Setibanya di kelas, aku tidak melihat Sina di mana pun. Apa dia terbang luntang-lantung di lorong? Harusnya kami tak terpisah saat Nona Siofra membubarkan barisan, namun arus kerumunan sangat kuat. Terbang atau jalan kaki pun tak bisa. Sumpek. Mereka terlalu semangat, tidak sabar mencoba kekuatan.
Beruntung sekali mereka. Saat aku berpikir hari ini aku yang beruntung, namun realita di sini sama pahitnya dengan di bumi. Aku berkali-kali membatin 'jangan tamak, Dandi!'.
"Verdandi? Kau mencari Melusina, ya? Dia sudah pergi ke Medium sebelum kau sampai ke kelas. Dia menitipkan pesan untukmu."
Ternyata Sina sudah dapat?!
"Apakah peri-peri di kelas Newbie langsung naik ke kelas Medium begitu mendapatkan kekuatan?" tanyaku agak ragu-ragu.
"Tidak lah." Peri kedua datang ke arah kami. Dia bersedekap. "Kita harus mendapat surat lulus dari Madam Shayla dulu. Melusina telah memperolehnya dua minggu lalu."
"Lalu kenapa dia masih di Newbie?"
"Karena Blessing Statue tidak menyala setiap hari, Verdandi sayangku. Kau tak bisa meninggalkan kelas ini sebelum meraih kekuatan. Begitulah peraturan," jelasnya. "Oh, kita belum berkenalan. Aku Sebille."
"Salam kenal, Sebille." Selalu menyenangkan mendapat teman baru di sini, pikirku.
"Aku Rissa. Senang berkenalan denganmu, Verdandi. Motif sayapmu sangat cantik!"
"Sayapmu juga." Aku tersenyum.
"Yeah, secantik apa pun sayap kita tetap tak bisa mengalahkan keindahan sayap yang berwarna." Sebille melaju pelan ke kursinya.
Perkataan Sebille mengingatkanku pada misi untuk mencegat Kala—meminta (memaksa) dia menjelaskan tentang sejarah Asfalis. Karena aku ke aula, aku jadi lupa sama tujuan.
"Eh, Rissa, apa kau kenal Kala?"
"Si peri yang tidak mau terbang? Tidak ada peri perempuan yang tidak kenal Kala. Dia itu terkenal karena tampan tapi yah, dingin. Warna rambutnya terang, sangat menonjol."
Lagi-lagi jawaban begitu. "Lalu, apa kau tahu di mana dia sekarang? Aku ada kepentingan dengannya karena dia yang menemukanku. Kalian semua tahu, kan?" ucapku hati-hati agar mereka tidak berpikir macam-macam. Mana tahu Sebille dan Rissa penggemarnya.
Rissa mengetuk-ngetuk dagunya. "Entahlah, Verdandi. Aku tak yakin karena aku juga tak begitu kenal dengannya. Coba cari dia di tempat kau jatuh. Siapa tahu dia di sana."
"Ide brilian, Rissa! Aku pergi dulu!"
"Tunggu, Dandi! Kau harus minta izin."
"Sampaikan izinku ke Madam Allura!"
*
Aku mendarat dengan sempurna ke tanah. Kemampuanku dalam terbang semakin baik semenjak aku terbiasa dengan sayapku. Aku juga diberitahu sayap suka mengepak spontan seperti sayap capung dan kupu-kupu yang suka bergerak sendiri padahal tidak terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hush, Fairy Verdandi!
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil. Seperti kata orang: tidak mudah menghentikan kebiasaan. Bahkan sudah ganti status jadi seorang peri...