Aku menjelaskan situasinya dengan cepat kepada Kala. Aku benar-benar tidak menyangka dia akan menyusulku kemari. Apakah sangat mudah bagi penyihir untuk melakukan hal-hal yang mereka mau? Dasar. Padahal dia tidak perlu merepotkan diri.
"Kita harus cepat ke kastel!" seru Cathy.
Selagi mereka memimpin jalan, aku menarik tangan Kala. "Singkirkan tongkatmu, Kala. Kau tidak dengar penjelasanku? Kita akan—"
"Aku tahu," tukasnya dingin. "Modifilo." Kala menyulap penampilannya menjadi... Hampir saja aku kelepasan tertawa melihatnya berubah jadi perempuan. Kami seperti sedang tukar gender. Duh, ini terlihat menggelikan.
Flamex geram. "Kenapa dia ikut-ikutan?!"
"Aku tahu kalian berdua," Kahina menunjuk Flamex yang dari tadi mengomel dan Hayno yang mendadak cosplay jadi patung. "Punya sejarah kelam dengan Kala. Tapi, ada untungnya Kala di sini. Dia penyihir yang kuat. Kala pasti akan berguna untuk misi ini."
Apa Kahina serius? Kala hampir membunuh mereka berdua dan dia membiarkan lelaki dingin nan mengerikan itu satu tim dengan Flamex-Hayno? Di manakah letak hati nurani.
Promy menatap takut Kala yang berjalan pelan sambil memejamkan mata. "K-kau harus mengikuti skenario kami. Kalian adalah peri pemula. Nama Verdandi adalah Nedax, lalu nama Tuan Kala-La adalah Feyette."
"Panggil aku Kala saja."
Nedax, hmm? Kedengaran gagah. Aku cengar-cengir tak jelas. Kukasih jempol pada Promy yang kreatif mengarang nama.
Ujung mata Kahina melirik Kala yang kesal kenapa harus mengubah diri jadi cewek. Dia melakukannya tanpa berpikir lebih dulu. Semacam refleks yang tak terelakkan.
"Wajah yang kau pilih itu..." Kala berhenti memperbaiki roknya, menatap Kahina yang serius. "Penyihir Pelangi, Jasha-Ha, kan?"
"Bukan urusanmu," sahut Kala ketus. Entah kenapa semenjak Kala datang ke sini, dia lebih dingin dari hari-hari biasa. Kenapa, ya?
Aku mengabaikan percakapan mereka—daku peri, bukan penyihir. Atensiku direbut oleh bangunan besar di hadapan kami. Inilah sarang Blackfuror. Sebuah istana dua tingkat dan memanjang ke samping seperti huruf L yang dilandasi warna merah dan hitam. Rahangku mengeras melihat bendera 'sayap robek' tergantung di halaman. Ikon mungkin.
Gerbang dengan lebar enam meter terbuka secara otomatis, mempersilakan kami masuk. Aku bisa melihat peri-peri di sana sempat berhenti beraktivitas, menatap kami, lalu lanjut bekerja. Menghiraukan. Mereka sudah kenal Kahina, Hayno, Flamex, dan yang lain.
Mereka bergantung pada Hello Matahari buatan Kahina sampai lupa kalau mereka memiliki sayap di punggung. Katakan sialan pada Adair menyuruh Flamex membakar Pohon Neraida membuat sayap kami mati.
Tenanglah, Verdandi. Kami dapat terbang kembali usai semua perkara kompleks selesai.
Gyut! Kala menarik pelan jubahku. "Apa?" Dia menunjuk wajahku. Aku heran, apakah muka pilihanku seaneh itu? Padahal aku tidak benar-benar melihat wajah laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hush, Fairy Verdandi!
Fantasy[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil. Seperti kata orang: tidak mudah menghentikan kebiasaan. Bahkan sudah ganti status jadi seorang peri...