𓏲 𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 🥀 ˚₊·
Kali pertama dirimu membuka mata, hanya tersisa badan yang sehat bugar.Tunggu, sehat bugar. . .?
"ASTAGA, APA AKU MASIH HIDUP?!"
Pertanyaan konyol yang kau ajukan itu, benar-benar konyol.
Namun, terdapat beberapa hal yang aneh.
Tubuhmu sangat ringan, akan tetapi sensasi di mana kau terjatuh dari atas masih terasa jelasnya.
"Koma? Tidak, itu tidak mungkin."
Seketika napasmu tercekat. Beribu benang seperti menusuk dadamu.
Untuk mengambil napas pun kau sangat kesusahan. "Hah, hah, hah, na-naphasku . . ."
Tanganmu berusaha terangkat meminta bantuan.
Sayangnya, tak ada seorang pun yang tau akan hal itu.
꒷꒦꒷
"Mau berapa lama lagi kau akan tidur?"
Suara berat nan tegas itu mengusik telingamu.
Mau tak mau, kau harus membuka mata. "Oh? Paman. . ."
Baru saja sedetik kau berujar, secara refleks tubuhmu langsung bangkit.
"Pa-paman, kemarin aku terjatuh dari gedung sekolah dan. . . kenapa saat ini tubuhku baik-baik saja?!" Tanyamu menjelaskan situasi.
Bukannya tatapan risau, malahan alis pamanmu bergerak naik.
"Mimpimu buruk sekali. Cepat bangun dan pergi ke sekolah."
Alismu berkerut, tatapanmu melayangkan ketidakpercayaan.
"Aku tak bercanda, serius. Kemarin aku terjatuh dari atas gedung lalu darah-"
Pamanmu menoleh, desisan tak suka keluar dari bibirnya.
Jika sudah begitu maka kau harus diam.
"Tak ada yang terjatuh dari atap. Bahkan sekolahmu bukan gedung bertingkat." Balasnya singkat, padat.
Jawaban itu memicu argumen yang tak senada.
Napasmu kembali tercekat, "Apa paman. . . sudah mengalami pikun?"
Perempatan imaginer tercetak jelas di pelipis milik pamanmu. "GADIS JELEK! CEPAT BANGUN ATAU KUSERET KAU KE KAMAR MANDI!"
"AAAH! MAAFKAN AKU."
꒷꒦꒷꒦꒷
"Rin-chan, kau sedang apa?"
Bachira menghampiri Rin dan menepuk pundaknya.
Seketika ekspresi Rin berubah menjadi kesal. "Berhentilah menggangguku."
"Oh, oh pedas sekali kata-katamu." Balas Bachira dengan tertawa.
Karena lelah, alhasil Rin menghembuskan napas kasar. "Sebenarnya di mana gadis itu sekarang?!"
Drap. . . drap. . . . drap. . . . .
"Wah baru saja dibicarakan dia langsung datang." Kekeh Bachira mengusap hidungnya.
Sontak, kepala Rin langsung menoleh.
Melihat hal itu membuat Bachira tertawa terbahak-bahak. "Refleks yang cepat Rin-chan~"
"Diamlah!"
Rin tak peduli, ia kemudian menjulurkan tangan dan menangkap gadis yang berlari kencang itu.
"Aku menunggumu-"
Tanpa kau sadari, tanganmu terangkat dan menampar seseorang, "PLAK!"
"Ah! Bunyinya nyaring sekali."
Pupil matamu langsung melebar. Pipi yang awalnya mulus dan putih itu kini berganti menjadi merah.
"EH? AH, MAAF. Aku menamparmu karena kau bertindak lancang." Jelasmu membela diri.
Bachira mengedipkan matanya berkali-kali.
"Tak mengenali?" Tanya Rin menurunkan pandangannya.
Tangan kekar itu mengambil dahimu dan memeriksanya. "Sedang demam?"
Dirimu mengerjapkan mata. Kenapa lelaki ini semakin lancang?!
"Hei, bukan berarti kau bebas menyentuhku." Desismu melepaskan pegangan lembutnya.
Rin, lelaki itu terkejut.
Bachira pun tak kalah terkejutnya. "Hm. . . Hm. . . memang benar di hari anniversary biasanya pasangan bertengkar,"
"Hah?! Candaan konyol apa itu?" Balasmu tak terima dengan ucapan lelaki berambut aneh itu.
Hembusan napas kasar lagi-lagi keluar. Itu berasal dari, ". . . . Kau lupa? 17 Januari 2020, sudah genap setahun kita menjalin hubungan."
". . . . . Huh?!"
"Ta-tahun berapa tadi kau bilang? 2020? Hei, hei. Kau sedang bercanda, 'kan? Ini adalah tahun 2023!" Balasmu tak terima.
Rin mengusap wajahnya kasar.
"Sepertinya kau sedang demam, aku akan mengantarmu ke UKS."
"Tak ada yang sakit di sini! Kalianlah yang sakit, dan kau terutama. Sejak kapan kita berpacaran dan AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Tanpa banyak bicara, Rin mengangkat tubuhmu dan memperlakukanmu sangat lembut.
"Diamlah, kau sedang sakit."
꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷
KAMU SEDANG MEMBACA
⬞ UNIVERSE ; Michael kaiser
Fanfictionʚ ɞ 𝟗:𝟏𝟎 PM : 𝙼𝚒𝚌𝚑𝚊𝚎𝚕 𝙺𝚊𝚒𝚜𝚎𝚛 ──────────────────────── padahal kau sudah menyerah dengan segala hal yang ada dunia, namun- ...