3. Cry to your heart's content!

99 16 2
                                    

Menangislah sepuasnya!

     Ini adalah akhir pekan, dimana semua mahasiswa libur dari kegiatan belajar mereka. Singto suka duduk di balkon kondo, dengan menatap jalanan yang tidak pernah sepi. Tak lama kemudian, bola matanya menangkap sesosok pria yang sudah tak asing lagi. Krist!.
Singto langsung berlari mengambil handphone dan dompetnya, dan keluar dari ruangan itu.

"Hei, Sing. Kami baru saja akan mengajakmu pergi makan".

Off dan Tay tiba-tiba muncul di koridor.

"Tidak bisa sekarang. Aku ada urusan!".

Singto terus berlari tanpa menghiraukan mereka yang sedang kebingungan melihatnya.

Singto mengikuti Krist,dan tak lama orang itu berhenti di gerobak penjual babi panggang. Tanpa pikir panjang, Singto menghampirinya, dan bertingkah seolah mereka tidak sengaja bertemu.

"P'Krist, selamat pagi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"P'Krist, selamat pagi!". Singto

Bukannya menjawab, Krist malah terlihat kebingungan. Ia langsung menyembunyikan sesuatu dibelakangnya. Sangat disayangkan, Singto adalah orang yang sangat teliti. Bahkan dari atas kondo pun Singto sudah tau, kalau itu adalah segelas pink milk.

"Kenapa kau tersenyum?".

Singto yang mendengar itu langsung mengubah ekspresinya. Ia juga tidak sadar, kalau dirinya sedang tersenyum.

"Ehm..p'Krist. Kenapa kemarin phi tiba-tiba pergi begitu saja?".

Disinilah Singto memulai.

"Kenapa?. Apa aku perlu izinmu untuk pergi kemanapun?". Krist menjawab dengan ketusnya.

"Apa karena pertanyaan itu phi menghindari ku?".

Lagi-lagi Krist diam. Ingin pergi, tapi pesanannya belum siap. Kemudian ia memilih untuk tidak menjawab, agar Singto tidak melanjutkan pembicaraannya.

"Phi Krist, aku hanya...".

"Khun Singto!". Krist memotong kalimat Singto.

"Bisakah kau diam, dan tunggu giliranmu?".

"Itulah yang kulakukan sekarang phi. Apa salahnya sambil menunggu, kita saling bercerita?".

"Kau tahu? Orang yang kau tanyakan kemarin adalah pacarku. Kalau kau berani bermain-main padanya...".

"Phi tidak perlu khawatir. Aku tidak seburuk itu".

"Benarkah?. Jika aku sampai mendengar kau menyukai pacarku...aku harap kau selalu ingat ini. Aku tidak suka ada orang yang ikut campur, apalagi urusan pribadiku".

Singto terdiam sejenak. Ia mulai mencerna perkataan Krist tadi. Karena tak ingin membuat Krist curiga, ia memilih untuk memikirkannya di kamar saja.

"Aku tidak ingin ikut campur. Aku hanya ingin tau tentang Aye!". Kali ini Singto memperjelas maksudnya, tanpa bertele-tele lagi.

"Cukup!. Apa kau melawanku?". Amarah Krist memuncak mendengarnya.

"Aku tidak akan berani!. Aku hanya ingin tau. Tapi kalau phi tidak mau jawab tidak masalah".

Krist terdiam, dan disitulah Singto mungkin paham maksud Krist. Pria itu berkata seolah Singto ingin melakukan hal buruk pada kekasihnya, tapi sebenarnya dialah yang mencelakai pacarnya sendiri.

"Dan menurutku, phi tidak perlu mengkhawatirkan orang lain. Akan lebih baik...kalau phi pikirkan diri sendiri saja".

Krist diam seribu bahasa. Ia semakin tak mengerti maksud anak di depannya itu.

"Perlu kau tau, bahwa aku juga tidak suka mencampuri urusan orang lain. Aku serius!".

Singto kali ini benar-benar membuat Krist diam. Head hazer yang arogan dan egois itu telah hilang dari dirinya. Entah Krist yang tidak paham maksud Singto, atau Singto yang tidak memahami Krist, atau malah mereka yang sama-sama tidak saling memahami.

Singto telah sampai di kamarnya. Kali ini ia benar-benar kacau. Apa yang sebenarnya terjadi?. Kenapa Krist tidak memberinya petunjuk apapun?.

"Ahhh......!. Aku benci padamu Krist!".

Singto mengamuk, dan melempar barang-barang miliknya ke lantai. Air matanya mulai menetes satu-persatu. Tangannya mengepal, dan wajahnya berubah menjadi merah.

"Sing, apa yang terjadi?".

Tay dan Off datang dengan sebungkus makanan. Mereka sangat terkejut melihat kamar Singto yang sudah berantakan. Belum lagi tangannya yang mulai bercucuran darah, akibat pecahan kaca yang ia lempar.

"Ada apa?". Tay bertanya dengan nada lembutnya.

Off dan Tay adalah orang-orang yang selalu ada untuk Singto. Mereka sudah seperti rumah, dikala Singto sedang merasa terpuruk.
Alih-alih menjawab, Singto malah terlihat seperti orang linglung, dengan air mata yang terus mengalir. Melihat keadaan Singto, Tay langsung meraih temannya itu, dan dipeluknya erat-erat.

"Tidak papa...semua akan baik-baik saja..". Begitulah cara Tay menenangkannya.

Singto tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis, sambil mencengkram erat punggung temannya itu. Dari sanalah Tay sadar, kalau Singto sedang tidak baik-baik saja.
Tak lama kemudian, pelukan itu langsung disusul oleh Off, yang dari awal hanya berdiri mematung menatap kedua temannya.

"Pasti lelah, menahan air mata didepan orang-orang kan?". Off

"Tidak papa. Kau bisa menangis sepuasnya didepan kami!". Tay.

Kali ini Singto tidak lagi menahan tangisnya. Suara tangisan itu semakin keras, dan terkadang di selai dengan suara sesenggukan.

Setelah beberapa saat akhirnya Singto merasa lebih tenang.

"Hei Sing!. Apa menurutmu kita bayar orang saja untuk melakukan ini?". Off .

"Sudah berapa kali aku melakukan itu. Tidak ada yang bisa. Mereka semua selalu bertemu jalan buntu".

Mereka terlihat sedang berpikir. Singto sudah pernah memerintahkan anak buahnya untuk mengurus ini, tapi mereka selalu kembali dengan tangan kosong. Jadi ia pikir, jika dirinya sendiri yang turun tangan, semuanya akan lebih mudah.

"Krist adalah orang yang sangat berbahaya!". Kalimat itu keluar dari mulut Singto.

"Kau bertemu dengannya hari ini?". Off.

"Aku sengaja mengikutinya, dan dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda apapun". Singto.

"Dia pandai menjaga rahasia". Komentar Off.

"Sing!, menurutku kali ini kau harus minta bantuan orang-orang mu". Tay.

"Tidak!. Aku masih bisa mengurusnya sendiri".

Jika Singto sudah mengambil keputusan, tidak ada yang berani menentangnya termasuk Off dan Tay.
Kali ini Singto benar-benar murka. Dilihat dari tatapan wajahnya, sepertinya ia tidak akan berbuat lembut lagi pada khun Perawat Sangpotirat itu.

Not Magic 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang