HAI HAI HAI!
KEEP ENJOY TO BEING READING, READER'S.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA...
SEMANGATIN DIPTA BUAT MENGAMBIL HATINYA LIA, YUK!■■■
"Tak butuh waktu lama, aku pun sudah menyukaimu. Aku hanya berharap, rumah tangga ini baik-baik saja meskipun ini adalah rasa sepihak"
●●●
"Aku mau ke café, mau ikut?" tanya Dipta pada Lia yang sedang sibuk membuat ringkasan materi.
Lia tak menjawabnya, melainkan menatap Dipta dengan heran. Itu karena baru saja Dipta memakai kata 'AKU' ketika bertanya. Dipta benar-benar melakukan apa yang Rifki sarankan.
"Nggak bagus kalau kita kelamaan pakai lu-gue. Kalau orang tua kita tau, ntar ribet juga. Jadi, biasain aja," tambah Dipta ketika tau ada ayang aneh dari pertanyaanya.
Lia juga setuju dengan pernyataan Dipta. Lagian mana ada pasangan kekasih yang sudah sah manggilnya masih lu-gue. Mungkin di beberapa kondisi bisa aja. Tapi itupun juga kurang enak didengar. Justru ketika Lia dan Dipta masih menggunakan panggilan itu malah lebih aneh untuk di dengar.
"Mau ikut ke Cafe?" tanya Dipta sekali lagi.
"Bentar, mau beresin ini dulu. Nanti sekalian ke market ya? Aku mau beli camilan," jawab Lia agak canggung untuk membiasakan memakai aku-kamu.
Setelah beberapa menit menunggu, mereka pun berangkat menggunakan mobil yang dikendarai oleh Dipta. Jangan menuduh, walaupun begitu, Dipta sudah memiliki SIM mobil.
***
"Hujan, kamu di mobil aja. Aku cek nya bentaran doang. Mau dibawain apa?" tawar Dipta.
Entahlah Lia masih belum terbiasa dengan aku-kamu ini.
"Nggak usah. Nanti beli di market aja."
Tak sampai setengah jam, Dipta sudah kembali dengan membawa 2 cup susu dari brand café nya. Tertulis EL'CAFE di cup ukuran sedang yang dibawa Dipta. Sembari meletakkan cup nya, Dipta menyeka rambutnya yang sedikit basah.
"Ke market deket sini aja, kan?" tanya Dipta yang diangguki oleh Lia. Mereka berdua kompak memasang seatbelt-nya lalu Dipta mulai menyalakan mobilnya.
Jarak dari café ke market mall tak sampai 1 jam. Karena hampir semua kartu dan uang dibawa Lia, jadi yang ada di saku Dipta hanyalah ponselnya. Lia menenteng satu tas sedangnya yang berwarna biru muda itu dan mereka memasuki area mall.
Dress tanggung broken white-nya dengan dipadukan sepatu kets berwarna putih bercorak biru muda dan rambut yang dicepol asal membuat Lia terlihat seksi di mata Dipta. Dia tak sadar bahwa istrinya se cantik dan se lucu ini. Tak kalah casual, celana jeans pendek dengan dipadukan kaos hitam bertuliskan 'Limited Edition' berwarna putih serta sepatu kets berwarna abu-abu muda menambah keserasian mereka.
Sudah seperti pasangan yang bergelar Couple Goals saja...
"Mau beli baju dulu? Lu eh maksudnya baju kamu basah, Dip," tawar Lia.
"Nggak usah, nggak terlalu basah kok," jawab Dipta menolak halus tawaran Lia. Lagian males juga buat ganti baju.
Mereka berjalan menuju market untuk membeli camilan yang diinginkan Lia. Dipta dengan inisiatif mengambil satu troli berukuran sedang sebelum memasuki market.
"Sini tasnya aku bawain," kata Dipta sembari mengambil tas Lia yang tampak mengganggu Lia yang sedang berbelanja. Lia pun mau-mau saja, karena isi tasnya lumayan banyak jadi cukup berat juga serta mengganggu Lia Ketika mengambil barang-barang.
Mereka berjalan berdampingan menyusuri tiap sudut rak dari market ini. Mulai dari rak berisi jajan hingga rak berisi peralatan rumah tangga. Dipta tersenyum melihat Lia yang ternyata cukup berbeda dengan kebanyakan wanita yang ketika jajan pasti akan kalap, namun Lia justru pemilih. Terlihat dari cara Lia yang meneliti satu persatu komposisi jajan yang akan dibeli.
Padahal kan tinggal ambil saja juga tak akan merugikan dirinya.
"Tinggal ambil aja nggak usah pakek diliatin komposisinya," ucapa Dipta. Memang menguntungkan karena jadinya lebih hemat, akan tetapi hal itu cukup memakan waktu.
"Hemat, Dip," jawab Lia seadanya.
"Bulan ini nggak usah hemat nggak papa, kamu nggak usah terlalu stress mikirin ekonomi kita. Santai," tambah Dipta.
"Beneran, ya?" tanya Lia yang diangguki oleh Dipta tanpa ragu.
Lia pun mengambil beberapa jajan yang sempat ia lewatkan tadi. Dia juga kalap ketika mengambil beberapa frozen food serta perdagingan. Ternyata sama saja.
Inilah cewek, bilangnya mau jajan malah beli bahan bulanan. Ya gimana nggak, mulai dari peralatan dapur hingga bahan bahan makanan dan kebutuhan pribadi kini sudah memenuhi troli tersebut.
"Belanja bulanan, buk?" tanya Dipta iseng.
Lia tersenyum tanpa dosa, "kok banyak ya ternyata..." kata Lia diakhiri dengan cengiran khasnya.
"Masih ada lagi yang di butuhin?" tanya Dipta dan diangguki Lia.
Lia beralih ke peralatan rumah tangga dan segera mengambil handuk kecil sebanyak dua buah. Dan itu adalah tujuan terakhir mereka. Kini mereka sudah berada didepan kasir menanti berapa digit uang yang muncul dilayar itu.
Rp. 2.345.000,00
Wow!
Dipta hanya menggeleng heran. Harusnya kalau jajan doang paling cuma 500 ribuan, tetapi ini hampir 5 kali lipatnya. Dan ini baru pertama kali, karena di masa depan kelak, Dipta masih akan menghadapinya lagi. Tidak apa-apa, karena Dipta mulai menyukinya.
"Kakaknya ganteng, dek," ucap kasir perempuan yang umurnya kisaran 25 tahunan menggoda Dipta.
"Dia suami saya, tapi kalau mau, nanya aja sama orangnya," sahut Lia agak kesal. Benar saja, memang hari ini Dipta dengan rambut basahnya membuat Lia salah fokus karena itu menambah ketampanan apalagi ketika dipadukan dengan senyum manisnya itu.
Dipta yang mendengar itu tertawa sejenak, "cari yang lain saja, mbak. Saya sukanya sama dia," ucap Dipta membuat Lia tersipu.
Semburat merah muncul di wajahnya, bahkan kini telinganya ikut memerah kala Dipta mengungkapkan hal seperti itu. Lia sampai tak fokus mengambil kartu yang ada di dompetnya. Dipta membantu Lia mengambil kartunya dan mereka segera membayarnya.
Barang belanjaanya dibantu oleh petugas market untuk dibawa ke dalam mobilnya karena itu sampai menggunakan 2 kardus dan 3 kantong plastik besar.
"Makan dulu, yuk!" ajak Dipta karena memang sedari tadi mereka belum makan.
"Aku pengen bakso." Dipta mengganggukinya dan segera menancap gas mobilnya menuju warung bakso terdekat.
Benar saja tak sampai 10 menit mereka sudah tiba di tempat tukang bakso.
"Sebentar, jangan turun dulu," kata Lia. Dipta menurut saja sembari melepas sealtbelt-nya.
Lia mengambil handuk di kantong plastik dan membuang bandol harganya. Dengan refleks, Lia duduk menghadap Dipta dan tangannya ia arahkan ke kepala Dipta. Kini Lia perlahan mengusap kepala Dipta agar rambutnya sedikit kering.
"Kalau sakit ntar ngerepotin," kata Lia.
Dipta memajukan dirinya hingga jarak mereka cukup dekat.
"Khawatir?" tanya Dipta menahan salting.
Lia tak menjawabnya.
"Kalau Yudha dalam posisi kayak aku, kamu juga bakal bantu ngeringin rambutnya?" tanya Dipta berniat basa-basi.
"Masih nanya? Ya jelas iya. Kamu tau sendiri kalau aku udah suka Yudha dari kelas 10," sahut Lia agak nge-gas. Hal itu membuat Dipta tersenyum miris. Mungkin ini hanya sekedar perhatian kecil, lagian Lia juga emang baik hati, jadi siapapun yang sedang dalam posisi ini, pasti Lia akan membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA (END)
Teen FictionKisah sederhana tentang dua siswa yang terjebak dalam kebejatan yang Dipta buat. Ini berawal dari kesalahan orangtua dalam mendidik anaknya. Takdir yang entah baik atau buruk itu datang pada Dipta dan Lia. Tak ada yang tau bagaimana akhir dan prose...