Happy Reading📚👇👏
Jangan menyia-nyiakan orang yang tulus mencintaimu bisa menjadi pengingat agar berpikir lebih jernih dan dalam. Kadang dalam hubungan sosial, kita memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan dirimu. Terkadang ada seseorang yang merasa lebih tinggi dari orang lain.
Perasaan tersebut membuatnya sombong dan menganggap orang lain tidak selevel. Ketika perasaan itu muncul, orang akan terlihat menyia-nyiakan orang yang tulus mencintaimu.
Ketika kamu menyia-nyiakan orang lain akan meninggalkan goresan luka di hati yang terdalam. Saat orang tersebut menghilang, kita akan merasa kehilangan dan penyesalan akan datang.
Pernahkah kalian sengaja pergi dari kehidupan seseorang agar orang itu mencari kamu? Maka itulah yang dilakukan Rini kepada Sehun. Rini sengaja memblokir kontak Sehun di tengah percakapan mereka di salah satu aplikasi chettingan. Hanya saja kenyataan pahit harus Rini dapati ketika Sehun ternyata tak peduli dan membiarkan Rini pergi begitu saja.
Sedih, kecewa, hingga marah Rini rasakan. Sehun tahu Rini menyukainya. Sehun juga amat tahu bahwa Rini sedang gencar mencari perhatian Sehun. Tapi, bukan sikap seperti itu yang Rini harapkan. Rini mau Sehun menyadari betapa pentingnya dirinya sebagai sahabat dan mungkin juga orang yang Sehun suka.
Enam bulan menunggu, akhirnya hari yang Rini tunggu datang juga. Tiba-tiba sahabatnya itu menelpon, memintanya bertemu siang ini di Leoycafe. Kafe favorit keduanya. Rini tentu saja setuju. Dia bahkan langsung lompat dari tempat tidur dan buru-buru lari ke kamar mandi, melupakan kegiatan malas-malasan di minggu pagi ini.
Tepat pukul dua siang. Rini sudah berdiri di depan Leoycafe. Gaun panjang berwarna merah mudah berbahan spandek membalut tubuh langsingnya. Rambut yang sengaja digerai. Membuang sneaker kesukaannya dan memilih flatshoes. Riasan sederhana dan natural telah terpulas sempurna di wajahnya. Rini menghela napas sejenak. Kini gadis itu siap bertemu pujaannya.
Bunyi ting keras terdengar diikuti para pelayan yang secara otomatis menyambut kedatangan Rini. Siang ini cafe cukup ramai, tapi itu tak menyulitkan Rini menemukan Sehun. Pria tripleks itu sudah duduk di sudut ruangan, tempat kesukaannya. Ketika berjalan mendekat dengan jantung berdebar kencang, ada harapan terselip bahwa kali ini akan ada hal berbeda terjadi ketika pulang dari kafe ini.
"Rin," sapa Sehun sembari beranjak dari kursi untuk menyambut kedatangan Rini.
Rini tersenyum lebar seraya menduduki kursi kosong di seberang Sehun. Tangan Sehun sontak terangkat untuk memanggil pelayan. Rini diam saja, ketika pria itu memesankan chocolate kesukaannya.
Kedua memilih diam sambil melempar tatapan hingga pelayan datang membawa pesanan mereka ke meja, akhirnya Sehun menghela napas dalam. Senyum tipisnya tersungging, menyadarkan Rini bahwa enam bulan berlalu tak ada yang berubah dari Sehun di matanya.
"Hun," guman Rini tanpa sadar. "Mau bicara apa?"
Salah satu jari Sehun mengetuk meja, tampak gugup. Bayangan menyenangkan berputar di benak Rini. Biasanya pria akan gugup kalau ingin mengatakan sesuatu pada wanita yang dia anggap penting, pernyataan cinta adalah harapannya saat ini.
"Rin, saya minta maaf kalau misalnya ada salah sampai kamu ... blok saya," akhirnya Sehun kembali buka suara.
Debaran jantung Rini menggila. Dia mengangguk cepat sambil menunggu kata-kata apa lagi yang akan Sehun ucapkan setelahnya. Kini fokusnya hanya tertuju pada Sehun saja.
"Kalau saya boleh tahu ... apa sebenarnya salah saya sama kamu sampai kamu mendadak menghilang seperti itu? I mean, you blocked me?"
"Saya ... saya ... mau kamu mencari saya, Hun" akunya tanpa pikir panjang. Bagi Rini, menutupi kebenaran perasaannya pada Sehun adalah sia-sia. Sehun sudah mengetahui betapa Rini lebih suka menunjukkannya. Lagipula cinta yang baik bukan hanya sekedar diungkapkan, tapi ditunjukkan melalui perbuatan.
Sehun terdiam sejenak, lalu mengangguk mengerti. "Maaf kalau saya tak peka harus sampai harus buat kamu menunggu selama ini. Saya benar-benar sedang sibuk-sibuknya di kantor."
"Iya, tak apa-apa kok, Hun. Saya senang akhirnya kamu mau telepon saya," suara Rini terdengar bersemangat. Refleks dia menggenggam tangan Sehun, namun tiba-tiba saja Sehun menarik diri. Rini terkejut, tak biasanya Sehun menolak skinship Rini.
"Rin," panggil Sehun sekali lagi. "Saya punya pacar. Tak apa-apa, kan?"
Kedua mata Rini seketika melebar. Untuk sesaat jantungnya seolah berhenti berdetak. Jika maksud dari pertemuan ini adalah permintaan ijin Sehun, maka pria itu sangatlah keterlaluan.
"Kamu minta ijin saya?" Senyum Rini lenyap sudah.
Sehun menggeleng. "Cuma kasih tahu, Rini."
Rini mengalihkan wajahnya. Matanya mulai mengitari setiap sudut kafe, berusaha untuk menahan emosi yang sudah mengusainya. Semua orang tertawa riang. Semuanya terlihat bahagia, hanya Rini saja yang sedang menahan tangis sekarang. Sehun baru saja menorehkan luka baru di hati Rini.
"Kamu ... jahat, Hun," gumam Rini tanpa bersusah payah menatap Sehun.
"Saya tahu, Rin," Terdengar helaan napas panjang Sehun. "Saya memang bukan sahabat yang baik. Bukan pula pria yang bisa membalas perasaan kamu."
Rini kembali menatap Sehun. Kedua matanya mulai berkaca-kaca.
"Tapi bukan itu saja yang ingin saya sampaikan, Rin."
Tangan Rini terangkat, meminta Sehun berhenti. Giliran dia yang menghela napas berulang kali sekarang. Hatinya belum siap mendengar apa pun yang akan Sehun katakan. Rini takut bahwa akan ada luka baru lagi setelah ini.
Hanya saja Rini tahu, bahwa dia tak bisa kabur. Pada akhirnya, gadis itu bergumam pelan. "Apa?"
"Saya dipindah tugaskan di Jeju, Rin. Awal bulan depan saya sudah kerja di sana. Ini alasan sebenarnya dari pertemuan ini. Saya tak mau pergi di saat kita sedang tak baik-baik saja."
Seketika suara ramai disekitar Rini lenyap begitu saja. Bahkan, suara Sehun juga turut menghilang. Kali ini bukan luka saja yang Sehun berikan kepada hati Rini. Mungkin Rini bisa menerima berita mengenai pacar baru Sehun tapi bukan dengan kepergian pria itu.
Jarak ratusan kilometer. Dua kota yang berbeda. Bayangan akan sosok yang semakin sibuk, lalu lama-lama menghilang dan melupakannya. Rini belum siap kehilangan Sehun dalam arti sebenarnya.
"Hun," Tanpa bisa Rini cegah, air matanya perlahan mengaliri pipinya. Dia terisak pelan.
"Rin, jangan menangis."
Rini menggeleng pelan, tak bisa. Hatinya kali ini benar-benar hancur berkeping-keping. Mungkin sudah menjadi pecahan kecil yang siap pelayan kafe ini sapu di lantai. Jika Rini bisa memutar ulang waktu, dia tak akan pernah menghilang dari hidup Sehun. Penyesalan memang selalu datang terakhir dan hanya membuat menangis saja.
Doanya kali ini terkabul, Rini akan pulang dari kafe ini dengan hal yang berbeda. Gadis itu pulang dengan kehilangan Sehun dari hidupnya. Mungkin selamanya.
Huh ... benar-benar hari yang buruk.
TBC
Kritik dan Saran diterima🙏
Semoga suka sama ceritanya😂Vote Komen jangan lupa supaya saya semangat Up ya😂😅
Ketik
Senin, 23 Januari 2023Up
Senin, 21 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After Meet You (SUDAH TERBIT)
Romance"Ada sepasang mata yang tak saling kenal, bertemu dan saling sapa. Hingga akhirnya mereka memutuskan akan berteman atau menjadi pasangan." "Ternyata benar, pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa penasaran, sedang pertemuan kedua menumbuhkan rasa rin...