HAPPY READING READER'S. JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT YA... KEEP HEALTHY AND FIGHTING FOR EVERYDAY.
■■■
"Tak ada bunga yang berani mengusir kupu-kupu kecuali bunga itu beracun."
_Pradipta_●●●
Dipta tersungkur, namun tak lama ia berdiri tegak lagi.
Plak!
Suara tamparan itu menggema dalam ruangan ini. Senyap, mencekam dan menakutkan. Sungguh itu adalah suasana pertama bagi keduanya.
Plak!
Lagi...
Dipta menampar dirinya sendiri dengan keras hingga bibirnya berdarah. Pelindung di perut dan kakinya tak berguna lagi. Entah mengapa, yang diinginkan oleh anak berumur 18 tahun saat ini hanyalah tamparan keras dengan harapan bahwa semua ini hanyalah angan atau mimpi paling mengerikan dalam hidupnya.
Nyatanya itu sakit. Sama saja seperti yang kini ia rasakan. Lalu apa itu bahagia? Masih adakah tempat bagi pemuda ini untuk merasakan secuil kebahagiaan? Sebesar biji matahari pun tak apa. Kini kuantitas senyum dan tawa dalam hidupnya sudah tak penting.
"Hidup Dipta udah rusak! Masa depanku udah nggak ada. Aku udah nggak bisa berharap lebih soal bahagia, yah," lirih Dipta dengan mata memerah berkaca-kaca.
Dada Erik berdesir hebat kala anaknya mengungkapkan perasaanya. Sungguh, sebenarnya dirinya hanya kelepasan. Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak menggunakan kekerasan dalam rumah tangga. Tapi hari ini dia tak bisa menahan emosi.
"Hari minggu, 26 Februari 2023, itu hari ulang tahun ku kalau ayah lupa. Ada yang ngucapin ke Dipta? Nggak ada yah! Dipta nggak butuh uang kalian, Dipta cuman butuh waktu kalian. Apa sesusah itu?" tambah Dipta dengan perasaan kesal dan marah.
Erik masih diam tak berkutik. Ya, benar, itu adalah ulang tahun anak semata wayangnya. Ya, benar, dirinya tak pernah menyisakan waktunya untuk keluarga dan anaknya. Dan benar bahwa dirinya lupa akan ulang tahun anaknya.
Orang tua macam apa dia ini...
"Aku mabuk hari itu, aku stress karena dari pagi sampai siang kalian nggak muncul buat ngucapin Dipta. Aku maklumin kalau emang ayah sama bunda sibuk ngurusin kerjaan. Tapi ini udah nggak sekali dua kali, ayah sadar itu? Okey, soal mabuk aku salah, dan aku tau itu. Hari ini aku sedang berusaha memperbaikinya. Aku ikhlas andaikan memang tak ada kata bahagia dalam hidup Dipta, tapi masa depan Lia nggak boleh kayak aku. Aku mohon restui aku sama Lia, yah," ucap Dipta tulus.
Anak itu, Dipta, sudah sedewasa ini.
Setelah perdebatan panjang antara ayah dan anak di ruangan kedap suara itu, Dipta berhasil meluluskan hati sang ayah. Itu artinya tinggal masalah masalah kecil yang harus ia hadapi.
Dipta juga menjelaskan mengenai pertemuan antar orang tua. Erik dan Nia setuju bahwa mereka akan kerumah Lia besok malam.
Kini suasana di rumah Dipta sangat canggung dan sepi.
***
Dipta hari ini berangkat ke sekolah. Katanya hari ini sudah mulai ujian praktek, jadi mau tak mau Dipta harus berangkat. Begitupun dengan Lia.
Setelah insiden itu, Lia dan Dipta belum berbincang sama sekali. Mereka masih berada di pikiran masing masing.
"Dipta!" panggil seseorang.
Dipta berbalik dan mengumpat pelan. Bagaimana bisa ia lupa jika sekarang dirinya sedang menjalin hubungan dengan teman seangkatan. Okey, Dipta tak mau meneruskan kebrengsekannya, dia akan menjelaskan semuanya pada Karin, pacarnya. Bagaimanapun tak ada wanita yang mau di duain.
Sebelum Dipta melangkah ke Karin dirinya dicegat oleh Lia, "gue nggak mau kalau masalah kita sampai ke telinga anak anak. Ini hanya antara gue sama lo, Dip," bisik Lia pelan.
Aduh! Hampir saja. Dipta mengangguk pelan setelah Lia meninggalkannya dan Karin kini sudah berdiri dihadapan Dipta.
"Rin, nanti istirahat temuin aku di kebun belakang. Aku mau bicara sesuatu sama kamu. Sekarang lebih baik kamu masuk kelas, soalnya udah mau bel." Sungguh sebenarnya Dipta tak tega. Hubungannya dengan Karin baik baik saja. Dan ini termasuk hubungan terlama yang pernah ia jalin.
Masalah di antara mereka berdua jarang sekali muncul. Namun, hari ini Dipta harus memilih. Bukan, bukan memilih. Ia memang harus memutuskan Karin karena dia tak mau ada korban atau pihak yang tersakiti lagi. Sudah cukup banyak ternyata cewek cewek yang Dipta sakiti selama ini.
Sampai saat ini, mantan Dipta cukup banyak. 5 itu udah banyak, kan? Dan ini on the way 6. Dipta bukan playboy, tapi ya emang rata rata yang mutusin Dipta. Karena selama ini cewek cewek nya agak kurang bener semua. Entah yang sering nongki sama banyak cowok, yang terlalu ambis hingga tak ada waktu buat Dipta bahkan dirinya pernah diselingkuhi.
Udah pahit tambah pahit aja hidup Dipta. Emang yang manis cuma authornya.
Setelah pelajaran, Dipta segera ke kebun belakang. Dia tak mau mengulur banyak waktu. Hanya ingin selesai secepat mungkin dan segera beralih ke masalahnya dan Lia.
"Kamu kemana aja kok belakangan ini nggak bisa dihubungi? Kemari kamu juga nggak masuk tanpa keterangan, kamu lagi ada masalah apa?" tanya Karin khawatir pada kekasihnya itu.
Astaga, dengan perasaan Karin yang tulus ini, hari ini Dipta akan menghancurkannya menjadi rasa marah dan sedih.
"Rin, kita putus ya?"
Deg.
Putus?
Alasannya?
"Bercanda kamu, valentine kan udah lewat, Dipta~" sahut Karin dengan menggeplak pelan bahu Dipta.
"Kamu berhak mendapat lelaki yang lebih baik daripada aku. Aku akui aku memang cowok bajingan yang nggak tau terimakasih. Kamu orang yang baik, Rin. Maafin aku." Sungguh hati Dipta berdegup kencang saat ini. Dia menyukai tiap detik bersama Karin. Waktu belajar bersama, main bersama, makan bersama, healing bersama bahkan Dipta menyukai setiap hal yang Karin lakukan.
Benarkah Dipta menyukai Karin?
"Kita break. Aku nggak mau putus dengan cara kayak gini apalagi nggak ada alasan pasti buat pisah. Kita tentuin selama sebulan ini, kalau memang benar kita nggak bisa bersama lagi, aku setuju soal itu asalkan alasan kamu masuk akal," jelas Karin.
Karin berbalik meninggalkan Dipta sendiri. Sedih? Tentu. Wanita mana yang tidak sedih tatkala kekasihnya meminta putus tanpa keterangan yang tak pasti. Apalagi Karin sungguh mencintai Dipta dengan tulus. Karin rela melakukan apapun asal dengan Dipta.
Karin, siswi terkenal dengan segudang prestasi di SMA Jayakarta merupakan anak yang berbudi luhur dan santun. Tak ada seorangpun yang tidak menyukai paras Karin yang cantik ini. Kecuali orang orang yang iri.
Dipta, siswa multitalenta sekaligus seorang kapten Futsal dan termasuk jajaran kelompok anak orang kaya. Dipta merupakan anggota inti dari anak LV.
LV sendiri merupakan grup yang berisi murid lelaki dari angkatannya Dipta dan semua anggotanya rata rata anak orang kaya. Anggotanya pun tak banyak, hanya sekitar 30 orang dari 10 kelas yang beredar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA (END)
Teen FictionKisah sederhana tentang dua siswa yang terjebak dalam kebejatan yang Dipta buat. Ini berawal dari kesalahan orangtua dalam mendidik anaknya. Takdir yang entah baik atau buruk itu datang pada Dipta dan Lia. Tak ada yang tau bagaimana akhir dan prose...