16 || Om Jonatan = Papa

267 35 4
                                    

"Om

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om.."

Serasa terpanggil, Jonatan yang semula sibuk dengan laptop untuk mengurus kerjaannya, tiba-tiba menoleh usai mendapati Raka yang telah membuka mata setelah beberapa jam tertidur.

"Aru mana?"

"Aru ada di ruangan sebelah, belum sadar."

"Aru baik-baik aja kan, Om?" tanya Raka dengan raut wajah khawatir.

Jonatan mengangguk, "Aru baik-baik aja. Operasinya berjalan dengan lancar. Terima kasih ya, Raka, kamu mau mengorbankan ginjal kamu demi kesembuhan Aru."

Raka tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. "Terima kasih juga ya om udah bantu biaya operasinya. Nanti kalau Raka punya uang, pasti Raka ganti kok."

"Ngapain di ganti? Om kan bantunya ikhlas. Lagian kalian udah Om anggap sebagai anak Om sendiri kok," ucap Jonatan membuat Raka lagi-lagi teringat dengan permintaan Jonatan pagi tadi untuk menjadi anaknya jika sembuh nanti.

Sebenarnya Raka senang kalau Jonatan mau menerimanya dan Aru untuk menjadi anak sambungnya. Dengan itu, kehidupan mereka pasti akan jauh lebih baik. Aru juga bisa makan makanan kesukaannya. Bukan hanya telur ceplok yang Raka siapkan setiap harinya.

Tapi di lain sisi, Raka masih ragu untuk menerima Jonatan. Selain mereka yang belum lama bertemu dan saling kenal, Raka juga takut kehadirannya dan Aru membuat Jonatan repot. Karena pasti Jonatan harus membagi waktu untuknya, juga dengan pekerjaannya.

Sama seperti saat Raka membuka mata tadi. Belum apa-apa, Jonatan sudah membagi waktunya dengan tugas kantor yang menumpuk sambil menjaga dirinya di sini. Terlihat dari sorot matanya, Jonatan kelihatan lelah.

"Om capek ya?"

Jonatan sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Raka.

"Kalau Om capek, pulang aja ngga apa-apa. Di sini kan banyak suster yang bakal bantu segala keperluan Aru dan Raka. Jadi om ngga perlu di sini sampai larut malam begini. Om juga harus istirahat biar ngga ikutan jatuh sakit."

Jonatan tersenyum tipis, "Capek pasti iya. Namanya juga manusia. Tapi om beneran ngga apa-apa kok jagain kalian di sini. Ya walaupun sambil ngurus kerjaan."

"Tuh kan.. Om sibuk banget pasti sama tugas-tugas kantor yang ketunda gara-gara ada di sini. Om pulang aja ya, istirahat. Nanti kalau ada kabar apa-apa dari Aru, biar Raka kasih tau."

Jonatan menggeleng, "Tugas om ada yang handle kok. Ngga semuanya om yang pegang. Jadi kamu tenang aja, ngga bakal ada yang keteteran."

"Tapi om udah banyak banget bantu Raka sama Aru selama ada di rumah sakit ini. Om juga yang udah lunasin biaya rumah sakitnya. Masa om juga harus capek-capek ngejagain kita sih?"

"Ngga pa-pa, Raka."

"Raka jadi makin ngga enak."

Jonatan tekekeh, "Serius om ngga pa-pa. Jangan merasa ngga enakan. Kan om sendiri yang mau jaga kalian di sini."

[✓] PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang