44. Don't!

97 10 16
                                    

Jangan!

     Krist yang selesai membersihkan diri, langsung pergi ke balkon untuk melihat pemandangan luar. Keindahan itu tak pernah membuatnya bosan, meskipun sudah lama ia tidak pergi keluar. Singto yang melarangnya, dengan dalih tak ingin terjadi sesuatu seperti kemarin.

"Apa kau bosan?".

Singto datang, dan langsung merangkul tubuh Krist. Sang empu hanya mengangguk menanggapi pertanyaan itu.

"Kapan-kapan aku akan mengajakmu keluar. Oke?".

Krist menoleh untuk melihat wajah suaminya, lalu tersenyum.

Singto mencium gemas leher mulus Krist. Wangi sabun masih menempel di sana. Lama-kelamaan, ciuman gemas itu berubah menjadi ciuman panas. Krist bergerak tak tenang dalam rangkulannya.

Sesaat kemudian, Krist merasa tangan Singto yang sedari tadi mengelusi perutnya, malah mencoba masuk menerobos kaos yang ia kenakan.

"Phi....".

Krist memegangi tangan berotot itu. Singto benar-benar sudah tidak bisa menahannya lagi. Pria itu langsung membawa Krist ke dalam, dan mendorong pelan tubuh itu ke atas ranjang. Singto mendukungnya di sana. Satu-persatu kancingnya ia buka, dan nampak lah Abs yang begitu menggoda miliknya.

Setelah membuka kaos putih Krist, ia mulai menciumi leher pria manis itu. Krist mencoba mendorong tubuh Singto, agar pria itu mau menjauh. Namun tenaganya tak bisa mengalahkan pria itu.

Singto terus mengecupi leher dan dada Krist, dan memberi beberapa tanda kepemilikan di sana. Saat ini Krist sudah tidak memakai apapun lagi. Saat tangan Singto mulai meraih penis Krist, tiba-tiba pergerakannya terhenti.

"Hiks..".

Ya, Krist tengah menangis sekarang. Singto menatap wajah Krist yang sudah memerah, bahkan beberapa bulir air mata tengah membasahi pipinya.

"Ja..ngan, hiks!".

Singto langsung menghentikan semuanya, dan beralih ke samping pria manis itu. Krist sangat ketakutan, terlihat dari tatapan matanya.

"Maaf....".

Sepertinya Krist masih trauma dengan kejadian sebelumnya. Kenapa Singto baru menyadari itu?. Kenapa ia baru sadar, setelah membuat Krist ketakutan seperti ini?. Singto yang khawatir langsung mengambil selimut dan menutupi tubuh Krist, dan memeluknya dengan sangat erat.

     Keesokan paginya, Singto bangun lebih dulu. Matanya seakan tak ingin mengalihkan pandangan dari pria manis yang tengah tertidur pulas di sampingnya itu. Sesaat kemudian, ia melihat bahwa Krist juga mulai membuka matanya.

"Sudah bangun?".

Singto tersenyum ke arah Krist, dengan menatap iba ke arah mata bengkak itu. Krist mengangguk pelan.

"Phi minta maaf atas kejadian semalam...".

Kalimatnya terhenti, begitu melihat Krist yang mencoba masuk ke pelukannya.

"Kit yang harusnya minta maaf, phi....".

Singto langsung mengelusi surai hitam pria yang tengah tidur di atas lengannya itu.

Not Magic 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang