YUHUUU I'M COMEBACK AGAIN...
MARI MENIKMATI CERITA DENGAN ALUR YANG MAJU-MUNDUR...
SEMOGA KALIN SUKA..
HAPPY READING READER'S
DAN JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YA...■■■
"Soal luka, itu urusan waktu. Tapi, memori dalam potret yang indah itu pilihan."
●●●
Di hari yang cerah ini, setelah beberapa hari Karin dan Dipta break karena waktu di taman bulan lalu, mereka bertemu. Balikan? Itu terdengar lucu. Dipta bukanlah orang yang plin-plan dengan pilihannya. Hanya saja kadang prasangka orang mengenai dirinya tak sesuai data yang ada.
"Beri aku alasan yang pasti, Dipta..." pinta Karin terhadap seseorang yang kini duduk di hadapannya.
Berada dalam hubungan yang tak jelas seperti ini tentu tak menguntungkan kedua belah pihak. Sama-sama tersakiti dan sama-sama menyakiti. Itu juga bukan pilihan dan peristiwa yang bagus untuk dikenang kelak. Lagipun jika mmang tak bisa diteruskan, kenapa harus lanjut?
Tak semua hal bisa dipaksakan juga.
"Aku tau, ini ada hubungannya sama Lia. Aku juga bukan orang bodoh yang tetap tenang selama sebulan dalam kondisi hubungan kita yang udah berantakan ini. Semua orang yang liat juga bakal tau bahwa kamu dan Lia..." kata Karin menambahkan dan mencurahkan sedikit pikirannya.
Yah... Dipta juga berencana mengakhirinya, tentu dengan cara yang benar menurutnya.
"Banyak hal yang kita lewati selama 6 bulan ini, banyak kegiatan menyenangkan yang kita lakukan bersama dan itu membuatku terasa lebih hidup sesaat. Soal alasan-"
"Nggak usah mikirin perasaan aku. Aku lebih butuh fakta yang jelas daripada rumor-rumor yang basi. Semakin kamu nyembunyiin itu, hubungan kita akan semakin toxic, Dipta," potong Karin.
Itu kedengaran seperti Dipta akan mencari alasan lain lagi atau bahkan percakapan ini akan berakhir seperti bulan lalu. Karin sudah memikirkannya. Sakit tentu melepas seseorang yang ia sayangi, akan tetapi ikatan diantara mereka tak sekuat itu. Karin bisa merasakannya, bahwa kini Dipta tak lagi seperti dulu. Bahkan Karin bisa merasakan bahwa hati dan pikiran Dipta bukan lagi untuk dirinya.
"Aku dijodohin, sama Lia."
Mengungkap alasan yang sebenarnya tidak terlalu baik untuk citranya. Sebajingan apapun dia, Dipta masih membutuhkan citranya. Tak ada yang boleh tau lagi selain Rifki yang kelewat usil.
"Itu lebih rumit dari yang aku kira, jadi aku dan Lia sama-sama nggak bisa nolak tentang perjodohan ini. Dan pernikahannya udah berlangsung satu bulan yang lalu," jelas Dipta.
Tes!
Air mata Karin menetes dengan cepat. Dan dengan cepat pula membasahi pipinya. Dia paham, tapi ini diluar perkiraanya.
"Maaf, Rin. Aku nggak tau berapa permintaan maaf yang harus aku berikan untuk kamu. Kamu orang yang baik, kamu juga yang selama ini selalu memperhatikan bagaimana aku bertindak. Bahkan selama ini kamu yang selalu mengobati luka-luka yang ada. Aku nggak tau harus gimana bayarnya," lirih Dipta tak bisa menatap mata Karin yang memerah dan berair.
"HAHAHAHA~"
"Aku nggak ngira bakal kayak gini. Tapi alasannya udah jelas. Kamu udah sah milik orang lain, gila aja kalau aku tetap ngelanjutin hubungan ini," lanjut Karin.
Tawa itu menyedihkan.
Alasan ini terlalu menyakitkan.
Ini semakin menyakitkan karena terlalu banyak kenangan menyenangkan bersama.
Ini menyesakkan karena banyak momen yang mereka tangkap dalam waktu 6 bulan.
Tapi lebih sakit ketika hubungan ini berlanjut.
Ternyata diantara mereka tak ada yang benar-benar salah. Karin mengira Dipta selingkuh darinya atau mengalami hal buruk yang tak bisa ia ungkapkan. Nyatanya tak sepenuhnya salah dan tak benar juga. Syukurlah kini lebih jelas. Mengenai rasa sakit, itu urusan Waktu.
"Kenapa nggak bilang dari awal? Aku nggak bisa nyalahin kamu sepenuhnya, ini juga permasalahan yang nggak bisa kita duga. Daripada aku, kamu lebih terluka. Aku terima keputusan kamu, kita putus," tegas Karin.
Karin mengusap air matanya dengan usapan pelan. Dia bukan tipe yang pendendam. Memang hal-hal yang tak terkontrol kapan saja bisa terjadi. Dan kadang manusia tak bisa menghakimi. Meskipun itu menyebabkan rusaknya suatu hubungan antar makhluk sosial ini.
Karin menghembuskan nafasnya sedikit lega. Dia juga tak tau kenapa rasa yang ia rasakan dominan lega dan aman daripada sebelumnya.
"Rin?" tanya Dipta.
Semudah ini? Batin Dipta.
"Tenang aja. Meskipun begini, namun cara kita mengakhiri hubungan sudah benar. Sebagai bayarannya, tetaplah menjadi teman meskipun sudah mantan. Aseeeek!" kata Karin diakhiri dengan cengiran.
"Sekalian gue mau nagih cara lu bayar semua ini. Btw sebelum beneran pisah, boleh peluk lu buat terakhir kali?" tanya Karin.
Dipta masih tak habis fikri, diluar nurul dengan pacar eh mantan pacarnya ini. Kenapa dia sering dipertemukan dengan manusia-manusia limited edition seperti Karin dan Rifki?
Harusnya reaksi dan suasananya sedih. Jika seperti ini, Dipta lebih bingung untuk meresponnya.
"Eh? B-boleh."
Dipta memeluk Karin duluan. Benar kata Karin, perasaan Dipta sudah berbeda.
"Segera ungkapin mengenai perasaan lu sama Lia. Udah cukup sampai gue aja list mantan lu. Lia orang yang baik, jaga Lia baik-baik, sebagai salah satu bayaran lu ke gue." Karin pergi melengos begitu saja meninggalkan Dipta yang masih mencerna apa yang barusan terjadi.
Meskipun aneh, tapi Dipta dipertemukan oleh orang orang yang baik.
Okey, hari ini dan seterusnya, yang akan ia lakukan adalah bagaimana caranya menaklukkan hati Lia. Agak susah karena Lia menyukai orang lain saat ini. Tapi Dipta ingin rumah tangganya baik-baik aja.
Katanya harus ada cinta dan kasih sayang dalam suatu hubungan. Apalagi hubungan mereka yang tergolong masih muda dan baru. Inilah rencana Dipta selanjutnya.
Semoga tak ada hal-hal buruk yang terjadi hingga menyebabkan hubungan mereka justru semakin renggang.
"Selama sumber kebahagiaan Lia bukan orang baru, gue nggak peduli siapapun itu, gue bakal dapetin hati lu!" ungkap Dipta.
Yaaa selama Lia tak ada hubungan apapun dengan orang lain, menurutnya masih tersisa banyak kesempatan. Apalagi dirinya sudah selangkah lebih maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA (END)
Fiksi RemajaKisah sederhana tentang dua siswa yang terjebak dalam kebejatan yang Dipta buat. Ini berawal dari kesalahan orangtua dalam mendidik anaknya. Takdir yang entah baik atau buruk itu datang pada Dipta dan Lia. Tak ada yang tau bagaimana akhir dan prose...