HI! HALLO READERS!
LANGSUNG SAJA CUSS BACA DAN NIKMATI CERITA PRADIPTA YA..
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN AGAR AUTHOR LEBIH DAN LEBIH SEMANGAT UNTUK PUBLISH CERITA■■■
"Terkadang, ego merusak banyak hal, bahkan dia bisa saja merusak alur kehidupan."
_Rifki_●●●
Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Tak ada yang spesial dalam minggu lalu dan minggu ini. Hal ini membuat Dipta tak ada kemajuan untuk berjuang mendapatkan hati Lia. Karena entah mengapa, kian hari, hubungan Lia dan Yudha semakin dekat. Bisa dikatakan selama itu pula Dipta merasakan sakit hati dan berkali-kali cemburu.
Tak terasa juga, satu bulan lagi, kelas 12 akan melaksanakan ujian sekolah. Lagi-lagi hari-hari terasa hambar bagi Dipta. Mengapa tidak ada satu orangpun yang mengerti perasaan Dipta.
"Dipta ada?" tanya Karin pada Lia yang kebetulan sedang berada di depan pintu kelas.
Lia tak suka dengan Karin, tak ada alasan pasti sebenarnya. Hanya saja, itulah yang Lia rasakan. Apalagi ketika melihat Karin yang kerap kali menemui Dipta meski hanya untuk sekedar ngobrol biasa.
"Ada, masuk aja." Tak ada niatan untuk memanggilkan Dipta, dan Lia hanya melewati Karin begitu saja.
Dipta yang memang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Lia, segera menghampiri Karin. Jujur Dipta berharap reaksi Lia adalah cemburu atau marah.
"Mau bicara?" tanya Dipta.
"Iya, aku nggak bisa diem-dieman kayak gini terus." Mereka berbincang di bangku depan kelas yang dimana posisinya masih ada Lia.
Tak melihat situasi lagi, Dipta hanya ingin masalahnya berkurang.
"Maafin sikap aku yang gegabah waktu itu, Rin. Kalau kamu masih mau lanjutin hubungan kita, kita lanjutin. Masih ada waktu panjang untuk memperbaikinya, dan aku akan berusaha untuk hal itu," kata Dipta mengawali topik ini.
Karena masalah mereka sudah hampir sebulan lebih juga tak kunjung selesai. Dipta juga merasa dirinya keterlaluan dalam merespon dan menghindari Karin. Karin tak pantas diperlakukan seperti itu. Karin adalah orang baik, seperti yang Dipta kenal. Dia tegas terhadap masalah apapun. Bukan keras kepala, hanya saja Karin adalah orang yang membutuhkan fakta untuk mengambil suatu keputusan.
Lia menunduk menahan rasa tak enak. Entah itu cemburu atau apapun, hanya saja kali ini rasanya Lia ingin menangis. Lia masuk ke kelas tanpa menghiraukan mereka yang sedang membicarakan hal pribadi.
Dipta memeluk Karin yang sedang menangis. Mungkin Karin sudah memendam rasa sakitnya selama sebulan ini. Dipta sungguh merasa bak orang bodoh. Tak ada yang namanya putus secara sepihak.
Sialan! kenapa gue nggak suka liat adegan itu? Batin Lia Ketika melihat Dipta yang memeluk Karin.
Itu terlihat tulus dan sepertinya Dipta sangat mencintai Karin. Begitulah yang Lia pikirkan.
Karena hari ini hampir seluruh mata pelajaran kosong dikarenakan beberapa guru mapel sedang disibukkan membuat soal-soal untuk ujian dan beberapa guru juga disibukkan dengan proyek kelas 10 dan 11, hal ini membuat banyak anak-anak kelas pergi meninggalkan kelas. Dikelas hanya ada sekitar 15 orang yang rata-rata sedang bermain kartu uno dan sisanya tidur.
"Itu mereka balikan?" tanya Nipo.
plak!
Geplakan keras mendarat di kepala Nipo.
"Menurut lu aja?! Lu kira mereka sedang berdoa?!" Ejek Salwa.
Selalu saja mood Salwa yang sedang bagus dirusak oleh Nipo. Kenapa makhluk yang satu ini seringkali berbuat hal-hal yang tidak jelas dan menyebalkan. Dan kenapa juga dirinya harus satu oksigen sama dia.
Rifki menghampiri Lia yang sedari tadi tertunduk menghadap meja.
"Cemburu?" tanya Rifki.
Tak ada sahutan. Hanya saja Lia terlihat sedang menangis? Itu karena bahunya sedikit naik turun seperti orang yang sedang menangis.
Rifki mengelus pelan punggung Lia, "kalau suka sama Dipta bilang. Nggak usah jadi orang munafik yang bahkan perasaan sendiri aja lu sangkal. Kalau sukanya sama Dipta, ngapain pacarannya sama Yudha?" tanya Rifki dengan suara pelan.
Untungnya kelas sedang ribut dengan permainan uno mereka.
Lia mendongak sedikit terkejut mengapa orang satu ini tau masalah Lia?
"Cuman gue doang yang peka sama perubahan lu berdua," jawab Rifki saat tau apa yang akan Lia tanyakan.
Memang Rifki bungkam soal dia tau bahwa Dipta dan Lia sudah berumah tangga. Jadi, Lia tak tau bahwa sebenarnya Rifki tau sejauh itu.
"Gue sukanya sama Yudha." Tegas Lia.
"Terus ngapain nangis? Sakit kan hati lu ngeliat mereka berpelukan gitu?" tanya Rifki berniat untuk menyadarkan.
"Gue nggak tau," sahut Lia sembari mengusap air matanya yang mulai agak mengering.
"Lu tau. Kalian berdua tau. Coba nggak usah gedein ego?" kata Rifki agak kesal.
Lagian kenapa juga dua orang ini membesar-besarkan rasa gengsi.
Brak!
Terdengar suara seseorang jatuh dengan keras dari luar. Tanpa pikir panjang anak-anak kelas keluar untuk meliht apa yang terjadi, tak terkecuali Lia.
"Apa-apaan sih kalian berdua?!" sentak Karin pada Yudha dan Dipta.
Yap! Mereka lagi dan lagi terlibat perkelahian. Ini bermula karena Yudha yang sengaja menyindir perbuatan Dipta. Sekali maupun dua kali, sebenarnya Dipta tak tersulut. Akan tetapi, tidak untuk seterusnya. Yudha banyak bacot sepertinya. Dia masih menyimpan dendam untuk Dipta sejak hampir 2 minggu lalu.
Yudha bangkit dan memukul Dipta balik, akan tetapi pukulan Yudha bisa ditangkis oleh Dipta. Kali ini giliran Dipta yang memukul Yudha, berkali-kali.
Lia berlari memeluk Dipta agar berhenti memukuli Yudha.
"Udah! Kamu nggak lihat, Yudha udah berdarah?! Aku nggak mau kamu jadi kayak gini, Dip." Lia memeluk erat Dipta dan menangis.
Situasi apa ini?
Siapa pacar Lia?
Dan siapa yang Lia peluk?
Lia tak sadar melakukan hal itu. Yang ia pikirkan hanya dia tak akan membiarkan Dipta menjadi seorang kriminal.
"Kamu ngelindungi dia?" tanya Dipta.
"Dia yang mulai duluan, Li!" sentak Dipta karena sudah tak tahan.
"Dipta! Kamu yang salah di sini. Kamu udah keterlaluan, sadar nggak sih?!" sentak Lia.
"Bangsat!" umpat Dipta lalu meninggalkan kerumunanan ini begitu saja.
Baru saja dirinya dan Karin sedang memperbaiki hubungan, lalu kenapa semua jadi mengarah ke hal ini? Adakah yang salah?
Lia segera memapah Yudha ke UKS karena sudut bibirnya berdarah cukup banyak.
Tak tau apa yang Yudha rasakan, tetapi situasi yang ia lihat tadi sulit untuk di jelaskan. Mengapa pacarnya memeluk orang lain daripada dirinya? Mengapa mereka berbicara menggunakan aku-kamu? Dan mengapa sepertinya Lia terlihat lebih dekat dengan Dipta daripada dirinya?
Begitupun dengan Karin yang masih diam tak bergeming.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA (END)
Teen FictionKisah sederhana tentang dua siswa yang terjebak dalam kebejatan yang Dipta buat. Ini berawal dari kesalahan orangtua dalam mendidik anaknya. Takdir yang entah baik atau buruk itu datang pada Dipta dan Lia. Tak ada yang tau bagaimana akhir dan prose...