Seperti yang diharapkan dari Ketua Parnox. Kini sifat angkuhnya memiliki alasan.
Perang benar-benar selesai dengan instan berkat kekuatan teleportasi Parnox. Peri yang terluka digotong ke kamar kesehatan. Aku secara tulus ingin membawa Rusalka yang kehabisan energi ke sana, namun Rusalka menolak. Bilang bisa pergi sendiri. Bebal dia.
"Verdandi!" Sina datang menghampiri. "Kau hebat, Dandi. Aku melihatmu di atas tadi, kau menumbuhkan bunga dan bertarung."
"Di atas? Tunggu, kau ikut perang?"
"Yeah... Hehehe..." Sina menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. "Mereka bilang kekuatanku berguna untuk bertempur. Aku senang bisa membantu perang. Ini debutku."
"Apa kekuatanmu, Sina?" Kesempatan emas.
"Akhirnya! Aku juga berniat memberitahumu kemarin-kemarin, Dandi, tapi tidak ada waktu yang tepat. Perhatikan ini!" Sina meliuk terbang ke depanku. Tangannya membentuk huruf O lalu melakukan gerakan mengembus balon. Sebuah gelembung keluar dari ibu jari dan telunjuknya yang saling bertemu. Sina pun mendorongku ke dalam gelembung itu.
Ini kan... kamarku waktu di rumah bunga Lembah Koilos? Tapi bukannya aku sedang mengobrol dengan Sina di langit-langit lapangan sekolah? Aku berpindah tempat—
Sina menarik lenganku, keluar dari gelembung. "Kekuatanku Dimension Bubbles. Aku sudah membuat titik-titik penerima di seluruh kawasan Fairyda. Peri yang masuk ke gelembungku akan terkurung di tempat yang sudah kukasih tanda," jelasnya riang.
"Pantas saja kelasmu melenting secepat itu. Kekuatanmu seperti memberi penjara."
"Tapi untuk sekarang gelembungku masih lemah, mudah meletus. Aku harus belajar memperkuat densitasnya agar peri yang terkurung tak bisa merobeknya begitu saja."
"Semangat, Sina." Aku mengepalkan tangan.
Aku juga harus cepat-cepat menguasai kekuatanku sepenuhnya dan keluar dari kelas Medium, mengejar ketertinggalanku.
*
Kudengar dari Rissa, Sebille telah mendapatkan kekuatannya kemarin. Makanya pagi-pagi aku memasuki wilayah Newbie, mencari Sebille. Tidak mungkin aku tidak antusias mendengarnya.
"Kau tahu apa kekuatan Kala?"
Aku berhenti melaju, menoleh ke perpustakaan. Hmm? Itu kan suara Parnox. Sebuah keajaiban melihat pria sombong itu mau menginjakkan kaki ke ranah ilmu.
Baiklah. Aku tahu tidak baik menguping, namun telingaku tidak salah dengar. Parnox barusan menyebut nama Kala. Ada apa?
"Kenapa tidak langsung tanya ke orangnya?" Penjaga Perpustakaan alias Rinvi, menolak menjawab pertanyaan Parnox yang sensitif. Bukan hak Rinvi mengumbar rahasia orang lain. Itu pun jika dia betulan tahu soal Kala.
"Kalian berteman, kan? Anak itu batu. Sudah berbusa mulutku bertanya, dia bersikeras tidak mau memperlihatkan kekuatannya."
Rinvi meletakkan buku di tangannya ke rak, menatap Parnox yang kesal. "Kenapa kau begitu tertarik dengan Kala, Ketua? Itu terserah dia mau pakai kekuatan atau tidak. Lagi pula Kala tidak membebani siapa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hush, Fairy Verdandi!
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil. Seperti kata orang: tidak mudah menghentikan kebiasaan. Bahkan sudah ganti status jadi seorang peri...