Wakil Siofra dan Parnox yang memimpin sidang. Tugas guru-guru lain adalah mengutarakan konklusi, saran, dan pemasukan. Ya ampun. Ini benar-benar mirip dengan sidang hukum.
"Kalian berdua, bertekuk lutut."
Kala dan Rinvi mau tak mau harus mengikuti perintah Parnox. Lagi pula status mereka di sana adalah penyusup dari negara asing. Syukur diberi kesempatan untuk memberi penjelasan dari tindakan infiltrasi mereka.
"Baiklah, kita mulai dari Rinviri. Ceritakan semua masalahmu tanpa kebohongan. Kau tahu apa yang terjadi jika tidak jujur. Bangsa Druid menjunjung tinggi kejujuran, bukan?" Sepertinya Parnox ada dendam pada Rinvi.
"Panggil aku Rinvi saja, Ketua."
Aku dan Sina menyimak sidang dengan serius. Begitupun Linda serta Gee—kedua peri itu duduk di banjar depan. Sekarang akan terungkap alasan mengapa mereka di sini.
Rinvi mengembuskan napas berat. "Pendeta Hutan telah menerapkan aturan konyol. Dia memberi mantra anti-kebohongan ke seluruh Bangsa Druid. Barangsiapa yang berbohong, maka mereka akan menghilang alias mati."
DEG! Semua penonton sidang membulatkan mata, termasuk Wakil Siofra dan para guru, juga Parnox. Mereka menutup mulut kaget.
Aku meneguk kasar air ludah, berkeringat dingin. Apa-apaan? Mati karena berbohong? Rinvi tinggal di negara menyeramkan itu? Bukankah katanya Klan Druid adalah bangsa yang mencintai kehidupan? Kenapa bisa...?
"Peraturan itu benar-benar tidak masuk akal. Semua keluargaku tewas karena tak sengaja berbohong dalam skala kecil. Aku tidak tahan lagi dan memilih meninggalkan Klan Druid. Ketika berkelana tak tahu arah, aku diserang oleh monster liar. Saat itulah aku bertemu Kala. Dia menolongku dari kejaran monster."
"Astaga..." Madam Shayla menyeka wajah.
Aku melihat Linda terisak pelan. Peri tidak memiliki orangtua. Mereka tidak tahu definisi keluarga. Tapi mendengar penjelasan Rinvi, mereka langsung tahu bahwa itu... sangat menyakitkan. Dan lebih menyakitkan karena Rinvi menceritakannya dengan tenang.
Rinvi kehilangan orangtuanya begitu saja hanya karena mereka sedikit berbohong. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya hati Rinvi dengan fakta mengenaskan itu.
"Baiklah, sudah cukup, Rinvi. Giliranmu Kala." Parnox bersikap tegas. Tatapannya pindah ke Kala yang memejamkan mata dari tadi.
Aku menatap lurus ke Kala. Aku ingin tahu...
"Kurang lebih sama ceritanya."
"Kala, kau pikir untuk apa sidang ini dibuat? Bersikap sportif lah jika kau ingin menetap bersama kami." Parnox bersedekap, tidak puas dengan jawaban Kala yang pendek.
"Aku hanya ..." Dari kejauhan aku bisa merasakan kalau Kala sangat tidak nyaman. Cowok itu mengalihkan pandangan dari Parnox. "Aku tidak mau menceritakannya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hush, Fairy Verdandi!
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil. Seperti kata orang: tidak mudah menghentikan kebiasaan. Bahkan sudah ganti status jadi seorang peri...