06 || Maafin Mas, Aru..

270 29 1
                                    

Dengan perasaan bahagia dan senyum sumringah Aru membuka pintu rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan perasaan bahagia dan senyum sumringah Aru membuka pintu rumah. Langkah gembira mengiringnya masuk ke dalam kamar sambil terus menatap paper bag berisi sepatu barunya yang baru saja dibelikan oleh Jonatan.

Setelah sampai di dalam kamar, Aru mengeluarkan kotak sepatu itu dari paper bag, kemudian mencoba lagi sepatunya sambil berlenggok di depan kaca besar yang ada di kamar.

Aru benar-benar bahagia. Sebab ini adalah kali pertama untuk sekian lamanya dia memiliki sepatu baru lagi. Tapi terlepas dari itu, walaupun sudah memiliki sepatu baru, Aru memutuskan untuk tidak membuang sepatu lamanya karena itu adalah pemberian dari bapak saat Aru berulang tahun waktu itu.

Aru tidak ingin jadi manusia seperti kacang lupa kulitnya. Sudah punya yang baru, yang lama dibuang begitu saja.

"Aru.."

Mata Aru membulat terkejut setelah mendengar suara Raka sangat dekat dari kamarnya. Dengan segera Aru melepas sepatunya dan mengembalikannya ke dalam kotak. Lalu setelah itu, kotak tersebut dia sembunyikan di bawah kolong tempat tidur supaya Raka tidak melihatnya.

Sebab Aru tidak ingin memberitahu bahwa dia telah mendapatkan hadiah dari Jonatan- pria dewasa yang belum Raka ketahui siapa orangnya.

Tepat setelah Aru menyembunyikan kotak tersebut, pintu kamar terbuka menampakkan sosok Raka yang kebingungan usai memergoki tingkah laku Aru yang aneh.

"Kok kayak kaget gitu Mas dateng?"

Aru tertawa canggung sambil bergerak gelisah. "Kaget dikit. Soalnya Aru pikir Mas belum pulang dari kedai. Ternyata udah ya.."

Raka hanya mengangguk sambil tersenyum mendengar jawaban Aru. Untung saja setelah itu Raka tidak bertanya yang lain-lain. Melainkan mengajak Aru ke ruang tengah karena Raka sudah membelikan Aru sebungkus nasi dan lauk untuk di makan sore menjelang malam ini.

"Buka aja nasi bungkusnya. Mas ambilkan minum dulu," ucap Raka setelah menyuruh Aru duduk di kursi ruang tengah. Lalu Raka pergi ke dapur untuk mengambil dua gelas air mineral untuk mereka.

Berbeda dengan Aru yang saat ini sedang kebingungan. Kenapa hanya ada satu bungkus nasi di atas meja? Sedangkan seharusnya ada dua untuknya dan Raka.

Setelah Raka kembali membawa dua gelas air mineral, Aru langsung mempertanyakan di mana nasi bungkus untuk Raka? Tapi Raka malah menjawab, "Mas beli satu karena khusus untuk Aru."

"Terus untuk Mas?"

"Mas udah makan di kedai."

Aru tidak percaya. Sebab bukan sekali dua kali Raka seperti ini. Jadi Aru tahu bahwa Raka tengah berbohong padanya.

Dari pada membuang-buang waktu membalas alasan Raka yang terus mengatakan sudah makan, Aru lebih dulu berlalu menuju dapur untuk mengambil satu sendok lagi yang akan dia berikan pada Raka supaya mereka bisa makan nasi bungkus itu bersamaan.

[✓] PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang