20 || Pantai seribu kenangan

254 28 8
                                    

Semenjak malam itu terjadi, rasa was-was dan khawatir Jonatan semakin bertambah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak malam itu terjadi, rasa was-was dan khawatir Jonatan semakin bertambah. Dia akan terus mengawasi keseharian Raka di rumah, meskipun dari jarak yang jauh sekalipun.

Dan selama Jonatan mengawasi, Raka semakin merasa bosan di dalam rumah. Sekalinya pergi keluar pun tidak akan jauh. Paling tidak ke supermarket atau taman komplek sekedar jalan-jalan sore. Itu pun masih harus diantar oleh supir. Kalau tidak, Raka tidak boleh keluar. Raka benar-benar menghabiskan waktunya di rumah dengan rasa bosan.

Tapi beruntung hari ini Aru libur bekerja. Jadi hari ini Raka ada teman mengobrol yang bisa membuatnya jauh lebih baik.

Seperti saat ini contohnya. Sambil menonton televisi di ruang tengah, mereka sedikit berbincang dan bercanda. Aru juga menceritakan bagaimana keseharian dia kalau sedang bekerja. Aru banyak menceritakan hal seru membuat Raka jadi tertawa.

Namun saat sedang mendengarkan Aru bercerita, tanpa sengaja pandangan Raka tertuju pada tayangan televisi saat ini yang menayangkan salah satu pantai di Indonesia.

Seketika Raka teringat pada hari di mana Aru tiba-tiba menanyakan berapa biaya pergi ke pantai, keperluan apa saja yang harus di bawa, dan kapan dia bisa merasakan sejuknya udara di sana?

Raka juga ingat bahwa dulu dia pernah berjanji akan mengajak Aru ke sana suatu saat nanti jika dia sudah berhasil mengumpulkan uang biaya pergi ke sana. Dan Raka rasa, tabungan dia saat ini sudah cukup banyak untuk menepati janjinya pada Aru.

Raka tidak mungkin membiarkan Aru menunggu lebih lama sambil menatap pemandangan pantai di televisi itu dengan perasaan sedih.

"Aru.."

"Hm?" sang empunya nama menoleh.

"Ayo kita pergi ke pantai," ucap Raka membuat Aru sedikit terkejut. Aru juga membenarkan posisi duduknya guna menghadap ke arah Raka seolah meminta penjelasan apa maksud dari perkataannya. "Dulu waktu Aru bilang pingin banget pergi ke sana, Mas minta Aru untuk sabar dan menunggu sampai hari itu tiba kan?"

Aru mengangguk antusias.

"Aru udah berhasil menahan keinginan Aru pergi ke sana dan bersabar sampai Mas berhasil mengumpulkan uangnya. Jadi ayo kita pergi ke sana dan menciptakan kenangan indah," ucap Raka sambil menatap Aru yang sedang diam dengan wajah terkejutnya.

"Mas serius?"

Raka mengangguk sambil menunjukkan senyumnya, "Serius. Mas mau tepati janji Mas sama Aru untuk pergi ke sana sama-sama. Mas mau lihat Aru bahagia karena keinginannya sudah tercapai."

Aru tak bisa berkata apa-apa. Dia langsung memeluk tubuh Raka erat-erat seolah mengucapkan terima kasih karena Raka masih mengingat keinginannya untuk pergi ke sana.

"Tapi kayaknya kalau pergi berdua aja ngga bakal boleh sama papa. Jadi perginya bertiga sama papa ya? Nanti Mas minta izin dulu," ucap Raka yang dibalas anggukkan kepala antusias oleh Aru.

[✓] PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang