10 || Aru kembali sekolah

246 25 0
                                    

Sudah beberapa hari kemudian berlalu, kini Aru merasa bahagia karena pada akhirnya seragam yang sempat terbengkalai beberapa hari, bisa dipakai lagi hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa hari kemudian berlalu, kini Aru merasa bahagia karena pada akhirnya seragam yang sempat terbengkalai beberapa hari, bisa dipakai lagi hari ini. Karena tepat pada hari ini masa hukuman Aru sudah selesai. Dan dia akan kembali ke sekolah dengan bersemangat.

Terbukti dari bangun tidur tadi sampai serapi ini menggunakan seragam putih abu-abu dan menggendong tas hitam kesayangannya hendak menghampiri Raka yang berada di dapur guna menyiapkan sarapan untuknya. Aru benar-benar bersemangat, sampai-sampai senyum di wajahnya tak hilang sampai dia menemui Raka.

Raka yang melihat adiknya begitu bahagia pagi ini hanya bisa tersenyum dan bersyukur. Setidaknya pagi ini tidak akan ada drama singkat yang membuat Aru ngambek dan tak mau pulang seperti yang sudah-sudah.

"Sebelum berangkat sekolah, ayo sarapan dulu supaya nanti di sekolah ngga sakit perutnya," ucap Raka sambil meletakkan sepiring nasi goreng telur dadar di depan Aru yang sudah duduk siap menyantap sarapannya.

"Makasih, Mas."

Raka tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Aru hendak mengambil sesuatu yang sudah dia persiapkan dari jauh-jauh hari. Tak lain dan tak bukan sesuatu yang dia maksud adalah uang untuk tunggakan Aru di sekolah.

Setelah mengambil uang yang dia simpan di dalam amplop putih, Raka kembali menuju Aru berada dan menyodorkan amplop tersebut tepat di samping Aru tanpa mengucapkan apa-apa. Membuat Aru yang semula sedang sibuk menyantap sarapannya, lantas kebingungan menatap Raka.

"Mas ada sedikit rezeki. Kamu bayarkan uang itu untuk menyicil tunggakan sekolah, ya. Nanti sisanya insyaallah menyusul," ucap Raka membuat Aru kini mengerti.

Namun setiap kali hendak menerima uang pemberian Raka, Aru selalu merasa tidak enak. Aru takut uang yang Raka berikan adalah hasil dari tabungannya selama ini. Lalu kalau tabungannya terus diambil untuk biaya sekolah, pasti lama kelamaan akan habis. Lalu bagaimana nanti mereka kedepannya?

"Mas abis ngambil dari tabungan lagi ya?" tanya Aru.

Raka menggeleng, "Iya, tapi masih ada sisa kok."

Aru menghela napas panjang sambil meletakkan alat makannya. "Kalau Mas terus mengambil tabungannya, terus nanti kita kedepannya gimana? Jangan pikir Aru ngga tau kalau saat ini kedai lagi ngga seramai biasanya. Aru suka diem-diem dateng ke kedai, mengamati Mas dari jauh yang lagi duduk nungguin pembeli."

Raka sedikit terkejut. Selama ini dia tidak membiarkan Aru tahu-menahu tentang keadaan kedai. Dia selalu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi ternyata Aru tahu semuanya.

"Kedai memang lagi sepi. Bahkan Mas sempat berpikir untuk mencari kerja di luaran aja. Siapa tau gajinya lebih besar, lebih cukup pula untuk keseharian kita."

"Terus kedai bapak gimana?"

"Kita jual aja ya?" tanya Raka penuh kehati-hatian. Karena Raka tahu pasti Aru akan menolaknya. Mengingat kedai itu adalah kedai peninggalan bapak. "Nanti kan hasil dari jual kedai bisa membayar tunggakan sekolah lagi. Jadi nanti Aru bisa ikut ujian sekolah."

[✓] PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang