Tiga tahun kemudian...
"Akhir-akhir ini kulihat tokomu kurang produktif, Alkaran. Corak sayap-sayap buatanmu terlihat monoton. Ada apa, heh? Kau kehabisan stok ide melukis sayap? Apa kau mau tersaingi oleh perajut lainnya? Aku butuh sayap dengan model terbaru yang anggun untuk Perdana Menteri Klan Peri."
Alkaran tersenyum lembut. "Saya minta maaf, Walikota. Anda benar, belakangan ini saya tidak fokus dengan pekerjaan saya. Untuk ke depannya saya akan lebih giat lagi."
Walikota mengernyit, mengusap bagian belakang leher. "O-oh, baiklah." Aneh sekali. Bukannya barusan perasaannya jengkel? Kenapa tiba-tiba terasa damai, ya? Walikota yang berwatak disiplin itu tersenyum. "Kalau begitu aku pergi dulu," katanya santai.
Tethys melongo, menatap tidak percaya. "Kekuatan Anda bukan main, Tuan Alkaran. Bisa menjinakkan Walikota pemberang itu."
Siofra mengangguk setuju. "Hebat, Aran."
"Kenapa kalian masih di sini? Pergilah ke akademi. Aku bisa mengurus toko sendirian. Akan banyak peri pemula berdatangan."
"Baiklah, Tuan Alkaran."
Alkaran menghela napas, memandangi sketsa sayap malaikat buatan Amaras. Sepertinya mereka harus membicarakan masalah ini.
*
"Amaras, kita harus bicara. Walikota memerlukan sayap istimewa untuk Perdana Menteri. Apa kau bisa membantuku? Kau tahu aku tidak bisa mengerjakannya sendiri."
"Tidak sekarang, Alkaran. Aku sibuk."
Semenjak Patung Kekuatan hadir di Fairyda, Amaras tidak pernah lagi datang ke ibukota, bekerja di toko mereka. Dia fokus meneliti fungsi Patung Kekuatan untuk melanjutkan agendanya: peradaban Klan Malaikat.
Amaras membuat Sayap Malaikat yang kedua. Dia tidak membutuhkan sampel yang pertama karena Bunga Kemurnian hanya dapat diberikan saat proses pembuatan. Sementara pengerjaan sayap sampel itu sudah selesai.
"Ini penting, Amaras. Ini pesanan untuk—"
"Kau tahu, Alkaran? Blessing Statue adalah keajaiban untuk mendukung pembangunan Klan Malaikat. Aku yakin Sang Dewa yang mengirim pecahan sabaism itu pada kita. Aku menanamkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam patung ke Nimbus Ring-ku."
"Kita bisa membahas Klan Malaikat nanti, yang mendesak sekarang adalah pesanan—"
"Aku tidak mau bekerja untuk ibukota lagi, Alkaran. Kau tahu persis alasanku."
Sudah Alkaran duga, Amaras masih dendam pada Walikota soal proyek sayap itu. Dia menghela napas. "Tapi tanpamu aku tidak—"
"Lakukan saja semaumu. Ambillah sayap malaikat sampel pertama dan kembangkan idemu sendiri. Jangan ganggu aku, Aran."
Amaras menutup pintu rumahnya.
Dia berubah sejak mereka memiliki kekuatan yang diberikan oleh patung. Subklan Fairyda juga mengalami perubahan. Sekolah peri yang tadinya digunakan untuk merajut sayap (impian Aran), berganti jadi akademi guna mengembangkan kekuatan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hush, Fairy Verdandi!
Fantasía[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil. Seperti kata orang: tidak mudah menghentikan kebiasaan. Bahkan sudah ganti status jadi seorang peri...