Sebagian orang menganggap bahwa rumah adalah tempat paling tepat untuk pulang. Karena berada di rumah, mereka akan bertemu dengan orang tersayang. Dengan di rumah, mereka bisa menemukan kebahagiaan. Namun bagi Aru sendiri, rumah bukan tepat pulang sesungguhnya jika saat dia datang tidak ada satupun orang yang menyambutnya. Melainkan keheningan yang akan selalu ia temukan ketika sampai di dalamnya.
Hal itu menjadi alasan kenapa setiap pulang sekolah, Aru langsung bergegas mengganti pakaiannya, lalu kembali pergi menggunakan sepeda milik bapak. Karena Aru tidak suka berada di rumah seorang diri. Sedangkan untuk menyusul Raka di kedai hanya akan membuatnya semakin bosan. Alhasil, Aru akan selalu menghabiskan waktunya di luar rumah, setidaknya sampai Raka pulang.
Sama halnya seperti sore ini.
Awalnya Aru memutuskan bersepeda seorang diri sambil menikmati suasana sore hari. Tapi ternyata semesta sedang berbaik hati dengan mengizinkan Aru untuk pergi bersepeda bersama dengan Ara setelah mereka tidak sengaja bertemu di persimpangan.
Sambil mengayuh beriringan, mereka juga sambil membicarakan hal-hal random yang terbesit di benak mereka. Bahkan sesekali mereka tertawa yang membuat mereka hampir goyah mengendarai sepeda, kalau saja tidak menjaga satu sama lain untuk tetap berhati-hati.
Namun kali ini lelucon yang Aru ciptakan benar-benar di luar dugaan. Ara yang mendengarnya hampir tidak kuat. Ara tidak bisa untuk tidak tertawa. Kakinya mulai terasa seperti jelly— alias sudah tak kuat untuk mengayuh. Sedangkan matanya perlahan tertutup karena terus menertawakan lelucon Aru yang sudah berlalu. Sampai akhirnya, karena sudah tidak fokus mengendarai sepeda, Ara pun terjatuh mengenai aspal jalanan yang membuat lututnya terluka mengeluarkan darah.
Aru yang melihat kekasihnya sudah tergeletak di atas aspal, lantas memarkiran sepedanya dan menghampiri keberadaan Ara dengan rasa khawatir. Apalagi saat Ara hendak menangis karena tidak kuat menahan rasa sakit di lututnya.
Dalam kondisi seperti ini Aru tidak boleh panik. Dia harus cepat cari solusi supaya Ara tidak semakin kencang menangis. Dia meminta Ara untuk tunggu sebentar di sini, sampai Aru benar-benar kembali dari membeli barang-barang yang dia butuhkan di warung terdekat.
"ARU CEPETAN! KAKI ARA KELUAR BANYAK DARAH!"
Aru yang kebetulan sedang berada tidak jauh dari jarak Ara saat ini, tiba-tiba kekhawatirannya meluap-luap. Dia menyuruh si penjual untuk bergerak lebih cepat mengambilkan pesanannya, supaya Aru bisa cepat mengobati lukanya Ara.
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, buru-buru Aru menghampiri Ara dan membantunya membersihkan darah yang terus mengalir dengan cepat.
"Aru pelan-pelan." Ara meremas ujung pakaian Aru untuk melampiaskan rasa perihnya saat kapas di tangan Aru mendarat di sekitar luka.
"Tahan sebentar ya, Ara. Kalau nggak dibersihkan nanti bisa jadi infeksi. Nanti kalau sudah infeksi, kaki Ara di amputasi. Mau?" tanya Aru yang dibalas gelengan kepala oleh Ara. "Nah, makanya diem dulu. Nggak bakal sakit kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Pulang
FanfictionSebuah cerita di mana seorang kakak beradik yang selalu berusaha untuk hidup akur. Namun kenyataannya, setiap harinya selalu saja ada kesalahpahaman di antara mereka. Yang membuat mereka lagi-lagi bertengkar sampai sesuatu terjadi. ** ❝Mas pulang d...