"Kala, bisakah kau mengantarnya ke kelas Newbie? Aku harus menyerahkan data diri Verdandi ke Pohon Neraida. Sudah lama kita tidak kedatangan junior. Kau tahu aturannya."
Aku lagi? Setidaknya demikian arti ekspresi Kala yang mudah dibaca, bahkan olehku yang dikenal tidak peka ini. Dia tidak mau berlama-lama dengan seorang cerewet.
Aku tidak terlalu mempedulikan keengganan Kala karena sibuk memperhatikan langit, tersenyum. Bukankah ini menyenangkan? Baru beberapa jam lalu aku berdecak kesal dengan kelakuan teman-teman sekelasku, sekarang kehidupan baru menyambutku.
"Kau yang menemukannya, jadi kau yang bertanggung jawab." Madam Shayla berkata tegas, tidak menerima komplain.
Beliau pun beranjak terbang, pergi. Aku baru sadar bahwa sayapnya berbeda dengan sayap peri-peri di sekitar akademi. Memiliki warna.
"Ikuti aku," kata Kala menyudahi kegiatanku yang terkesima memandangi akademi.
"Hei, Kala! Apa aku benar-benar sudah bisa terbang? Aku dapat merasakan sayapku sudah sinkron denganku. Terhubung dengan semua syaraf-syaraf di tubuhku," celotehku, menyusul langkahnya. Cowok ini tinggi juga.
"Kalau kau merasa hebat, ya sudah, coba terbang sana. Aku tak mau tahu jika terjadi kecelakaan atau gagal dalam pendaratan."
Cuih. Sarkas sekali laki-laki ini.
Aku mengabaikan kejengkelanku. "Lupakan. Madam Shayla mau ke mana? Apa itu Pohon Neraida? Dia menyuruhmu mengantarku ke kelas Newbie? Apa itu kelas untuk belajar? Eh, tentu saja buat belajar. Dasar aku retorik."
"Neraida adalah Pohon Peri buatan. Inti dari pohon itu lah yang membuat peri-peri bisa terbang. Kau tidak berpikir bagaimana cara mereka terbang?" Kala masih bersedia menjelaskan, walau singkat dan pendek.
"Mereka terbang memakai debu pixie, kan?" Aku teringat Tinkerbell, animasi favoritku.
Kala menatapku datar. "Tidak juga."
"Lantas apa jawabannya? Lalu, Pohon Peri buatan? Pohon aslinya di mana dong?"
Kami berdua melewati lorong yang panjang. Sesekali peri yang terbang di atas kami menyapa Kala, dan tersenyum simpul padaku. Wah! Ramah betul peri-peri itu. Tapi tunggu...
"Astaga, ada Kala. Hai, Kala!"
"Kyaa! Dia tampan seperti biasa! Tapi, siapa gadis di sebelahnya? Peri pemula kah?"
Aku tertawa sinis dalam hati. Oh, jadi si muka datar ini famous? Oh, oh, aku pernah baca situasi seperti ini di novel romansa picisan. Cowok dingin populer yang dikenal satu SMA. Lalu muncul anak baru dan dimusuhi fansnya.
Takkan kubiarkan diriku jadi korban novel!
"Akademi diberi Pohon Neraida saja sudah harus disyukuri, meski cuman buatan. Duplikat. Yang mana kekuatannya jauh lebih lemah dibanding pohon peri asli," ucap Kala. Aku kembali memusatkan perhatian ke dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hush, Fairy Verdandi!
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil. Seperti kata orang: tidak mudah menghentikan kebiasaan. Bahkan sudah ganti status jadi seorang peri...