HAPPY READING, READERS!
INI CERITA YANG DIAMBIL DARI KISAH TEMANKU, TENTUNYA SUDAH AUTHOR BERI BUMBU, YA KALI NGGAK DI KASIH MICIN xixixiix....■■■
"Yang pertama? Bukan konflik tapi perkenalan."●●●
Jam pelajaran pertama di kelas 12 MIPA 2 sedang berlangsung setelah upacara bendera dilaksanakan. Banyak siswa siswi mengeluh capek karena berdiri terlalu lama dan ada juga yang ngeluh soal kulit mereka yang gosong karena memang pagi ini cuaca sangat terik. Tak banyak yang berangkat hari ini. Dari 32 murid, hanya 25 yang berangkat. Tidak, ternyata 5 diantaranya sedang menjalani hukuman karena melanggar peraturan.
"Siapa lagi yang tidak masuk hari ini?" tanya Pak Joko, guru Fisika.
Pelajaran pertama di hari senin yang terik ini memang kerap menjadi alasan banyak murid dikelas memilih untuk membolos. Namun, mengingat bahwa 3 bulan lagi mereka akan lulus dari sekolah, kebiasaan yang buruk itu sudah terpaksa ditinggalkan. Meskipun nakal begitu mereka khawatir soal masa depan, kamu gitu nggak?
"Lia sama Dipta, pak!" sahut Raya, selaku sekretaris kelas.
Banyak anak anak yang tak menghiraukan hal itu, apalagi bagi mereka Dipta memang kerap sekali tidak masuk sekolah. Namun, beda dengan Lia. Lia baru sekali ini tidak masuk sekolah, dan itu membuat Raya sebagai chairmate nya sedikit khawatir apalagi tanpa keterangan seperti ini.
"Ada keterangan?" tanya Pak Joko lagi.
Raya menggeleng ragu, karena mungkin saja suratnya bisa menyusul.
"Belum ada, pak," jelas Raya.
Okey, setelah pak Joko mengabsen tiap murid, pelajaran menyebalkan ini dimulai. Pak Guru mulai menuliskan sesuatu di papan tulis. Sudah pasti itu rumus rumus aneh yang bikin perut mules.
"Eh, katanya tadi malam Dipta mabuk tau." Rifki memulai bahan obrolan.
Anak anak yang duduk dibelakang dan tentunya didominasi oleh cowok tidak memperhatikan tulisan aneh itu. Mereka justru membicarakan temannya yang tidak masuk.
"Pelan goblok! Lu baru tau apa gimana, cok?! Udah biasa dia mah," sahut Nipo, teman sebangku Rifki.
"Anjing! Kagak usah pakek geplak pala gue. Udah miring tambah miring lagi pasti otak gue," celetuk Rifki.
Sebenarnya suara mereka terdengar sama beberapa anak kelas, tapi yaudahlah. Itu juga udah bukan berita Hot lagi. Mereka semua tau kalau Dipta emang mabukan. Tapi Dipta baik kok.
***
Disisi lain, Dipta menguap karena baru saja dirinya terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat pusing setelah banyak minum tadi malam. Dia bahkan tak ingat kenapa bisa sampai kamar dalam keadaan sehat seperti ini. Tapi, entahlah dia merasa tadi malam melakukan sesuatu.
Dipta mengedarkan matanya sembari menguceknya pelan karena agak blur. Tunggu....
Seorang wanita dengan rambut sebahu tertidur lelah disamping nya.
Shit! Dia telanjang?. Batin Dipta.
"Gue kayaknya ga punya ponakan cewek yang gede deh, terus ini siapa? Anjing! Apa gue nidurin dia tadi malam?" Dipta bahkan masing bingung dengan situasi yang ia hadapi.
Dipta sempat berfikir bahwa kali aja ponakannya numpang tidur tapi ga bilang bilang gitu. Tapi kenapa dalam keadaan telanjang gitu, Dipta masih belum tau.
Dipta turun perlahan, dia tak mau melihat bagian privasi seorang wanita. Dipta memilih keluar kamar dan membersihkan dirinya.
Padahal tadi malam Dipta sama si cewek ngelakuin anu.
Tak lama, si cewek bangun perlahan. Dirinya ingat detail yang terjadi semalam. Sungguh dia adalah wanita yang bodoh. Seharusnya dia tak membantu Dipta pulang kerumah. Harusnya dia mengabaikannya bukan?
Lia. Iya, teman sekelas Dipta.
Lia menangis keras dengan putus asa karena kehormatannya sudah terlepas. Tubuh Lia sudah terjamah oleh orang lain, dan sialnya itu adalah temannya sendiri. Bagaimana kalau dirinya hamil? Lia tak mau hal itu terjadi. Dia masih mau ujian terus kuliah.
Memang itu hanyalah angan.
Tangisan Lia mengundang kekhawatiran Dipta. Dipta yang baru saja selesai mandi segera menuju ke kamar bawah buat ngecek cewek tadi yang bahkan ia sendiri tak tau. Dengan rambut yang masih basah dan sedikit ada bau alkohol dari mulut Dipta, ia masuk ke kamar Lia.
"Eh kenapa?" tanya Dipta reflek.
Dipta terdiam cukup lama mencermati apa yang terjadi. Lia?! Teman sekelasnya kenapa bisa ada di rumahnya? Okey, sebentar. Dipta masih pusing karena alkohol dan dia lapar karena belum sarapan. Dia tak bisa mencerna yang terjadi.
Jadi, dirumah Dipta ini sedang kosong karena ya begitulah. Orang tua Dipta sedang berada di luar kota buat ngurus perusahaan. Emang sering banget kosong, hanya ada Dipta dan mbok nya dirumah. Itupun mbok atau pembantu dirumah tidak 24 jam berada di sini. Jadi, itu alasan kenapa tak ada yang menghentikan Dipta waktu berbuat itu.
"Lu jahat, Dipta," ujar Lia yang sudah agak reda tangisannya.
"Lu jahat! Harusnya gue ga nolongin lu. Harusnya gue biarin lu tidur di jalanan. Harusnya gue..." lidah Lia terasa kelu karena kecewa sama keadaan.
Dipta mulai paham apa yang terjadi. Iya, pasti dirinya telah memperkosa Lia.
"Okey, gini, lu bersih bersih dulu, gue pinjemin baju. Setelah itu kita bicara," akhir Dipta.
Dia shock? Tentu saja. Sebejat-bejatnya Dipta, dia tak pernah berfikir soal ngancurin cewek. Dipta tak bisa berbuat apapun, ini sudah terjadi. Jadi, setelahnya Dipta harus nanggung apa yang telah dia perbuat.
Sekitar 20 menit Lia mandi, dia keluar dan duduk berhadapan dengan Dipta diruang tamu.
Mata Lia yang sembab membuat Dipta semakin khawatir dan frustasi memikirkan bagaimana kedepannya. Haruskah dia bertanggung jawab? Lalu bagaimana soal sekolahnya. Bahkan Dipta siap mati jika dirinya dihajar ayahnya.
"Gue ngancurin kehidupan lo, Li." Suara tangisan perlahan terdengar dari Dipta. Dia benci karena dirinya melakukan hal seperti itu. Dia bersimpuh dihadapan Lia.
Dipta sujud meminta maaf pada Lia.
"G-gue bajingan, Li. Lu boleh bunuh gue, lu boleh mukul gue. Lakuin, Li sampai lu puas. G-gue minta maaf, gue ga sengaja."
Semakin keras suara tangisan Dipta. Bagaimana bisa ia menghancurkan masa depan gadis lugu ini? Dia bajingan paling bejat, Dipta mengakuinya.
"Gue harus gimana? Gue marah banget ke lu, Dip. Tapi gue sadar, ini udah terjadi, dan gue juga ga bisa terus terusan nangis karena masih banyak hal yang harus gue lakuin. Lu bego banget."
Lia, seorang wanita dengan pemikiran yang sudah dewasa. Dia belum sepenuhnya menerima tapi itu sia sia jika Lia tak mengikhlaskannya. Lia bukan anak yang bodoh, tapi satu yang Lia tau. Dipta tak sengaja melakukannya. Namun, tetap saja, Lia tak mau menutupi hal ini dari orangtuanya. Dia tak ingin ada masalah di masadepan.
Lia sakit hati tapi tidak dengan tubuhnya.
Jadi itu yang juga merupakan alasan Lia merasa ini merupakan kesalahannya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA (END)
Teen FictionKisah sederhana tentang dua siswa yang terjebak dalam kebejatan yang Dipta buat. Ini berawal dari kesalahan orangtua dalam mendidik anaknya. Takdir yang entah baik atau buruk itu datang pada Dipta dan Lia. Tak ada yang tau bagaimana akhir dan prose...