𓏲 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐈𝐒𝐀𝐍 🃏 ˚₊·
"Jelaskan semuanya brengsek!"
Amarah tak dapat membendungmu lagi.
Selepas kabur dari pandangan Kaiser, sesegera mungkin kau mencari Itoshi Rin.
"Kau kehilangan akalmu, heh? Memakai namaku untuk bahan taruhan. APA KAU SUDAH GILA?!"
Teriakanmu tak membuat Rin sedih. Dia lebih fokus pada luka di pipimu.
Wajah datar itu berekspresi, ia pun membuka suara. "Dia. . . melakukan kekerasan padamu?"
"Apa matamu buta? Lihatlah dan jelaskan apa yang terjadi." Sentakmu tak ingin basa-basi.
Mungkin setelah semua kejadian yang tak terduga ini, kau akan mengalami pembatasan hubungan dengan lelaki.
Rin menghela napas kasar. "Maaf."
"Hanya. . . maaf?" Tanyamu tak percaya.
Kau menggigit pipi bagian dalammu erat. "Kupikir kau lelaki yang lembut, ternyata hanya seorang pecundang,"
"Hah. . . memang salahku karena menaruh ekspetasi padamu. Lupakan semuanya, dan teruslah hidup sebagai pecundang."
꒷꒦꒷
"Hei! Hei! Mau berapa lama lagi kau lari dariku?" Tanya Kaiser mulai menjahilimu.
Ayolah, jika mengingat umur kalian hanyalah anak SMP yang sedang dipucuk kelulusan.
Sangat tak wajar mengingat perilaku berlebihan Kaiser.
Kau sedang menahan emosi, ingin meluapkan namun kelelahan.
Dan pada akhirnya, "Menjauhlah dariku! Kita tak sedekat yang kau pikirkan."
Hanya ucapan ketus itu saja, tanpa adanya pergerakan menjauh.
Kaiser tertawa ringan. Mungkin baginya dirimu adalah seorang badut jalanan.
"Aku lelah sekali. Ayo bawa tubuhku sampai ke depan gerbang." Ujar Kaiser menarik-narik lenganmu.
Seketika kau berpikir, apa dia bocah yang baru berusia 5 tahun?
Tak kunjung mendapatkan jawaban darimu, Kaiser tiba-tiba menarik lengan hingga membuatmu terjatuh.
Untungnya, kau sudah terbiasa.
"Tck!" Desismu tertahan.
"Kau bilang 'tck?" Tanya Kaiser menarik rambutmu.
Kau benar-benar dalam keadaan yang pasrah.
Jika melihat perilaku Kaiser yang sangat mirip dengan kehidupan sebelumnya. Bukankah sangat aneh?
Terlebih lagi kalian tiba-tiba memasuki sekolah yang sama.
Itu membuat pikiranmu lelah.
"Lakukan saja sesukamu, aku sudah cukup lelah." Keluhmu duduk di pinggir lapangan rumput.
Tarikan rambutmu semakin kuat tatkala Kaiser mendecih. "Idiot, aku menyuruhmu untuk membawaku ke depan karena Hana sudah menungguku."
"Atas dasar apa kau membuatku tunduk padamu, heh?" Tantangmu menatap nyalang Kaiser.Pandangan kalian beradu. Sampai balasan kasar dilontarkan padamu.
"Tutup mulutmu! Itoshi Rin telah kalah dalam taruhan dan mengorbankanmu,"
Ia berucap dengan menaik turunkan alisnya. "Kau harusnya bersyukur menjadi pelayanku."
"Nyatanya aku tak mensyukuri hal itu. Oh aku ingatkan kembali, lebih baik aku mati dibanding harus mengabdi padamu." Tekanmu mengusap rok seragam yang kotor.
Lalu, saat berdiri tiba-tiba kakimu kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Anehnya, jatuh yang tak terlalu parah itu menimbulkan bekas kehitaman.
Kau seperti pernah mengalami hal ini.
"Eh kenapa langsung hitam?" Gumammu merasa aneh.
Tubuh Kaiser bergetar hebat, ia langsung terburu-buru menarik kakimu dan menatap kulit yang menghitam itu.
Pupil matanya mengecil, "Sudah. . . berapa lama?"
"Hah? Aku tak paham apa maksud–"
"INI GEJALA AWAL BODOH!" Teriaknya seperti orang kesurupan.
Kaiser langsung mencari handphone dan menelepon seseorang.
Kau tak mengerti, memang benar lukanya sangat mencurigakan. Namun tak perlu sepanik ini kan?
"Persetan! Aku lebih tak suka dikasihani olehmu," Ketusmu berusaha melepaskan kakimu dari cekalan tangan Kaiser.
Lelaki itu menoleh, bertepatan dengan itu darah mengucur deras dari hidungmu.
"Eh? Woah? darahnya banyak sekali." Katamu mengusap darah.
Kaiser melihat pemandangan di depannya, dan tanpa disadari air matanya turun.
"Kaiser . . . kau menangis?"
꒷꒦꒷꒦꒷
KAMU SEDANG MEMBACA
⬞ UNIVERSE ; Michael kaiser
Fanfictionʚ ɞ 𝟗:𝟏𝟎 PM : 𝙼𝚒𝚌𝚑𝚊𝚎𝚕 𝙺𝚊𝚒𝚜𝚎𝚛 ──────────────────────── padahal kau sudah menyerah dengan segala hal yang ada dunia, namun- ...