku selalu dihantui rasa bersalah. Lalu aku pergi kesini untuk menyerahkan diri. Aku bukan kau, Singto. Aku bukan kau yang setelah melakukan kesalahan, langsung lari begitu saja. Aku bukan kau yang seolah memiliki pantangan untuk mengucapkan kata maaf".

"Sudah ku katakan itu bukan ulahku. Aku tidak tahu tentang klip itu".

"Sudahlah, Singto. Semuanya sudah terlambat. Aku akan menjalani hukuman ini sampai mati, dan kau, jalani hukumanmu sendiri".

Kemudian Nikky pergi memasuki ruang tahanannya kembali. Aku benar-benar hancur sekarang. Aku telah menyakiti banyak orang. Nikky, Aye, dan... Krist.

Setelah dari Bangkok aku mampir ke bar. Banyak orang, namun rasanya aku seperti sedang sendirian. Hanya beberapa botol, aku langsung kembali ke rumah. Di perjalanan, Mek mengatakan sesuatu yang benar-benar membuatku terkejut.

"Kelompok di Bangkok menanyakan, siapa lagi yang ingin anda habisi boss".

"Narawit, yang sudah membawa lari uangku 2 Minggu lalu".

"Baik!".

"Bisa aku lihat, semua daftar yang sudah mereka urus?".

Mek memberiku iPad yang sudah tertera puluhan nama di layarnya.

"Chaiyut Jack Sangpotirat?".

"Dia orang terakhir yang mereka habisi selama 3 bulan ini, boss!".

Tiga bulan?. Bukankah itu saat dimana aku mendengar kematian kerabat Krist?.

"Siapa yang menyuruhmu melakukannya, ai sat!".

"Mm..mereka bilang, itu perintah anda boss!".

"Aku tidak pernah menyuruh mereka membunuh orang yang tidak ada hubungannya denganku".

Bodoh!!!!!!.
Bagaimana aku tidak mengetahui kesalahan ini?. Bahkan saat itu aku malah berpesta dengan Off dan Tay begitu mendengar kabar kematian mereka. Aku senang, akhirnya Krist merasa kehilangan juga sepertiku. Aku tidak pernah menduga, kalau akulah penyebabnya.

Not Magic 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang