Hari ini aku akan keluar dari Kubah Pelindung bersama tim yang telah dipilih oleh Parnox. Kami akan pergi ke bangunan akademi, memperbaiki sekolah kami yang dihancurkan.
Di timku ada Mamoru, Alia, Rusalka, dan seorang peri cewek bernama Muse. Karena kami dikelompokkan, mau tak mau kami harus saling memberitahu kekuatan yang dipunya masing-masing ke satu sama lain.
"Aku perestorasi keaslian," kata Mamoru.
"Aku hanya seorang pengendali," ucap Alia agak tegang. Aku rasa dia kikuk begitu karena satu tim dengan Mamoru—iya, dia naksir.
"Aku! Aku!" Rusalka mengangkat tangan semangat. "Aku si pemberat! Akhir-akhir ini kekuatanku sudah naik ke level dua. Aku bisa mengurangi berat benda yang kusentuh."
"Kalian sudah tahu siapa aku. Si penumbuh cepat." Aku memperkenalkan diri secara kilat.
"N-namaku Muse. Kekuatanku Melody Song."
"Wow! Kekuatan macam apa itu? Bisa tunjukkan?" seru Rusalka menggebu kepo.
Muse tidak keberatan. Dia bernyanyi. Dari alunan suaranya, keluar rangkaian nada yang memiliki fisik. Nada-nada itu mengeluarkan kaki dan tangan kecil, mulai mengangkat puing-puing akademi yang mengotori taman.
"Gila! Kekuatan yang bagus!" Rusalka memegang tangan gadis berambut cokelat pendek itu, cengengesan. "Kita akan menyelesaikan bagian kita dengan cepat."
Tuk! Alia menjitak kepalanya. "Kalau begitu mulailah bekerja. Waktu tim kita dua jam."
"Baiklah! Baiklah!"
Ondina memberiku tumpangan. Tugasku tentu saja mengembalikan kehijauan akademi. Jadi tak mungkin aku mengerjakannya di bawah.
"Permisi sebentar ya, Dina." Beginilah nasib. Punya sayap, seorang peri, tapi tak bisa terbang. Harus berpegangan pada kupu-kupu mutan yang merupakan aset sekolah.
"Jangan sungkan padaku, Verdandi."
Aku pun memulai tugasku: menumbuhkan bunga-bunga baru, menyegarkan kembali tanaman yang mati terhimpit reruntuhan. Cahaya warna-warni bersinar tiada henti.
Mamoru juga cekatan melakukan bagiannya. Menyentuh pilar-pilar yang retak, dibantu dengan pasukan nada Muse dan kekuatan Alia. Dia bisa menghemat tenaga tanpa harus muntah. Tidak lupa Rusalka, meringankan bongkahan batu yang terlalu berat diangkat.
Kami semangat bekerja tanpa tahu ada yang mengawasi gerak-gerik kami dari kejauhan.
*
Dua jam kemudian...
Kami berlima ngos-ngosan, duduk meluruskan kaki di halaman yang sudah kami bersihkan. Tim kami berhasil memperbaiki sedikit demi sedikit bangunan sekolah yang luas. Entah kenapa aku tidak bisa tidak tersenyum.
Maksudku, tak kusangka ini menyenangkan. Bersama-sama kami memperbaiki akademi.
"Kau tidak apa-apa kan, Mamoru?" kata Alia khawatir. Cowok itu sedang muntah ketiga kalinya. Kekuatan Mamoru bagus tapi berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hush, Fairy Verdandi!
Фэнтези[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil. Seperti kata orang: tidak mudah menghentikan kebiasaan. Bahkan sudah ganti status jadi seorang peri...