13. Singto's fear!

84 12 2
                                    

Ketakutan Singto!

Pagi....
Krist membuka mata sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri. Ia ingat, bahwa semalam dirinya berada di dalam kamar mandi. Tapi kenapa sekarang dia malah terbangun di ranjang?. Dan lagi pakaiannya juga sudah berganti. Bukan kaos ini yang dipakai Krist kemarin. Tidak mungkin Singto yang melakukannya. Karena jika itu benar, seharusnya ia sudah tidak selamat.

Krist memegangi perutnya, yang terasa lebih baik dari semalam. Beberapa saat kemudian, Singto memasuki kamar itu dengan membawa nampan. Krist yang melihatnya langsung ketakutan. Singto menyodorkan nampan itu, namun Krist malah menolaknya.

"Tidak, phi....".

Krist menggeleng. Ia takut akan merasakan hal yang sama seperti sebelumnya jika dia makan lagi.

"Mau makan atau tidak?".

Mendengar suara tekanan itu, Krist teringat akan ancaman yang diberikan Singto semalam, jika dia tidak makan. Akhirnya ia mengambil nasi itu dan melahapnya didepan Singto. Singto melihat betapa menyedihkannya keadaan Krist saat ini. Ia harus makan, karena tidak ingin melihat seseorang terbunuh. Padahal dirinyalah yang akan mati, jika tidak melahap apapun.

Hanya beberapa suapan, perutnya kembali melilit. Dengan cepat ia langsung berlari ke kamar mandi, dan lagi-lagi mengeluarkan seisi muatannya. Singto hanya berdecak kesal melihat itu.

"Huek.. Huek.. Huek..".

Tak ada niatan sedikitpun dalam diri Singto untuk membantu.

Setelah dirasa tak ada lagi yang akan keluar, Krist kembali menuju ranjang tempat tidurnya. Ternyata di sana masih ada Singto yang duduk terpaku di sofa memandanginya berjalan tertatih-tatih.

"Phi biarkan aku pergi, aku mohon....hiks...hiks...hiks...".

Saat ini ia telah berlutut di kaki Singto.

"Setelah kau melenyapkan adikku, apa aku bisa membebaskan mu begitu saja?". Singto dengan penuh amarahnya.

"Aku tidak membunuh siapapun phi... Hiks, aku bersumpah!".

Krist masih memegangi perutnya yang terasa perih.

"Kau pikir aku bodoh, menuduh seseorang tanpa bukti, hah?".

"Aku tidak tahu, Aye.....".

Krist menghentikan kalimat dan tangisannya, karena Singto langsung menarik tangannya untuk berdiri. Dengan susahnya Krist berdiri, namun Singto malah melemparnya ke ranjang.

"Akhhh...!!!".

Perutnya semakin terasa sakit. Sungguh keparat. Dalam keadaan ini, Singto malah berniat akan menikmatinya lagi. Singto mulai melumat bibir Krist.

"Jangan...phi... Akhhh!!!!".

"Jangan sebut nama adikku dengan mulut kotor mu ituhhh".

Singto semakin memperdalam ciumannya, karena ia ingin sekali meraih dan menghisap lidah Krist. Saliva milik Singto mulai menetes ke dagu Krist.

"Hiks..... Hiks... Hiks.....".

"Julurkan lidahmu, jalanghh!".

Singto terus memaksa masuk, hingga Krist mulai menyerah. Lidahnya kini telah beradu dengan milik Singto.

Not Magic 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang