18 || Ini salah Aru, Maaf..

236 26 4
                                    

Walaupun Aru bekerja di tempat yang nyaman, mempunyai atasan yang baik, tetap saja Aru tidak bisa menghindar dari kata lelah setiap harinya. Karena menjadi satu-satunya karyawan bukanlah hal yang mudah untuk menangani pengunjung yang setiap hari akan bertambah.

Apalagi Aru belum lama pulih dari operasinya. Aru tidak bisa menguras semua tenaganya untuk terus bekerja. Jadi dengan penuh tekad dan keberanian, Aru menyampaikan keluhannya kepada sang atasan yang kerap dia sapa Kak Rere, bahwa dia sangat membutuhkan teman untuk membantu tugasnya.

Beruntung saat Aru menyampaikan keluhannya, Rere langsung setuju. Bahkan Rere sudah berniat menambah karyawan jauh sebelum Aru meminta. Hanya saja Rere masih mempertimbangkan siapa yang benar-benar bisa diandalkan.

"Kamu kalau capek istirahat aja dulu, mumpung belum ada pengunjung yang datang. Dari tadi pagi aku liat kamu ngga ada istirahatnya," ucap Kak Rere saat melihat Aru sedang berjongkok merapikan beberapa bunga yang terlihat berantakan.

"Aku ngga capek kok, Kak."

Kak Rere tekekeh, "Capek atau engga, selagi ada waktu buat istirahat kenapa engga? Kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu baru pulih dari operasi pencangkokan ginjal kamu. Jadi aku ngga mau kamu kenapa-napa."

Sebenarnya Aru sudah ingin istirahat sejak tadi. Tapi pengunjung tidak ada habisnya berhenti. Sekalinya sepi, pasti ada saja sesuatu yang harus dia kerjakan. Jadi waktu Aru untuk beristirahat kurang.

"Besok aku pastiin kamu ngga sendirian lagi, udah ada yang bantu. Jadi waktu istirahat kamu lebih teratur, ngga kayak sekarang."

Aru mengangguk sambil tersenyum senang, "Makasih ya, Kak. Semoga setelah ini toko bunga Kak Rere makin ramai pengunjung dan dikenal banyak orang."

"Aamiin," jawab Rere. "Makasih juga ya, Aru, udah bantu kakak selama beberapa minggu terakhir ini. Semenjak ada kamu, kakak jadi ga terlalu kewalahan menangani pengunjungnya."

Aru terkekeh sejenak, "Ada aku juga masih suka kewalahan kan, Kak."

"Iyaa.. Maklum ya, aku baru beberapa bulan belakangan buka toko bunga. Jadi lagi banyak-banyaknya orang yang penasaran sama bunga di sini. Aku awalnya ga kepikiran buat merekrut karyawan. Tapi semakin kesini, aku semakin butuh."

Aru hanya menanggapi dengan senyuman.

"Kamu sendiri kenapa mau kerja di sini? Padahal kamu tau sendiri gaji yang aku kasih setiap bulannya ga begitu besar."

"Aku cuma isi waktu luang biar ngga terus-terusan berdiam diri di rumah. Sekalian buat nambah-nambahin uang jajan, biar ngga minta terus sama papa."

Rere terkekeh, "Bagus dong. Hitung-hitung cari pengalaman sebelum ngelamar di tempat yang lebih baik."

"Aku mau tetap di sini aja ah. Ngga mau ngelamar di tempat yang lain," ucap Aru membuat Rere kebingungan. "Di tempat lain belum tentu bos nya baik, cantik pula hehe.. Lagian kalau nanti papa udah tua juga aku jadi penerusnya."

Rere sedikit tidak mengerti dengan maksud Aru. "Penerusnya? Maksud kamu, kamu anak pengusaha kah?"

Aru sedikit ragu untuk mengatakan iya. Karena kenyataannya dia hanya anak angkat Jonatan. Apa dia nanti benar-benar bisa menjadi penerus Jonatan seperti lelucon yang baru saja dia buat?

Bukankah itu terdengar mustahil?

"Kalau kamu beneran anak dari seorang pengusaha, apa aku akan tetap baik-baik aja setelah mempekerjakan anaknya di toko bunga yang ngga seberapa?" tanya Rere lagi membuat Aru yang semula bingung memikirkan jawaban yang tepat apa, seketika tertawa lepas.

"Pertanyaannya aneh banget sih, Kak? Ya jelas ngga apa-apa lah."

Rere tidak bisa berkata-kata lagi. Kenapa dia baru tahu sekarang kalau ternyata Aru anak dari seorang pengusaha? Itu artinya, Aru dari keluarga berada.

[✓] PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang