WARNING!!! 18+

241 12 0
                                    

OKEY, NEXT CHAPTER. KHUSUS CHAPTER INI BOLEH DI SKIP KALAU NGGAK SUKA ADEGAN SEPERTI INI. BY THE WAY, JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN READER'S.

■■■

"Yang pertama memang menyakitkan, namun setelahnya itu akan mengubahmu."

●●●

Dipta perlahan mulai ingat apa yang terjadi tadi malam. Sial! Dipta saat itu sangat stres karena banyak tekanan dan pikiran. Dia memang seringkali melampiaskannya pada hal buruk. Dipta sebenarnya sadar atas yang dilakukannya bahwa itu merugikan diri sendiri. Namun, hanya itu yang bisa Dipta lakukan.

Flashback on!

Dipta berjalan perlahan menuju kerumah. Namun, dalam kondisi mabuk, Dipta terhuyung-huyung tak kuat menahan rasa mual dan pusing. Sesekali Dipta meringis dan berhenti. Dipta terduduk di area depan rumah.

Disatu sisi, Lia sedang keluar mencari udara segar. Dia ingin melepas penat karena seharian sudah full belajar.

Lia dan Dipta sebenarnya beda komplek, namun komplek mereka bertetangga. Lia sengaja melewati rumah Dipta karena memang jalan putar yang aman untuknya jalan-jalan di malam hari hanya lewat sini. Tak lama Lia berjalan, ia melihat seseorang duduk di depan gerbang.

"Dipta ga sih?" kata Lia lirih.

Lia berjalan perlahan mendekati orang yang ia sangka sebagai teman kelasnya. Dan ya, dugaan Lia benar. Dipta duduk dengan rengkuhan yang menyedihkan.

Lia segera jongkok dan menghadap ke Dipta.

"Dip? Lu gapapa?" tanya Lia.

Sekali.

Dua kali.

Tiga Kali.

Empat Kali.

Tak ada sahutan dari sang empu. Lia dengan sengaja menampar pipi Dipta. Lia tak bodoh, ia tau Dipta baru saja minum arak.

Lia menarik Dipta perlahan agar dirinya bangun.

"Unghhh...."

Lirihan Dipta membuat Lia menoleh. Sekarang jarak muka mereka sangat dekat. Bahkan satu senti lagi Lia dan Dipta berada dalam sentuhan intim

Lia segera menolehkan kepalanya dan masuk kerumah Dipta. Lia sedikit tau tentang Dipta bahwa ia selalu dirumah sendiri. Memang tak sopan masuk rumah orang tanpa izin. Akan tetapi ini termasuk keadaan darurat bukan?

Setelah masuk ke dalam rumah, Lia menutup pintunya dan berjalan agak cepat ke kamar bawah karena Dipta terlalu berat untuk dirangkul.

Lia membanting tubuh Dipta dengan cukup keras kekasur. "Anjir berat banget lu!" kata Lia sarkas.

"Ini gue tinggal pulang aja kali ya? Atau gue urus dia dulu?" tanya Lia pada diri sendiri. Ia bimbang, haruskah ia membuat sup dan merawat temannya sebentar? Tapi ini sudah malam.

"Hiks hiks hiks...."

Tiba tiba saja Dipta menangis.

"Dipta ga mau hidup kayak gini, Bunda. Tolongin Dipta, Bun..." racau Dipta.

Dipta menarik tangan Lia paksa hingga Lia terjatuh dalam pelukan Dipta. Hampir saja Lia mau muntah karena bau menyengat dari arak.

Dipta sayup sayup melihat seseorang berada di atasnya. Tapi tentu saja dirinya masih dalam keadaan tak sadar.

"Izinin gue buat nyentuh Lu," kata Dipta tanpa izin.

Dipta sepertinya sedang dalam masa ingin pelepasan. Mungkin terlalu banyak hal yang dipikirkan hingga muncul hawa nafsu seperti ini. Ataukah ini murni godaan setan?

PRADIPTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang